[TAMAT ✔]
"Appa mau kamu pindah ke kosan appa dan ngatur kosan itu!" Seojoon
"HAH?!" Yejae
"Hah heh hah heh, kayak tukang keong aja kamu, gak denger tadi appa bilang kamu disuruh pindah ke kosan" Minyoung
"NO!, BIG NO AKU GA MAU!!" Yejae
"Gak ada pe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BOOM!!
Suara dentuman terdengar sangat sangat jelas di keheningan hutan. Sebuah dinding bangunan terbengkalai terlihat sudah hancur, hanya menyisakan puing puing bangunan yang tak berbentuk.
Dan di atas puing puing dinding itu, terdapat seorang gadis dengan pakaian serba hitamnya. Menatap tajam ke segala penjuru arah.
Rambut perak dan mata yang berwarna biru kristal, terlihat sangat kontras dengan warna bajunya saat ini.
"KELUAR KAU SIALAN!!, SIAPAPUN KAU KU PASTIKAN AKAN KU BUHUH DENGAN TANGANKU SENDIRI!!" Teriaknya marah
"Wah wah wah...., cepet juga lo datengnya?. Padahal gw lagi asik denger teriakan kesakitan mereka" Ucap wanita yang datang dari sisi gelap dengan nada meremehkan.
Menggeram marah, Yejae berjalan maju tapi secara tiba tiba, ratusan laki laki berpakaian serba hitam menghalangi jalannya ke arah wanita tadi.
"Lo pikir akan semudah itu?, ck sayangnya bos kita gak akan semudah itu ngebiarin lo masuk dan nyelamatin mereka" Ucap seorang pria yang datang dari balik kerumunan berbaju hitam.
Tersenyum remeh, Yejae memandang kedua orang itu rendah. "Oh? serasi banget sih kalian, pantai ditambah buaya, ya gak?. Choi San, Jang Seori" Yejae kembali terkekeh kecil.
Tatapan matanya kian mendingin, di ikuti dengan suhu ruangan yang turun sampai dinding dan lantai ter lapisi oleh es.
Menyeringai kecil, lalu secara tiba tiba es tajam dan runcing muncul di bawah kaki laki laki berpakaian serba hitam.
Yang membuat tubuh mereka terbelah menjadi dua bagian. Detik itu, bau anyir darah terasa sangat pekat. San dan Seori menegang kala itu juga.
Keringat dingin merembes membasahi tubuh kedua orang itu. Walaupun masih tersisa setengah dari jumlah tadi, tetap saja rasa takut menyerang mereka berdua.
"Takut?" Yejae tersenyum dingin.
" Bobby, do you want to play with them?" Lalu tepat disamping Yejae muncul singa berbulu perak yang berukuran 4 kali lipat dari singa pada umumnya. Mata biru singa itu memandang ke sisa orang orang berpakaian hitam itu dengan tatapan ganas dan liarnya.
"Go" Auman singa/bobby bergema hingga ke penjuru hutan, burung burung maupun hewan lainnya serempak pergi menjauh dari sana.
Hanya dengan sekali kibasan tangannya, tubuh orang orang berpakaian serba hitam itu terpisah dari tempatnya.
Sedangkan saat yang tersisa dari mereka mencoba untuk menyerang, kepala mereka sudah terlebih dahulu berpindah dari tempatnya.
Bobby menatap nyalang kedua orang yang mematung dan tak bisa berkutik dari tempatnya. Saat akan menyerang San dan Seori, Bobby dihentikan Yejae.
"Mereka aku yang akan menghabisinya. Good job Bobby" Yejae mengelus lebut punggung singa kesayangannya.
Mengalihkan pandangannya ke arah dua sejoli yang dilanda rasa takut. Yejae mengambil langkah mendekati mereka.
Saat sudah sampai di depan mereka, Yejae mencengkram dagu Seori, hingga kukunya yang tajam menusuk kulit dagu Seori hingga mengeluarkan darah.
"Bagaimana kabarmu selama ini, mantan sahabat?" Tanya Yejae sinis, menekankan kata mantan sahabat.
"Tentu baik baik aja, apalagi setelah melihat lo mati nanti" Jawabnya tak kalah sinis, walaupun pupil matanya bergetar menahan takut, saat netranya bersitatap dengan manik biru kristal Yejae.
"Cepet bilang, dimana kalian menyekap mereka sialan!!" Yejae mencekik Seori dengan satu tangannya, dan yang satunya lagi mencekik leher San.
"Gw gak ada waktu buat ngeladenin kalian, pilih langsung mati, atau mati secara perlahan"
"..." Tak ada jawaban yang keluar dari mulut kedua orang itu, mereka berdua hanya meronta ronta, saat pasokan oksigen di paru paru mereka semakin menipis.
BRUAKK
UHUUK UHUK UHUK
Yejae menghempaskan kedua manusia itu hingga terbentur dinding dan memuntahkan seteguk darah segar.
"Pilihan yang salah, welcome to the hell babi" Teriakan kesakitan langsung menggema memenuhi bangunan tua itu, saat Yejae melemparkan api hitamnya ke tubuh San dan Seori.
Api itu akan membunuh mereka secara perlahan, membakar setiap sel sel dan organ tubuh secara perlahan sampai mereka menjadi debu.
Menatap dingin manusia bakar di hadapannya, lalu Yejae mengalihkan pandangannya ke atas di sudut yang tidak terkena cahaya matahari. Tatapannya menajam dan penuh amarah.
Mengarahkan tangannya secepat kilat, cahaya hijau tosca melesat ke kamera tersembunyi itu.
Sedangkan di sisi lain...
"Aihh, ketahuan ya? xixixi" Laki laki berjubah dan bertopeng itu terkekeh saat melihat bahwa Yejae berhasil menemukan kamera tersembunyi itu.
Mengalihkan pandangannya ke arah tahanannya yang ber jumlah 132 orang itu.
"Sebentar lagi dia datang, kalian akan melihat secara langsung bagaimana Yejae mati mengenaskan di tanganku"
"Ah!, untuk triplets, aih tidak tidak, tidak ada triplets lagi, karna nanti kembaran kalian itu akan mati di tanganku benarkan? hahahahaha" Ucap orang itu, mengangkat dagu IU dan melirik ke arah Felix.
Sedangkan mereka hanya bisa menggeram marah, ingin berbicara tapi mulut mereka di tutup kain. Hanya tatapan tajam yang bisa mereka layangkan ke arah orang itu.
Berdoa agar saudara mereka baik baik saja, dan tidak terluka. Tapi IU dan Felix saling ber tatapan, mengerti apa yang mereka khawatirkan ternyata sama, mereka berdua sekali lagi hanya bisa berdoa.
Semoga Yejae tidak terluka, tapi untuk yang satu ini, mereka menjadi tidak yakin. Saat Yejae melihat siapa dalang dari semua ini, mereka khawatir Yejae tidak bisa menerimanya, dan menjadi lengah.
Tidak, jangan sampai hal buruk itu terjadi. Jangan sampai.