Club

88 5 0
                                    

.
.
.have nice day guys  ^_^
.
.

Malam itu Ponsel wanyi terus berdering, wanyi malas mengapainya,sebab dia masih mengantuk. Tapi setelah dia mendengar kan baik-baik, itu nada dering untuk xiao.

Dengan meraba nakas di samping nya, wanyi menjawab.

"Ada apa xiao?"
"Ini sudah pagi,cepat bangun."
"Apa maksudmu? Rasanya aku baru tidur satu jam. Jam berapa sekarang?"
"Ini sudah jam sepuluh malam."
"Apa-apaan sekarang xiao, kau menganggu tidur ku."
"Bersiap-siap lah, sepuluh menit lagi aku sampai di rumah mu."
"Tunggu, apa maksud mu dengan bersiap?"
"Bukan kah kau ingin ke club? Sekarang waktu yang tepat."
"Oh, baiklah.tunggu sebentar."

Wanyi segera mematikan tlp dan bersiap.

Tidak lama kemudian Xiao sudah mencapai rumah wanyi.

Tlp wanyi berdering lagi.
"Wanyi aku di depan.."
"Aku turun sekarang."

Dengan langkah pelan-pelan dan meraba dinding, wanyi turun ke bawah hingga sampai ke pintu gerbang. Lalu xiao menggenggam tangan wanyi.

"Wanyi, ayo... "
"Xiao, ku pikir kita akan melakukan nya dua tahun lagi."
"Kalau dua tahun lagi itu tidak mungkin,karna ini kesempatan bagus."
"Apa maksudmu tidak mungkin?"
"Bukan apa-apa, tadi orangtua mu sudah tidur kan?"
"Ya seperti nya sudah,karna tidak ada suara apa pun yang ku dengar."
"Syukur lah..."
"Tapi kalau ketahuan orang tua ku, mereka akan mengurung ku dan ibu akan menyate mu."
" ha...ha...ha... baiklah,  kalau begitu hidup ku bergantung padamu."

Mereka berjalan sampai di jalan raya dan xiao menghentikan taxi. Tiga puluh menit kemudian mereka sampai di club.

"Kita sudah sampai wanyi." Xiao memegang tangan wanyi.
"Xiao... bagaimana kita akan masuk? Kita masih si bawah umur."
"Serahkan itu pada ku."
"Tapi... ya baiklah."

Mereka berjalan hingga pintu masuk,tapi di hadang oleh security.

"Apa yang kalian lakukan di tempat seperti ini? Cepat kembali pulang." Kata Security dengan tag nama jhon.
"Tentu saja untuk bersenang-senang."
"Seharusnya kalian sudah tidur dengan dongeng yang di ceritakan ibu mu."
"Pertama ibu ku sudah meninggal, kedua kami harus masuk."
"Yang pertama aku turut berduka dengan ibumu, kedua kau tidak boleh masuk."
"Club ini milik paman ku, aku sudah bilang ingin masuk."
"Xiao,biarkan saja. Ayo kita pergi." Wanyi memegang baju xiao.
"Tenang saja, kita bisa masuk sebentar lagi." Menoleh ke belakang, lalu kembali ke jhon tadi.
"Aku tidak peduli itu milik paman mu dan  saudaraku adalah obama."
"Huh,baiklah. Aku akan menelpon bos mu."

Xiao segera mengambil tlpnya dan menelpon pamannya.  Bicara sebentar lalu memberikan tlp pada jhon.

Dengan tatapan marah jhon mengambil tlp saat tadi mendengar xiao memanggil alexander.

Mereka bicara sedikit cukup lama dengan alex, lalu jhon kembali.

"Kau bisa masuk, gandeng pacar mu dengan baik." Jhon menatap wanyi di belakang xiao.
"Tentu saja, dan sampaikan salam ku pada saudaramu." Xiao dan wanyi melangkah masuk.

Sedangkan jhon cemberut di belakang sana.

"Xiao,bagaimana bisa club ini milik paman mu?"
"Tentu saja, ini miliknya."
"Mengapa kau tak mengatakan sebelumnya?"
"Aku tidak ingin sombong."
"Kau.... "

Mereka menuju bar dan duduk disana.

"Xiao, musiknya kencang sekali, apa banyak orang disini?"
"Tentu saja."
"Lalu apa mereka juga mabuk-mabuk dan bertampang galak?"
"Tidak semua orang yang datang untuk mabuk wangi, dan mereka juga tidak bertampang galak. "
"Tapi,aku mendengar bila mereka bertampang galak."
"Jangan dengarkan orang, kalau kau takut, kau bisa memegang tangan ku terus."
"Aku tidak apa-apa, apa kita juga akan minum?"
"Apa maksud mu minum? "
"Kau tau yang mengandung alkohol itu..."
"Wanyi, kita tidak minum seperti itu."
"Tapi bukan kah kita di club?"
"Kalau kau ingin pergi ke club dan minum alkohol, kau harus meminta dengan tanda kutip lain kali."
"Tapi...."
"Kita masih di bawah umur wanyi ingat."
"Ya...."

above the stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang