#01

6 0 0
                                    

Ada ribuan kehendak yang tuhan berikan kepada tiap insan.
Aku dapat salah satu kehendak-Nya.
Ini semua kehendak takdir.

***

Seorang gadis keluar dari kamar mandi sehabis menggosok gigi dan cuci muka kebiasaan yang ia lakukan setelah bangun tidur, gadis itu mondar mandir di depan tempat tidurnya larut dalam pikirannya sendiri lantaran bingung tak tau harus bikin apa. Gadis itu bernama Sintiya Adara.
Gadis umur 16 tahun yang sederhana dan biasa biasa saja. Sintiya tak suka K-Pop,K-Drama dan sejenisnya ia lebih memilih untuk menyukai artis di dunia barat and of course,She's a huge fan of Taylor Swift.

Di akhir pekan ini, Sintiya tak tahu harus bikin apa, biasanya anak sepantarannya sudah berkelana di Mal-Mal atau sudah larut dalam dunia maya. Tapi Sintiya berbeda.
Ia bahkan tidak tertarik dengan Mal
ia tidak suka tempat yang terlalu ramai. Tapi Sintiya bukan orang yang ketinggalam zaman, Dia juga punya sosial media cuma jarang dipakai. Itu yang membuat Sintiya kurang memiliki teman karena kata mereka Sintiya itu "berbeda".

Sintiya terbangun dari lamunannya karena ketukan pintu dari luar.
"Masuk,pintunya gak di kunci kok." ucap sintiya yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya.
"Morning sayang," ucap wanita berumur 45 tahun yang sangat di sayangi sintiya, Dia Nilam, mama Sintiya.
"Morning mom"
Nilam berjalan ke arah Sintiya dan memeluk putri bungsunya itu.
Sintiya memiliki kakak laki-laki dan perempuan, Umur mereka bertaut tidak terlalu jauh jadi mereka saling terbuka satu sama lain.

"Kamu kenapa sayang? mama panggil turun untuk sarapan kamu gak dengar mama"
mampus!
Sintiya dalam hati mengumpat, Ia sama sekali tidak dengar mamanya memanggil.
"Emm...anu...eh...."
"kebanyakan melamun sih putri mama, yuk turun makan."
"eh...ayo Ma."
Sintiya dan mama turun ke bawah untuk sarapan bersama. Sudah ada Doni ayahnya dan kedua kakaknya Riko dan Amila duduk di meja makan.
"Sinty dari mana aja sih?Cacing di Perut kakak sudah demo nih dari tadi" Omel Riko yang merupakan kakak pertamanya.
"Yee...bilang aja kalau yang lapar abang bukan cacingnya," Protes Amila pada Riko.
Sintiya hanya tertawa melihat tingkah laku kedua saudaranya itu.
Sintiya selalu berterima kasih sama Tuhan karena di beri keluarga yang hangat ini.
"Morning Pa," sapa Sintiya pada Papa nya.
"Anak Papa baru bangun?"
"Biasa Pa, ritual paginya Sinty," Jawab Nilam. Ya,apalagi kalau bukan ritual melamunnya yang sempat di batalkan sama mamanya.
Sintiya hanya tersenyum kaku.

Setelah selesai sarapan orang tua sintiya pergi karena ada rapat mendadak di kantornya. Sedangkan Riko langsung pergi ke tempat kerjanya. Walau akhir pekan Riko tetap saja harus bekerja karena Coffee shop miliknya justru ramai di akhir pekan Jadi dia harus terus memantau para karyawannya. Tersisa Sintiya dan Amila di rumah.

"Cause there'll be no sunlight
if i lose you baby
there'll be no clear skies
if i lose you baby
just like the clouds my eyes will do the same if you walk away,
Everyday it will rain~"

Lagu it will rain dari bruno mars menggema di telinga Sintiya. Entah mengapa Sintiya lebih suka dengar genre lagu sad di bandingkan lagu Happy padahal Sintiya tidak berada pada situasi yang menggambarkan lagu tersebut. Sangat berbanding terbalik dengannya.
" Adek! Dek! sinty sayang, temani gue ke Mal yuk. Bosan nih dirumah." Ajak Amila.
"Sinty mager kak"
"Sinty, kamu bergaul dikit kek biar gak bosen bosen amat weekendnya"
Sintiya diam lantaran bingung atas campuran 'Gue-kamu' dari Amila.
"iya kak ini sintiya udah mulai cari temen kok"
"Nah gitu dong sekarang lu temani gue ke Mal,sana sana mandi," ucap Amila dengan nada memaksa.
"Yes,Madam yes," ucap Sintiya malas.

Sintiya selesai berpakaian, dia hanya menggunakan celana jeans hitam dengan hoodie Putih dan sneakers Nike putih. Sintiya mengikat rambutnya model 'Messy space buns'.
Sintiya bahkan lebih dulu selesai dari pada Amila.
"I'm done,madam. What took you so long sih kak?" Ucap sintiya malas

"Sabar napa Sin make up gue belum selesai"
"Astaga sinty!!! why don't you use any make up?" Lanjut Amila lantaran kaget melihat wajah Sintiya yang tidak di poles apapun.

"Sinty males kak, gini aja gapapa kok kan cuma ke Mal doang."
Sintiya memang tidak cantik, kulit sawo matang dan senyum yang manis miliknya ia rasa sudah cukup.

"Please, at least pake lip tint lah dek." Bujuk Amila agar adeknya ini tidak terlalu pucat.

"Okay okay" Jawab Sintiya seraya mengoleskan liptint di bibirnya.

Mobil berhenti di parkiran basement Mal. Amila memandang adiknya yang bisa dia akui sangatlah manis.
"Turun dek." ucap Amila.
Sintiya mengangguk lalu melepaskan seat belt dan membuka pintu.

Amila memilih untuk makan siang di salah satu resto di Mal tersebut.
Setelah memesan pesanan masing masing Sintiya dan Amila bercakap percakapan saudara pada umumnya.
Entah bagaimana tiba di pertanyaan yang sontak membuat Sintiya terdiam.
"Lo gak punya pacar dek?"

***

ScintillateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang