"Lo gak punya pacar dek?"
Lima kata itu bikin otak Sintiya berputar. Bagaimana punya pacar? teman saja Sintiya gak punya. Sintiya memang duduk di kelas 11 SMA tapi dia cuma murid pindahan dari semester lalu dan sampai sekarang di sekolah barunya ini dia masih belum dapat teman yang sepergaulan baginya.
"Apasih kak gak ada pertanyaan yang lebih absurd?" Jawab Sintiya.
"Astaga Sin, bergaul sana bergaul." Balas Amila lantaran jengkel dengan jawaban adiknya.
"Bergaul kok. Nesa? lebay banget kak. Risa? bahasannya korea mulu, Sinty gak ngerti. Dysa? baik sih,cuma caper dan centil banget ih Sinty gak suka. Rion?Adam?" Sintiya mulai menyebutkan nama teman sekelasnya satu persatu yang sangat membosankan bagi Amila.
"Yaudah cari sahabat sana" Ucap Amila.
"Iya kalau ada yang cocok" Balas Sintiya.
"Sinty, lusa gue udah mau balik kuliah di Sydney. Lo mau ikut gue gak? gue bisa bilang ke mama, disana Kan ada Emily sahabat lo. Lo juga kan udah lancar bahasa inggris nya."
"Hah? aku? ikut kakak? ogah, Sinty masih betah disini"
"ugh.. Sinty, c'mon lah. Oke gini, gue kasih lo waktu 3 bulan. Kalau lo berhasil dapat teman yang bener bener sreg sama lo, lo boleh tinggal di sini tapi kalau dalam 3 bulan gak ada kemajuan, terpaksa lo harus ikut gue ke Sydney."
"Tapi kak..." Sintiya berusaha menolak tapi langsung di potong sama Amila
"No excuses sayang."Setelah ini Sintiya sudah tidak boleh ogah ogahan lagi, sudah tidak boleh anti sosial.
i hate you sist. Caci Sintiya dalam hati."Kak Sinty ke toilet dulu ya"
"Okay honey, tapi jangan lama ya. Gue masih harus belanja untuk persiapan ke Sydney"
"Iya iya" Ucap Sintiya lemas, Ia tau bahwa hari ini bakal melelahkan.Setelah selesai buang air kecil, Sintiya berjalan ke wastafel untuk mencuci tangan. Ia masih tak habis pikir dengan ucapan kakaknya di Resto tadi. Tanpa ia sadari sedari tadi ada orang di sampinya. Sintiya melihat raut perempuan itu sepertinya apa yang perempuan itu alami tak kalah berat dengan yang di alaminya barusan. Perempuan itu terus saja berdecak sebal. Entah apa yang terjadi padanya.
"Lo? Punya karet rambut gak?" Ucap perempuan itu sontak membuat Sintiya kaget.
"Eh.. tunggu kayaknya aku punya" Jawab Sintiya.
Perempuan itu lalu tersenyum.
Sintiya mengeluarkan karet rambut miliknya dan menyodorkan ke perempuan itu.
Perempuan itu lalu mengambil dari tangan Sintiya dan memakainya di rambutnya lalu pergi begitu saja.
"You're welcome btw." Gumam Sintiya yang ia yakini di dengar oleh perempuan tersebut.
ck apa sih? say thank you kek."Kok lo lama sih dek?" Protes Amila karena kelamaan menunggu.
"Tadi mules kak jadi lama di wc nya" Jawab Sintiya bohong. Ia cuma ingin menutupi kekesalannya akan kejadian barusan.
"Yaudah, Yuk." Ucap Amila seraya menarik tangan Sintiya agar mengikutinya.
It's going to be a long night Sinty. Enjoy it!
Batin Sintiya malas.Setelah Amila selesai shopping, Sintiya langsung meminta pulang. Ia tidak mau tau, intinya dia harus pulang. Pikiran dan raganya butuh istirahat.
Sintiya duduk di balkon kamarnya menatap bulan yang sedari tadi di kerumuni oleh ribuan bintang.
Sintiya jadi iri pada bulan yang bersinar terang di malam hari. Sintiya ingin seperti itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scintillate
Подростковая литератураSintiya yang penyendiri sedikit demi sedikit akhirnya berubah. Dapatkah dia berhasil melakukan perintah dari kakaknya agar tidak kembali ke Sydney kota yang membuatnya trauma? Ini semua kehendak takdir.