lukis saya dalam 7 potret lukisan senja jelang malam, seperti biasa.
-menghangat dengan momen saat kita tertawa bersama entah untuk hal apa saja.-
•tahun kedua
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•tahun kedua
Hari sudah beranjak petang. Ketika angin menjelang malam menerbangkan rambut indah sang puan. Jelas sekali ia sedang menanti seseorang.
"Dia belum datang juga ya?"
Ia kini berjalan-jalan menyisiri tepi pantai. Dilihatnya baju nya masih dalam keadaan sama. Gaun putih panjang tanpa ornamen hiasan. Dan jangan lupakan rambut panjangnya.
Menghela nafas. Ingin bertanya pada yang diatas.
Sebenarnya ini apa?
Maksud dan tujuannya?
Atas dasar apa?
Dadanya sedikit lebih sesak saat mengingat peristiwa kemarin. Dengan nama itu Rendran Juanda.
Dia bingung. Perasaan sesak ini karna amarah atau rindu yang membuncah?
Enyahkan pikiran, memperburuk perasaan
Tak lama kemudian, siluet pemuda itu nampak datang. Menenteng 1 kanvas besar dan segala peralatan lainnya. Sang gadis tersenyum, tetap duduk tenang, melihat kak renjunnya.
Terbuai dalam kekaguman, sang hawa sampai tak sadar si adam telah menyelesaikan lagi lukisan barunya. Sama seperti kemarin ia berjongkok kembali di pojok kanvas.
Nama itu terukir lagi -Rendran Juanda
Ara, dalam diam mencoba untuk semakin dekat untuk menguping lebih pembicaraan. Sama seperti kemarin. Padahal dia juga tak terlihat.
"Ara, aku telah menunaikan, ini lukisan dan tahun kedua ."
Lagi, seperti yang kemarin. Ia pergi begitu saja dengan kanvas dan sebuah kotak kecil biru. Berjalan keluar mengendap dari persembunyian. Ara datang membuka isi kotak. Sebuah foto polaroid lama dan secarik kertas usang.
Sama. Foto dan lukisan nya sempurna mirip sekali. Sekali lagi nuansa warna dan suasananya benar-benar sesuai. Dihela nafasnya. Apa maksud dari semua ini pikirnya? Mengambil secarik kertas itu lalu membuka dan membacanya.