"Gue kasih lo waktu 3 bulan untuk cari teman dan mulai bergaul"
Kalimat yang di lontarkan Amila padanya masih terngiang ngiang di kepalanya.Tiga bulan? cari teman? memang bisa?
tanya Sintiya pada dirinya sendiri.Bulan bersinar sangat terang seolah olah mengerti isi hati Sintiya. Memandangi bulan di tengah malam memang sangat lah menyejukkan.
"Sinty buka pintunya" Ucap Riko yang baru saja pulang dari coffee shop nya.
"Come in bang, Sinty gak kunci kok."
"Ini Choco berries buat Sinty. Kesukaan Sinty kan?" Riko lalu menaruh minuman itu di atas meja Sintiya lalu berjalan menuju balkon dimana Sintiya berada.
"Thanks bang"
"Kamu kenapa dek? lesu amat tuh muka nanti tambah jelek loh" Ejek Riko.
Sintiya lalu cemberut dan mendorong Abangnya sampai depan pintu.
"Udah yah abang sayang, Sinty ngantuk"
"Dih gitu aja ngambek. Yaudah, Night dek." Ucap Riko lalu berlalu ke kamarnya.Sintiya menatap segelas Choco berries yang di bawakan abangnya.
Sintiya lalu meminumnya.
Uhh.. i feel a lot better now. Thanks bang.
Batin sintiya.
Sintiya membaringkan tubuhnya dan terlelap."Sinty wake up! it's 6.30 a.m already"
Itu suara Riko membangunkan Sintiya.
"Iya bang Sinty udah bangun"
ia bahkan tidak bersemangat untuk kesekolah.Setelah selesai mandi dan mengenakan seragam Putih abu-abu nya, Sintiya mengambil jaket putih dan melipatnya di tangan. Sintiya memang selalu membawa jaket ke sekolah karena kelasnya yang sangat dingin apalagi di pagi hari.
Sekolah Sintiya memang sekolah elit.
Fasilitasnya sangat sangat lengkap dibanding sekolah lainnya.
Apa yang kurang dari sekolahnya? Tidak ada. Hanya Sintiya yang tak bisa bergaul karena berbeda pembahasan dengan teman sekelasnya.Sintiya turun dari motor Sport milik Riko. "Makasih bang, Sintiya gak usah di jemput yah, Sintiya naik taksi aja."
Ucap Sintiya.
"yaudah kalo gitu jangan pulang lama lama ya dek. jangan lupa banyak senyum, Kusut amat tuh muka."
setelah itu Riko menjulurkan lidahnya dan langsung melajukan motornya.Ughhh i hate my siblings! Umpat Sintiya dalam hati.
Sintiya masuk ke kelas dan duduk di bangkunya.
"Kyaaaa!! kalian nonton gak konser BTS semalam? omgg Jimin keren banget" Teriak Nesa heboh bercerita dengan teman temannya.Sintiya memutar bola mata sambil memakai jaket yang ia bawa dan mengenakan Airpods miliknya.
lagu terbaru dari Taylor swift yang berjudul Cardigan itu sukses membuat Sintiya asik dengan dunianya sendiri.Pak Bima masuk ke kelas sambil menyuruh semua murid tenang.
"Duduk semua anak-anak, Bapak akan kenalkan kalian ke teman baru di kelas ini."
Sintiya tak tertarik dengan siapa pun murid baru itu. Tapi Sintiya tetap menghargai Pak Bima yang berbicara didepan jadi Sintiya melepas Airpods di telinga kirinya agar dapat mendengar suara Pak Bima dengan jelas."Ayo nak Zara masuk." Perintah Pak bima lembut.
Zara lalu masuk dan berdiri didepan para murid. Mata Sintiya mengikuti Arah jalan Zara.
Wait, what?she's familiar. Sintiya membatin."Halo semua nama saya Zaraya Azalea pindahan dari Bandung" Zara lalu memperkenalkan dirinya sambil tersenyum lebar.
"Gila cantik bener" Ucap Adam yang ingin menggoda Zara.
"Eh neng geulis, minta nomor telfonnya dong." Sambung Doni teman bangku Adam.
"Tenang semuanya. Sekian dulu perkenalannya. Bapak sudah mau mengajar" Potong Pak Bima.Untunglah Pak Bima akan lanjut mengajar Jika tidak maka kelas akan heboh karena kedatangan murid baru ini.
"Nah sekarang silahkan Zara duduk di samping Sintiya kebetulan Sintiya memang duduk sendiri"
What???noooo. i don't want anyone to sit with me.
Ucap Sintiya dalam hati.Zara lalu berjalan ke arah Sintiya. Ia juga tak kalah kagetnya dengan Sintiya.
"Lo?yang semalam di Wc?" Ucap Zara tepat setelah duduk disamping Sintiya.
"Em... halo?" Balas Sintiya kaku.
"Halo juga. Tapi beneran Elo kan?" Tanya Zara lagi.
"Eh, iya itu aku."
"Santai aja ngomongnya, Gak usah Aku-Kamu gitu lah" Kata Zara bersahabat.
"I-iya" Sintiya tak berhenti mengutuk dirinya karena semalam bergumam yang jelas jelas didengar oleh Zara.
"Btw thanks ya Karet rambutnya. Sorry kemarin gue langsung pergi karena ada urusan mendadak." Ucap Zara menjelaskan.
"Iya gak papa kok" Jawab Sintiya masih kaku.
Bagaimana tidak? Mungkin ini percakapan terpanjangnya dengan teman kelasnya selama ia sekolah disini. Paling Sintiya hanya berbicara sama guru yang mengajar.Pak Bima guru matematika membuka pembelajaran pagi ini.
"Baik silahkan kerja tugas halaman 47 dan kerjakan tugas yang ada disitu. Ingat, bapak ambil nilainya." Ucap Pak Bima lalu pamit pergi setelah menjelaskan materi hari ini.Sintiya berdecak sebal lalu ia mulai mengerjakan soalnya di buku tugas.
Sintiya tidak terlalu pintar tapi Ia gampang paham penjelasan yang Pak Bima berikan.Selesai! batin Sintiya lalu mengumpulkan tugas di atas meja guru.
Sontak sekelas kaget melihat Sintiya begitu cepat mengerjakan soal.
"Astaga Sin, ajarin napa" ucap Nesa.
"Sin gue pinjam buku lo ya"
"Sin gue juga ya"
"Sin.."
"Sin...."
Astaga!
KAMU SEDANG MEMBACA
Scintillate
Teen FictionSintiya yang penyendiri sedikit demi sedikit akhirnya berubah. Dapatkah dia berhasil melakukan perintah dari kakaknya agar tidak kembali ke Sydney kota yang membuatnya trauma? Ini semua kehendak takdir.