[32] French Kiss

3.4K 541 26
                                    

Di luar pintu, Ying Jiao yang akan mengetuk pintu perlahan menurunkan tangannya.

Dia bersandar ke dinding, memikirkan pemandangan yang baru saja dia lihat secara tidak sengaja, bibirnya melengkung tak terkendali.

Ying Jiao tersenyum, mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya, hanya menahannya di mulutnya, tidak menyalakannya.

Ini adalah pertama kalinya dia tahu bahwa Jing Ji, yang kelihatannya acuh tak acuh di permukaan, sebenarnya akan senang karena mendapat tempat pertama.

Setelah hasil ujian tengah semester terakhir diposting, seluruh kelas heboh, termasuk Guru Liu, yang tidak bisa menahan senyum selama beberapa hari.

Para siswa di kelas lain bergegas menemuinya dengan penuh semangat. Nama Jing Ji telah mendominasi forum sekolah selama hampir sebulan, memicu gelombang kehebohan.

Namun, Jing Ji sangat tenang dan tidak menunjukkan emosi yang kuat dari awal sampai akhir, seolah tidak terpengaruh sama sekali, dia terlihat sangat tenang.

Ying Jiao awalnya berpikir Jing Ji tidak peduli. Tanpa diduga, secara pribadi, Jing Ji bahkan akan mengumpulkan semua kertas ujian, dan diam-diam tersenyum bahagia.

Itu sangat lucu.

Hati Ying Jiao gatal, rasanya tidak sabar untuk segera mendorong pintu, memeluk erat Jing Ji, dan menguyel-uyel wajahnya dengan gemas.

Beberapa siswa laki-laki berjalan dari sisi lain koridor, melihat Ying Jiao, tanpa sadar menegakkan punggung mereka, dan bersiap membuka mulut untuk menyapa.

Ying Jiao mengulurkan jari ke bibirnya, memberi isyarat agar mereka tidak bersuara.

Mereka mengangguk, pergi dengan hati-hati, tangan dan kaki kaku.

Ying Jiao mengerutkan bibirnya, tersenyum, dan melihat ke dalam melalui jendela kaca pintu asrama.

Jing Ji telah meletakkan kotak berisi medali kemenangannya di lemari, dan wajahnya kembali ke tampilan sebelumnya.

Dia menyalakan terang layar ponsel untuk memeriksa waktu. Tidak ingin lagi berlarut bangga, dia segera mengeluarkan buku kerja dari tas sekolahnya, duduk tegak di depan meja dan mulai mengerjakan soal.

Waktu bahagia yang singkat, kurang dari satu menit milik Jing Ji sendiri, berakhir seperti ini.

Ying Jiao tercengang, dan dua ekspresi yang sangat berbeda sebelum dan sesudah Jing Ji terus berubah dalam pikirannya.

Dia tiba-tiba memikirkan penolakan Jing Ji yang tenang dan sungkan ketika dia ingin merayakan prestasi Jing Ji sebelumnya ...

Ying Jiao memahaminya sekaligus, meskipun Jing Ji selalu tenang dan sungkan di depan mereka semua. Tapi nyatanya, dia tidak seperti itu.

Dia hanya biasa menyembunyikan semua kegembiraan, kemarahan, kesedihan, merasakannya sendiri, mencernanya sendiri, dan tidak membagikannya dengan siapa pun di luar.

Termasuk dia.

Apa yang sebenarnya dialami Jing Ji sebelumnya untuk mengembangkan karakter yang tidak bisa membuka hatinya kepada orang lain?

Ying Jiao bersandar di dinding sejenak, lalu membuang rokok ke tempat sampah dan berbalik dan turun ke lantai bawah.

Apa Jing Ji menjaga jarak darinya agar dia tidak melihat emosinya yang sebenarnya, bukan? Ying Jiao dengan ringan menggigit giginya, tidak peduli apa alasan Jing Ji, you wish.

*Istilah untuk: tidak mungkin / jangan harap.

Saat itu hampir pukul sebelas malam, dan angin menderu-deru di atas pepohonan di kedua sisi jalan, membawa hembusan yang lembap dan dingin.

[END] Dressed as School Beauty ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang