Happy reading guys..
• • •
Dengan senyum yang cerah, gadis cantik beriris mata coklat itu melangkahkan kakinya di sepanjang koridor sekolah. Sepi, karena memang kelas sudah mulai. Dia tidak terlambat, karena ini adalah hari pertamanya menjadi salah satu pelajar di SMA Taruna.
Namanya Tiara Putri Daniswara, biasa dipanggil Ara oleh orang-orang terdekatnya, gadis cantik secantik namanya ini merupakan siswi pindahan dari Jerman. Sebenarnya ia asli Indonesia, hanya saja ketika berumur 13 tahun, ia dan keluarga memilih tinggal di Jerman, negara asal Ibunya.
Dengan senyum yang masih setia di bibirnya, ia terus melangkah, mencari letak ruangan yang menjadi tujuan utamanya. Hingga sampailah ia di depan pintu bertuliskan 'RUANG KEPALA SEKOLAH'.
'Hufft' Ara menghela napasnya kasar untuk menghilangkan kegugupannya. Setelah merasa jauh lebih tenang ia mengetuk pintu itu.
Tok tok tok
"Masuk," jawab dari dalam ruangan.
Ceklek
"Permisi pak," sapa Ara lengkap dengan senyum ramahnya.
"Oh kamu murid baru itu ya?" tanya seorang pria paruh baya lengkap dengan seragam PNS nya.
"Iya pak. Saya Tiara Putri Daniswara," jawab Ara seraya mengulurkan tangan.
"Saya Pak Tino kepala sekolah disini," kata Pak Tino dengan senyum ramah dan menerima uluran tangan Ara.
"Kamu sebenarnya bisa saja ditempatkan di kelas XI IPA 1 karena kamu anak yang pintar. Tetapi kelas itu sudah penuh, dan dengan terpaksa kamu harus ditempatkan di kelas XI IPA 2," kata Pak Tino dengan raut wajah sesal. Memang di sekolah ini pembagian kelas berdasarkan jumlah nilai. Bukan maksud untuk diskriminasi, tetapi lebih bertujuan untuk membangkitkan semangat belajar siswa yang lain.
"Tidak apa-apa Pak, menurut saya sama saja," jawab Ara dengan senyum menenangkan. Toh menurutnya sama- sama belajar juga.
Mendengar jawaban Ara, Pak Tino merasa lega, terlihat dari perubahan raut wajahnya.
"Yasudah, ayo Bapak antar ke kelas kamu."Ara mengangguk kemudian mengikuti langkah Pak Tino.
Di sepanjang koridor mereka banyak berbincang, salah satunya tentang Pak Tino yang tahu bahwa di sekolah lamanya, Ara adalah salah satu murid kebanggaan sekolah karena prestasinya, sehingga ia menawarkan Ara untuk ikut olimpiade matematika yang akan diadakan tidak lama lagi, dan menurut Ara itu bukan tawaran buruk. Bisa dipikirkan.
Hingga tak terasa mereka telah sampai di depan pintu kelas XI IPA 2. Ara merasa gugup, meskipun ini bukan pertama kalinya ia menjadi murid baru, tapi kegugupan itu tetap ada.
Tok tok tok
Setelah pintu terbuka keluarlah seorang guru cantik yang terbilang masih muda.
"Ada apa pak?" tanyanya ke Pak Tino.
"Ini bu Rini, saya mengantarkan murid baru di kelas Ibu. Namanya Tiara Putri Daniswara, pindahan dari Jerman," pak Tino memperkenalkan Ara.
Bu Rini menoleh ke Ara dan tersenyum ramah.
"Ohh ini murid barunya. Perkenalkan saya Bu Rini, guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas XI IPA 2.""Saya Tiara Bu," jawab Ara tak kalah ramah.
"Yasudah. Bu Rini, Tiara, saya pamit dulu masih ada pekerjaan yang harus diurus," kata Pak Tino.
"Iya Pak. Terimakasih sudah mengantar saya," ungkap Ara dengan tulus.
"Iya sama sama. Kalau begitu mari saya duluan," Pak Tino meninggalkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicksal
Teen FictionTakdir tak selamanya sesuai dengan keinginan dan harapan. Karena terkadang, takdir menimbulkan kekecewaan. Oleh takdir, kita diberi kesenangan. Oleh takdir, kita diberi kebahagiaan. Dan oleh takdir, kita juga diberi kepahitan. Seperti kisah mereka...