Tidak terasa sudah akhir pekan lagi.
Waktu yang dinanti-nanti Sintiya.
Setelah menyiapkan Sarapan untuk Bang Riko, Sintiya baring diatas kasurnya sambil menatap ponselnya.Bosan juga ya.. Batin Sintiya.
Sintiya berusaha merenungkan kejadian di kantin beberapa hari yang lalu. Kenapa dia bisa berurusan sama orang yang bernama Ditya? Padahal selama ini Sintiya jarang berbicara pada siapapun disekolah.
"Gue harus minta maaf lagi nih""Minta maaf apa dek?" Riko tiba tiba saja berada di pintunya.
"Ih abang kepo deh"
"Oh jadi adik abang udah mulai bergaul nih? gini, kalau punya masalah sama teman atau siapa pun, minta maaf aja walaupun Abang tau Sinty gak salah."
Udah gue lakuin, tapi dia gak maafin gue harus gimana?Sintiya membatin.
"Yaudah Abang ke coffee shop dulu ya, Sinty ke Pet clinic sana ambil Kiko."
Sintiya sampai lupa kalau hari ini dia harus mengambil Kiko kucingnya yang sedang di rawat di Pet clinic.
Sintiya bergegas ke kamar mandi dan mengenakan pakaian seadanya.
Setelah mengambil Kiko Sintiya tidak langsung pulang, Dia mampir ke danau yang tidak jauh dari Pet Clinic tersebut. Sintiya bersandar di pohon sambil mengenakan Airpods birunya dan memangku Kiko di pahanya.
"Sekarang lo gak bisa kabur lagi"
Suara itu. Sintiya kenal suara itu.
Suara khas milik Ditya yang sangat tidak ia harapkan.Dunia sempit banget Yatuhaaan kenapa harus ketemu dia disini coba?!
Sintiya membatin sendiri.
"Aku gak mau kabur kok, Aku mau selesaikan masalahnya sekarang. Kakak mau aku tanggung jawab apa?"Ditya menatap sinis Sintiya lalu menarik tangan Sintiya.
"Lo ikut gue!"
"Tapi kak..."
"Gak ada tapi-tapi, lo mau masalah ini selesai sekarang kan? sekarang ikut gue!"
"Tunggu kak aku Izin sama abang aku dulu" Sintiya takut abangnya nanti mencarinya.
"Ya udah"
Sintiya meminta izin pada Riko dan pasti Riko mengizinkannya karna Sintiya jarang sekali pergi bersama temannya.
Ditya menaikkan satu alisnya, Sintiya mengerti lalu mengangguk.
"Boleh"Ditya lalu menyuruh Sintiya naik ke mobil. Awalnya Sintiya mau duduk di belakang tapi Ditya tiba tiba menunjuk kursi penumpang disampingnya.
"Gue bukan supir lo!" Ditya lalu menancap gas.Terjadi keheningan yang sangat lama ini karena Sintiya jarang pergi bersama temannya apalagi sekarang yang dia hadapi bukan lah Teman sekelasnya melainkan Seorang Raditya Genendra yang banyak di gemari anak perempuan di angkatannya Sintiya. Sintiya saja baru tau nama lengkapnya dari Nesa saat sekelas heboh karena Zara yang mencoba membela Sintiya dari Ditya.
"K-kak? a-aku.." Sintiya mencoba memecah keheningan.
"Lo gagap?" Ditya menjawab.
Sintiya tersenyum karena Ditya akhirnya buka suara.
"Enggak, aku mau minta maaf karna dudukin tempat kakak"Ditya tersentak melihat senyum Sintiya. Sintiya yang tersenyum sangat beda dari yang biasa dia lihat seperti dua orang yang berbeda.
Ditya menggeleng
Ah,gue mikirin apa sih? Batin Ditya."Lo orang yang pertama kali sentuh tempat gue." Ucap Ditya dingin.
"Maaf kak aku gak tau itu tempat kesayangan kakak" Sintiya bingung apa spesialnya tempat itu? yang penting masalahnya dengan Ditya harus cepat selesai.
Tempat itu memang spesial bagi Ditya. Tempat dimana dia membuang semua kekesalannya yang dia bawa dari rumah. Rumah Ditya bukanlah rumah baginya. Keluarga yang berantakan, Orang tua yang pilih kasih, semua Ditya lampiaskan Di pohon itu. Pohon yang membuatnya tenang dan bisa membuatnya melupakan masalahnya.
Ditya sebenarnya tidak marah Sintiya menduduki pohon itu,Dia cuma kaget saja ada orang yang pergi ke belakang sekolah seorang diri dan duduk di tempatnya.
"Turun!" Perintah Ditya.
Sintiya lalu turun saat mobil Ditya sudah terparkir Di parkiran Mal.
"Kita mau ngapain kak?"
"Udah lo ikut aja gak usah banyak tanya!"
Ditya berjalan di depan Sintiya dan Sintiya berusaha mengikuti Ditya dari belakang.
Ditya tiba tiba berhenti Didepan toko baju Branded.
"Aduh maaf kak" Sintiya yang mengikuti Ditya dari belakang menabrak punggung lelaki yang tingginya jauh diatasnya itu."Lo buta?" Omongan Ditya memang pedas tapi Sintiya harus bersikap biasa biasa saja.
"Sana pilihin baju Yang bagus, Temen gue ada yang ultah besok." sambjng Ditya.
Sintiya tau kalau selera bajunya itu beda dari teman temannya jadi dia harus memilih yang terbaik.
"Temannya umur berapa kak?"
"kayak lo!" Jawab Ditya singkat.
Sintiya memilih dress dibawah lutut berwarna Krem. Dress yang biasa saja tapi terlihat Elegan.
Ditya mengambil Dress tersebut dan langsung membayarnya. Sintiya terlonjak kaget, harga Dress itu bahkan 2 kali lipat dari uang yang ia tabung selama sebulan ini.
"teman kakak pasti cantik ya? pasti tambah cantik kalau pake Dress tadi"
"Lo gak usah sok akrab sama gue! Sekarang urusan kita udah selesai"
Eh?udah? tanggung jawabnya itu doang? Batin Sintiya.
"Bener kak?"
"Sana gue mau langsung pulang"
Ditya lalu meninggalkan Sintiya sendiri di Mall.You're welcome Ditya! Batin Sintiya kesal karena Ditya langsung saja pergi tanpa mengucapkan terima kasih.
Sintiya rasanya De ja vu. Pertama kali dia bertemu dengan Zara kan begini juga.Sintiya mencoba menelfon Riko siapa tau dia bisa menjemputnya tapi Sepertinya Riko hari ini sibuk sekali.
"Oi! Kucing lo ketinggalan" Ucap Ditya sambil menunjuk Kiko di kursi penumpang.
"Oh iya kak makasih" Hampir saja Sintiya di marahi Riko karena ceroboh melupakan Kiko di mobil Ditya.
"Ngapain diam? lo mau karatan disini? Naik!" Ditya menyuruh Sintiya naik ke mobil.
"E-eh iya kak"
Akhirnya Sintiya punya tumpangan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scintillate
Teen FictionSintiya yang penyendiri sedikit demi sedikit akhirnya berubah. Dapatkah dia berhasil melakukan perintah dari kakaknya agar tidak kembali ke Sydney kota yang membuatnya trauma? Ini semua kehendak takdir.