Bertemu,pengakuan

108 4 0
                                    

.
.
.
.

Bell masuk kelas sudah berdering, wanyi tak peduli dengan itu. Dia melangkahkan kaki dengan bantuan tongkatnya untuk sampai ke ruang guru.

"Mr.steven?"
"Wanyi, ada yang bisa ku bantu?" Mr.steven menuntun wanyi untuk duduk di kursi.
"Apa kah, sudah ada kabar dari xiao?"
"Tiga hari yang lalu, Ayahnya mengatakan bila ada urusan di distrik hongkong."
"Jadi anda sudah tau kenapa xiao tidak ada? Bisakah aku meminta no tlp ayahnya?"
"Maaf wanyi, tidak bisa. Urusan mereka bukan urusan kita, jadi jangan ikut campur masalah mereka."
"Aku mempunyai masalah dengan xiao,kesalahpahaman. Aku harus menjelaskan padanya."
"Jadi itu sebabnya,xiao tidak ingin kau tau dimana dia."
"Ku mohon, aku ingin tau dia dimana sekarang."
"Baiklah,kemari kan tanganmu."

Mr.steven menyerah kan selembar kertas.

"Itu adalah tempat dimana xiao berada, dia... xiao mengidap kanker paru-paru."
"Tidak... xiao... itu.. Terima kasih mr.steven."

Dengan buru-buru dan cemas wanyi melangkah pulang. dia ingat, xiao pernah mengatakan kalau dia tak suka asap rokok dan anak-anak yang menderita kanker adalah spesial. Dengan bantuan tongkat nya dan langkah yang dia hafal, wanyi sampai rumahnya.

"Ibu...kau dimana?"
"Kenapa kau disini wanyi, harusnya kau disekolah."
"Tidak, aku harus kemari." Sambil menyerahkan kertas tadi.
"Rumah sakit distrik hongkong? Untuk apa kesana? Apa kau sakit sayang?"
"Tidak,cepat antar aku kesana. Xiao sedang parah bu. Ayo cepat."
"Ya baiklah."

Untuk kali ini ibu wanyi .tidak bisa menghalangi wanyi bertemu xiao.

Mereka segera berangkat saat itu juga dengan mobil yang ada di garasi samping rumah.
.
.
.
Dua jam kemudian mereka sampai di rumah sakit. Dibukanya pintu tempat xiao berada.

"Oh... aku terkejut kau bisa disini."
"Aku juga heran, mengapa kau tak membiarkan aku tau."

Wanyi dan ibunya masuk ke dalam.

"Mrs,xu..."
"Ya... aku kira, aku akan meninggalkan kalian berdua bicara." Mrs. Xu keluar dari kamar,setelah membantu wanyi duduk.

"Sejak kapan?"
"Apa maksudmu?"
"Xiao, kau tau apa yang ku maksud."
"Sejak setahun lalu, saat itu dokter mengatakan. Kanker paru-paru stadium tiga.(dengan suara pelan)"
"Tidak kah bisa di sembuhkan?"
"Bisa saja, tapi kita juga harus bisa memperkirakan yang terburuk.kemarin dokter mengatakan bila itu sudah di akhir,dan sudah menyebar sampai ketulang dan otak. Mereka suka sekali jalan-jalan di tubuhku ya..."
"Kau boleh menangis."
"Wanyi, aku tidak menangis."
"Kau bisa menangis, tidak ada yang melihat mu."

Xiao paham apa yang di maksud wanyi, xiao akhirnya dapat menangis hingga bahunya terguncang. Xiao tau, wanyi tidak akan merendahkannya yang terlihat seperti itu. Xiao menangis di pelukan wanyi. Xiao bertanya-tanya kapan terakhir kali dia menangis di depan orang. Merasa lebih baik, xiao berhenti menangis.

Tak lama kemudian, ibu wanyi datang.

Untuk sesaat xiao merasa, waktunya dengan wanyi sepuluh kali lebih cepat dari yang dia harapkan.

"Wanyi, sudah waktunya kita pulang."
"Aku masih ingin dengan xiao."
"Wanyi, kau besok masih harus sekolah."
"Benar kata ibumu,kau harus pulang. Lain kali kau bisa datang."
"Baiklah, besok aku akan datang lagi."
"Ibu tidak bisa besok."
"Kalau begitu aku akan menginap disini."
"Wanyi, itu tidak bisa juga."
"Wanyi, dengarkan apa kata ibu mu.nanti aku akan menelpon mu."
"Telp ku masih di sita.aku tidak bisa."
"Baiklah, telp nya nanti akan ku kembalikan, dan kau bisa mengunjungi xiao setiap 3 hari sekali."
"Ok, kalau begitu aku akan pulang dulu xiao."
"Baik, hati-hati di jalan wanyi."

Wanyi dan ibunya keluar dari kamar.

"Oh, bu... dompet ku tertinggal. Tadi aku menaruh di meja xiao."
"Untuk apa kau mengeluarkan dompet mu?"
"Aku tidak nyaman duduk dengan ada dompet di saku, tolong ambilkan bu dan minta maaflah pada xiao."
"Wanyi,sejak kapan kau mulai seperti ini?"
"Ibu, aku tidak ingin xiao samakin sakit,ku mohon..."
"Baiklah, tunggu disini sebentar."

Ibu wanyi masuk ke kamar xiao lagi.

"Oh, mrs.xu..."
"Aku kemari hanya untuk minta maaf padamu tentang waktu itu."
"Tidak apa mrs.xu, jangan salahkan diri anda sendiri. Saat setelah bicara dengan anda, dalam perjalanan kembali ke rumah aku tiba-tiba kolaps. Itu bukan salah anda."
"Ya... saat itu, aku bertemu ayahmu."
"Kuharap dia tak membuat masalah."
"Tidak,kami cukup nyambung."
"Terima kasih sudah membawa wanyi kemari."
"Tidak perlu berterima kasih."
"Mrs.xu, ada yang ingin ku bicarakan tentang aku dan wanyi. Aku sangat..."
"Aku harus kembali...."

Saat akan menutup pintu,mrs.xu berkata.

"Untuk saat ini aku belum bisa memikirkannya... "

Mendengar itu, xiao tersenyum dengan terpaksa.

.
.
.
Wanyi dan ibunya sekarang sudah sampai dirumah, di sana ayahnya sudah duduk di ruang tamu.

"Ayah,ibu. Ada yang ingin ku bicarakan."
"Kau bisa mengatakannya wanyi." Kata ayahnya.
"Aku menyukai xiao."
"Tentu saja kau akan menyukai temanmu."
"Ibu, bukan hanya itu, aku menyukainya lebih dari itu."
"Sayang, kau mungkin hanya kasihan padanya. Karna kita mengunjungi nya tadi."
"Ibu, aku sudah menyukainya sebelum xiao saki, saat ini aku hanya memperjelas apa yang kurasakan saja."
"Wanyi, apa kah itu benar?"
"Tentu ayah, sudah sejak lama aku merasa kan.apa kau tidak marah ayah ,ibu?"
"Tentu saja tidak sayang, kau bisa menyukainya apapun tentang xiao.kau masih anak kami wanyi, kami bisa menerima itu sayang." Kata ayahnya.

Ibu wanyi tidak bisa mengatakan apapun,hanya bisa menangis dalam diam.dam memegang tangan suaminya.


Hope you enjoyed....

Xiè xiè

above the stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang