Chapter 2

45 17 1
                                    

Keesokan harinya, aku menjalani hari ku seperti biasanya dan tanpa disangka Eva datang mengunjungi ku.

"Eva, apa yang kamu lakukan disini? Luka mu masih belum sembuh kau tahu" ucapku.

"Kamu terlalu menghawatirkan ku Flint, aku hanya mengalami luka gores saja" jawabnya.

"Tapi tetap saja kau terluka, seharusnya kamu tetap di rumah saja dan istirahat. Aku juga akan mengunjungi mu jika aku punya waktu luang" ucapku.

"Aku kesini hanya ingin berterima kasih telah menolong ku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak datang" Kata Eva.

"Sebenarnya apa yang kamu lakukan disana?" tanyaku.

"waktu aku kecil, ibu ku selalu mengajakku kesana dan menceritakan kisah pada saat kerajaan itu masih berdiri dipulau ini" ucapnya.

"Dan aku terkadang kembali kesana untuk mengingat ibu ku yang sudah lama meninggal akibat penyakitnya." lanjutnya.

"Ohh maafkan aku Eva, aku tidak tahu soal ibumu" ucapku.

"Itu tidak masalah, kamu tidak usah memikirkan nya" jawab Eva.

Lalu aku mengajak Eva berkeliling peternakan milik keluargaku ini.

"Kau hanya tinggal bersama ibumu?"  tanya Eva.

"Ya, ayah ku meninggal ketika aku masih kecil karena terjatuh dari tebing ketika pergi mencari kayu bakar" jawabku.

"Aku turut prihatin mendengarnya" ucap Eva.

"Mari ku perkenalkan dengan ibu ku" ajak ku.

"Bu, perkenalkan ini Eva, dia tinggal di atas bukit." ucapku kepada ibuku.

"Ohh Hi Eva, aku sudah mendengar tentang dirimu berkali-kali lewat Flint tapi aku tidak menyangka kau secantik ini" ucap ibuku.

Eva hanya tersenyum mendengar kata-kata dari ibuku dan sementara aku hanya terdiam menahan malu karena ketahuan sering membicarakan Eva dengan ibuku.

"Jadi, Eva apakah kamu sibuk hari ini?" tanyaku.

"Hmm, kurasa tidak" jawabnya.

"Bagus kalau begitu mari ikut bersama ku" ajak ku.

"Kemana?" tanya Eva.

"Kamu akan tahu ketika kita sudah sampai kesana" ucapku.

Dan kami pun pergi ketempat yang aku maksud. Tempat ini adalah tempat favorit ku sejak kecil.

Sebuah lapangan luas yang dipenuhi oleh berbagai macam bunga sampai-sampai bunga ini seakan seperti karpet yang menutupi rumput dibawahnya.

"Wah, bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?" tanya Eva sambil terkagum melihat tempat ini.

"Aku tidak sengaja menemukan tempat ini, saat itu aku sangat sedih akan kematian ayah ku jadi aku pergi dari rumah dan mencoba memanjat tebing ini sendirian"

"ketika aku sudah sampai diatas aku melihat tempat ini, tempat yang dipenuhi bunga seakan bunga-bunga ini tidak ada habisnya."

"Karena aku sering kesini jadibaku memutuskan untuk membuat tangga supaya lebih mudah untuk naik kesini" jelasku.

Setelah itu kami memutuskan berbaring di tengah lapangan bunga ini.

"Langitnya sangat indah" ucap Eva.

"Ya, Langitnya sangat cerah" ucapku.

"mengapa kamu tidak memberi tahu penduduk desa tentang tempat ini?" tanya Eva.

"Aku takut jika terlalu banyak orang yang datang kesini, mereka malah akan merusak bunga yang ada disini" jawabku.

"Lalu kenapa kamu mengajakku?" tanya Eva.

"Karena kamu sama seperti tempat ini" ucapku.

"Apa maksud mu?" tanya Eva.

"Sangat berharga untukku" jawabku.

Mendengar kalimat itu wajahnya berubah menjadi merah dan dia memalingkan pandangan nya kearah langit agar aku tidak melihat wajahnya yang sedang tersipu malu.

"Eva" ucapku.

"Hmm" jawabnya.

"Pernahkah kamu memikirkan bagaimana rasanya memiliki pasangan?" tanyaku.

"Entahlah, aku tidak pernah memikirkan itu sebelumnya. Tapi karena kamu menanyakannya aku jadi berfikir tentang itu sekarang" jawab Eva.

"Apa yang kamu pikirkan sekarang?" tanyaku.

"Aku memikirkan tentang bagaimana rasanya memiliki seseorang yang selalu ada ketika aku butuh dia"

"dan aku juga memikirkan tentang bagaimana dia melindungi ku" ucap Eva.

"Dan anehnya lagi" ucapnya.

"Hmm?" tanyaku.

"Ketika aku memikirkan hal itu, wajah mu selalu muncul didalam benakku" jawabnya sambil menatap langsung kearah mataku.

Aku terdiam untuk sesaat, bingung harus berbicara apa. Mulut ku seakan membisa dan sangat berat sekali untukku mengeluarkan kata-kata.

"Flint" ucap Eva.

"Iya Eva?" tanya ku.

"Terimakasih telah menemaniku saat aku sedih, dan terimakasih juga telah membawaku ke tempat ini" ucapnya sambil menunjukkan senyum manisnya kearah ku.

"Sure" jawabku.

Tanpa sadar, kini tangan ku telah memegang tangannya dan ketika aku menyadarinya dan mencoba melepasnya, Eva malah menahan tanganku.

Eva memejamkan mata dan kami pun berciuman. Waktu terasa sangat lama ketika kami melakukan itu.

Badan ku terasa tegang dan keringat ku tidak berhenti keluar membasahi seluruh tubuhku.

Hari itu adalah hari terindah dalam hidupku, aku tidak akan pernah melupakan momen berharga ini selamanya.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang