#05

1 0 0
                                    

"DITYA! DARI MANA AJA LO?"
Romi sudah dari tadi mencari Ditya karna menghilang begitu saja.
"Kampret lo Rom!Kabur kan dia!" Kesal Ditya sama Romi.
"Dia?saha?" tanya Romi bingung.
"Bukan urusan lo!" Ditya langsung jalan menuju kelas sambil menghentak-hentakkan kaki. Ditya kesal sama Romi dan cewek yang namanya Sintiya itu.

"Oh gitu ceritanya. Jadi si Sintiya berani dudukin tempat kesayangan lo?" setelah membujuk Ditya untuk bercerita apa yang terjadi akhirnya Romi sedikit paham kenapa Ditya kesal sekali padanya.
"Iya Rom. Dia gak tau apa? sejarahnya tempat itu?" Ditya masih berusaha menahan emosinya.
"Mungkin dia emang gak tau Dit"
"Kok lo belain dia sih?oh? lo beneran suka sama dia?"
"Kalo iya kenapa Dit?" ejek Romi sambil menjulurkan lidahnya.

Sintiya tiba di bangkunya. Dia berusaha mengatur nafasnya karena lelah berlari. Ditya?memang dia siapa? batin Sintiya.
"Lo kenapa Sin?" Zara tiba tiba bertanya.
Sintiya kaget karna kemunculan Zara yang tiba tiba. Entah sudah berapa kali Zara mengagetkannya hari ini.
"Kok kaget gitu?" Zara tertawa.
"Enggak, tadi..hosh.. gue..."Sintiya menjawab ngos ngosan.
"Nih minum dulu baru cerita"
Sintiya lalu meminum air yang disodorkan untuknya.
"Thanks" ucap Sintiya.
"jadi tadi kenapa?"tanya Zara lagi masih penasaran.
Sintiya diam lalu menjawab "Enggak apa apa kok hehe"
Untuk apa juga dia harus menceritakannya ke Zara? Kenal juga belum sampai satu hari.
"Yah Lu gak seru banget sih Sin."
Sintiya hanya membalas senyum.

Akhirnya Bel pulang berbunyi. Waktu yang paling di nantikan para murid.
Sedari tadi Zara sibuk dikerumuni para murid yang meminta Nomor telfon dan Sosial media miliknya. Tak bisa dipungkiri parasnya memang sangat cantik. Kulit kuning langsat yang ia miliki sangat cocok dengan rambut coklatnya yang diatas bahu.
Orang cantik mah beda. Batin Sintiya.

Sintiya berjalan menuju gerbang sekolah tanpa pamit ke Zara. Toh kan memang tidak perlu.
Sintiya berniat untuk mengambil ojek online saja dari pada naik taksi, Lumayan sisa uangnya bisa ia tabung.
Sintiya sangat sederhana walau kedua orang tuanya memiliki 2 perusahaan sekaligus. Sintiya tidak pernah minta untuk di fasilitasi mobil atau motor untuk kendaraan ke sekolah. Dia lebih suka jika di antar jemput sama abangnya.

Sintiya duduk di halte Bus. Dia belum mau pulang sebenarnya jadi dia duduk duduk dulu di pinggir halte menikmati senja. Sekarang pukul 17.15 sore hari Sintiya mengambil Airpods di sakunya lalu memutar lagu. Tanpa sadar seseorang duduk di sampingnya.
"Sendirian aja mbak?gue ditinggalin lagi nih?" Itu suara Zara.
Sintiya spontan melepas satu Airpods nya mungkin ini kali ke 4 Zara membuatnya kaget.
"Emang lo selalu sendirian Sin?" sambungnya lagi.
"lo kok jarang bicara sih?" Zara tak berhentinya bertanya membuat Sintiya malas dan rasanya Sintiya mau pergi saja dari sini.
"Eh satu satu dong tanya nya" Akhirnya Sintiya buka suara. Zara tersenyum karena ternyata dia tidak di kacangi.
"Aku eh gue gak ninggalin lo kok, kan memang dari awal kita gak ada janji apa apa buat pulang bareng." lanjut Sintiya.
Eh iya juga ya,shit. Umpat Zara dalam hati. terjadi keheningan antara keduanya baik Zara maupun Sintiya merasa canggung dengan situasi ini.
"Dan lagi, gue memang gak punya teman dan susah bergaul. Gue lebih suka sendiri." Lanjut Sintiya lagi terus terang.

Hening lagi selama 2 menit.

Zara merasa bersalah sekali memberi pertanyaan itu kepada Sintiya dia juga merasa sedikit tertampar karena Sintiya lebih suka sendiri dan hari ini dia terus sok akrab sama Sintiya.

Sintiya berharap setelah dia bilang begitu Zara berhenti bicara padanya.
Toh, memang dia lebih suka sendirian. Sejenak terlintas di pikirannya perkataan kakaknya kemarin saat di Mal. Aseeeemmm. Batin Sintiya.

"Sin? lo kok ngelamun sih? dari tadi gue bicara loh."
"Jadi gini, kalo lo suka sendirian maafin gue karna gue sok akrab sama lo dan gak tau itu. Terus kalo lo gak punya teman biar gue aja yang jadi teman lo" Sambung Zara lagi.
Sintiya kaget sekali karena jawaban dari Zara sangat jauh sama ekspektasinya.
"Eh gue pamit ya supir gue udah datang tuh Daah Sin!" Pamit Zara tanpa menunggu jawaban dari Sintiya.

Sintiya sendiri lagi. Dia hanya bingung dengan sikap Zara yang blak blakan. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Emang bisa ya gue berteman sama dia? Sintiya membatin. Dia memutuskan untuk segera pulang.

Setibanya di rumah Sintiya rasanya ingin langsung tidur saja.
"Eh Sinty? How was your school baby?" Tanya Amila saat Sintiya baru saja mau naik keatas.
"Good sist as always" balas Sintiya.
"Ingat ya dek, Three months. Only Three months not more." Ucap Amila menekankan kata 'Three months'.
"Iya iya." Sintiya langsung naik ke kamar dan mengunci pintu hari ini rasanya ia tidak mau di ganggu siapa siapa.

Pagi ini Sintiya bangun lebih awal karena dia mau membuat sarapan untuk keluarganya.
"Morning Sinty sayang" Ucap Nilam sambil mengecup pipi Sintiya.
"Morning mom"
"Thanks for the meal babe, Siang ini mama sama papa mau pergi ke Singapur karena ada urusan ya sayang. Mama juga gak bisa ikut antar Amila ke Airport." Nilam menjelaskan.
"Oh that's okay mom, nanti biar Sinty sama Abang Riko yang antar kak Amila" Ucap Sintiya sambil tersenyum.
"Makasih sayang mama sama papa disana cuma 2 minggu. Sinty jangan lupa masak buat bang Riko ya" Ucap Nilam sambil tertawa.
"Haha iya Mom pasti"

ScintillateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang