DAUG | 4

8 2 0
                                    

• • •

Disini, di sebuah rumah bernuansa putih ini Aletta dan Gavin berada. Setelah menempuh perjalanan dari sekolahnya, akhirnya Gavin memutuskan untuk membawa Aletta ke rumahnya.

"Duduk dulu Al, gue mau ganti baju dulu sekalian ambil gitar," ucap Gavin menoleh pada Aletta yang masih sibuk memperhatikan sekeliling rumahnya.

"Aletta!" panggil Gavin saat tak mendapat jawaban dari Aletta.

Sontak Aletta menoleh, "Eh, kenapa?"

"Duduk dulu, gue mau ke atas," ucap Gavin yang di angguki oleh Aletta.

Setelah melihat kepergian Gavin, Aletta lebih memilih untuk menatap ke sekelilingnya. Netra cokelat teduhnya terpaku pada satu figura besar yang terpajang di dinding. Disana Ia dapat melihat satu keluarga yang terlihat sangat harmonis.

Ah, Aletta jadi merindukan sang Bunda!

Lalu netranya beralih pada satu figura yang terletak di meja. Disana Ia dapat melihat seorang anak laki-laki yang sedang memakai pakaian basket dengan membawa sebuah piala di tangannya lengkap dengan senyum lebarnya. Persis seperti anak 7 tahun yang baru memenangkan pertandingan basket.

Aletta tersenyum kecil, "Ini Gavin?" gumam Aletta sambil menyentuh figura itu.

"Iya itu Gavin."

Terdengar suara seseorang di belakangnya yang membuat Aletta memutar tubuhnya ke belakang. Aletta jadi canggung sendiri saat melihat seorang wanita paruh baya yang Ia yakini adalah Ibunya Gavin.

"Maaf tante, saya udah lancang," ucap Aletta dengan kedua telapak tangan yang Ia satukan.

Terdengar kekehan dari wanita tersebut, "Tidak apa-apa, kamu temannya Gavin ya?" tanya wanita itu.

Aletta menganggukan kepalanya sopan, "Iya, tante."

Wanita paruh baya itu tersenyum lalu berjalan mendekat ke arah Aletta dan segera membawa Aletta menuju sofa yang tadi sempat Gavin tawarkan pada Aletta.

"Duduk dulu, tante bikinin minuman dulu ya."

Aletta yang mendengar penuturan itu pun dengan cepat menahan wanita itu, "E-eh nggak usah, tan," ucapnya tidak enak.

"Nggak papa, sebentar ya."

Melihat kepergian wanita itu Aletta hanya pasrah, Aletta menoleh ke arah tangga saat mendengar suara derap langkah kaki. Gavin, lelaki itu turun dengan kaos putih yang di padukan dengan celana hitam pendek dan juga gitar berwarna hitam miliknya.

Terlihat begitu tampan di matanya.

"Sorry lama," ucap Gavin sambil mendudukkan dirinya di samping Aletta.

Gavin yang baru selesai menaruh gitarnya bingung sendiri melihat Aletta yang terdiam dengan mata yang masih menatap dirinya.

"Hey!"

Aletta tersentak pelan saat tangan besar milik Gavin mengibas di depan wajahnya. Ah, sudah Aletta duga dirinya akan berbuat sesuatu yang membuat dirinya merasa malu sendiri.

Duh, sehari nggak bikin malu di depan Gavin bisa nggak sih gue? batin Aletta menggerutu.

"Mikirin apa sih? Dari tadi kayaknya lagi nggak fokus," ucap Gavin yang menyadari sifat Aletta dari tadi.

Mikirin lo lah, masa iya mikirin kenek bus yang sering gue tumpangin, lagi-lagi batin Aletta bersuara.

"Nggak papa kok," bohongnya.

Suara derap langkah kaki terdengar membuat keduanya menoleh ke belakang dan menemukan seorang wanita paruh baya yang sedang membawa nampang berisikan dua gelas minuman dan beberapa cemilan.

Dari Aletta Untuk Gavin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang