Lonceng kecil berbunyi sesaat setelah Jaebeom membuka pintu kaca.
"Annyeong Haseyo..."
Sapaan salah satu karyawan menyambut kedatangan lelaki bermata monolid itu. Wangi khas cafe spesialis yogurt langsung tercium setelah Jaebeom masuk. Jaebeom langsung berjalan ke salah satu kursi yang berada tepat didekat jendela.
Suasana lumayan tenang, karna memang belum banyak pengunjung yang datang. Hanya ada beberapa orang yang datang itu pun mereka sibuk dengan laptopnya masing-masing. Kebanyakan yang datang ke cafe ini adalah mahasiswa dan juga pekerja kantor yang menyempatkan untuk sarapan. Cafe ini sering dijadikan tempat untuk mereka mengerjakan tugas karna tempatnya yang sangat nyaman.
Jaebeom mengeluarkan ponselnya, tentu saja hatinya masih sangat berharap jika Jennie mengabarinya. Tapi nyatanya tak ada pesan ataupun telpon dari Jennie. Hanya pesan dari kedua orang tuanya yang menyuruhnya untuk tidak pulang terlalu sore. Karna akan ada pesta malam ini dan Jaebeom sebagai anak satu satunya dan penerus perusahaan ayahnya kelak, wajib hadir diacara.
Jaebeom menghela nafas panjang dan menyandarkan kepalanya dijendela kaca. Hatinya sangat merindukan Jennie, ia mengingat kenangannya dicafe ini bersama Jennie. Hampir setiap hari Jaebeom dan Jennie menghabiskan waktu disini, tertawa bersama, tak ada jarak diantara mereka. Tapi seketika Jarak memisahkan mereka berdua, hanya karna hatinya yang terus memerintah Jaebeom untuk mengungkapkan perasaannya pada Jennie.
Kini penyesalan yang datang dan mempertanyakan apakah ini akhir dari kisah persahabatannya dengan Jennie? Tanpa sadar air matanya menetes. Jujur jika hatinya bisa dilihat mungkin sekarang hatinya sudah tak berbentuk. Begitu sakit rasanya ditolak oleh seseorang yang sangat ia cintai. Waktu 7 tahun adalah waktu yang sia-sia bagi Jaebeom karna ia mencintai seseorang yang bahkan sama sekali tidak pernah mencintainya.
Jaebeom bergegas menghapus air matanya yang tertinggal di pipi. Setelah seorang pelayan menghampiri mejanya dan memberikan segelas kopi dan roti khas "Yogurt Bar & Cafe".
"Gamsahamnida." ucap Jaebeom seraya melihat pelayan yang tersenyum kearahnya.
"Siapa kau?" tanya Jaebeom
Ia terlihat heran melihat seorang pelayan yang sangat asing baginya.
"Kau pekerja baru disini?" tanya Jaebeom
"Ne, aku baru hari ini bekerja."
Jelas Gadis cantik yang kini mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Jaebeom.
"Aku Jisoo, Kim Jisoo."
Jaebeom tersenyum seraya bersalaman dengan Jisoo.
"Jaebeom, Lim Jaebeom."
"Semoga kau betah bekerja disini." ucap Jaebeom lagi
"Ne, kamsahamnida."
Jaebeom kembali duduk sementara Jisoo kembali pada pekerjaannya, Jaebeom melihat kearah luar cafe dari balik jendela kaca.
Dimana Jennie sekarang? Jaebeom ingin sekali menemuinya, tapi bagaimana ia bisa menemuinya bahkan menghubunginya saja Jaebeom tak punya nyali. Payah memang hanya karna Jennie menolaknya, Jaebeom langsung kehilangan kepercayaan dirinya. Tapi itulah Jaebeom, Jennie adalah satu satunya gadis yang membuat hati nya takluk dan Jennie juga yang membuatnya benar benar mempercayai adanya cinta. Tapi sayang, cinta yang selama ini ia bayangkan, cinta yang membuat hatinya luluh, cinta pertama yang ia nantikan, tak pernah ada.
Pandangannya buyar ketika tiba-tiba nada dari ponselnya berdering dan memecahkan lamunannya. Jaebeom bergegas menjawab telpon yang ternyata dari Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [Im Jaebeom]
Fanfiction"Andai aku bisa memilih, biarkan cinta antara kita tetap terjaga dan baik-baik saja untuk selamanya. Tapi kenyataan selalu memberi pilihan, antara memilih dirimu dan dirinya." -Lim Jaebeom 🌴-