part3 senja

20 12 7
                                    

Senja selalu menjadi waktu paling ditunggu. Saat dimana Matahari kembali ke peristirahatannya setelah seharian berjuang memberi sinar kehidupan untuk Bumi.

“Walaupun aku bukanlah senja yang kau tunggu. Tapi akulah langit yang akan menemani hari-harimu.”

.
.
.
.

“Senja itu setia. Dia tak perlu berjanji untuk kembali. Dia hanya butuh waktu untuk menepati. Karena dia tahu, meninggalkan bukan berarti mengusaikan segala harapan. Tapi meninggalkan hanya untuk menguji sebuah kesetiaan.”

Alista menikmati secangkir teh diatas balkon rumahnya, sambil menatap langit yang akan berganti malam. Akhirnya yang alista tunggu telah tiba. Senja, yah itu dia.

Alista termenung mengingat setiap peristiwa yang membuat dirinya harus mundur saat itu juga.

Mengingat seorang ikhwat yang berhasil mencuri hatinya dan tanpa sadar setiap keping memori berputar kembali dipikirannya. Senyum alista mengembang dan seketika itu juga pudar.

"Alista"

"Iya" seseorang memberikan sebuah buku kepada Alista.

"Ini apa?" pada hal alisa sudah tahu itu buku.

Seseorang itu tertawa, "Itu buku alista, judulnya Romantika kawin mudah" pemudah itu tertawa kembali.

"Apa hubungannya sama alisa coba" Alisa ingin mengembalikan buku tersebut. Tapi pemudah itu menolak.

"Kamu lupa, kamu pernah bilang ingin menikah mudah. Jadi saya kasih kamu buku ini"

"tapi, engga ada yang suka sama alista. Gimana dong." pemudah itu ingin sekali mengacak khimar alista tapi. Dia harus ingat bahwa alista bukan mahramnya.

"Ada ko yang mau sama Alista, tapi Alista harus belajar duluh. Terutama belajar agama yang lebih penting. Ingat kak zaki pernah bilang ke alista kalau perempuan itu harus banyak belajar karena.. " ucapan pemudah itu terputus.

"Karena perempuan itu madrasah utama bagi anak-anaknya kelak"

"Benar"  senyum alista mengembang mengingat satu keping ingatannya.

Tapi, senyum itu beransur menghilang.

"Kak zaki mau kemana"  Alista masih memakai seragam putih abu-abu mendekati pemudah yang bernama zaki.

"kakak harus ke yaman alista" ucap pemudah itu dengan senyum dipaksa, berat rasanya harus meninggalkan perempuan yang dia cintai. Tapi, dia sudah berjanji akan melanjukan pendidikannya di yaman.

Alista tampak cemberut mendengarnya, sedangkan zaki yang melihat Alista yang cemberut malah tertawa.

Alista menatap zaki, "Ko, kak zaki ketawa si pada hal Alista lagi sedih" zaki begitu gemas melihat tingkah alista.

"Habisnya kamu lucu" Alista memperlihatkan gigi gisulnya.

"Kak zaki kapan pulang"

"Saya belum pergi udah disuruh pulang"

"In syaa allah kalau urusan saya udah kelar disana. Saya akan kembali"

"Janji"

"Saya tidak bisa berjanji alista"

Takdir BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang