Don't Go

541 61 6
                                    

Naruto punya om masashi Kishimoto, saya cuman pinjam, semoga Om Kishi ngebolehin....

Warning!
Jika Anda kesamaan dalam cerita, itu adalah unsur dari ketidak sengajaan.

Ide pasaran!





"Aku harus apa, Hinata, agar kau mengerti?"

Naruto begitu frustasi menghadapi kekasih keras kepalanya. Apa salah jika dirinya ingin mengikat Hinata dalam ikatan janji suci?

"Kau tidak harus memaksakan diri..., Kau tahu ini tidak ada gunanya...."

Hinata menatap hampa pemandangan di luar jendela kaca tempat dirinya di rawat. Dirinya tidak ingin membuat lelaki yang di cintai nya itu terjebak dengan dirinya yang sekarat.

Menikah?

Dambaan bagi pasangan kekasih, menyatukan cinta dalam ikatan janji suci.

Tapi bagi Hinata, semua itu tidak ada gunanya.

Perpisahan ada di depan mata, apa Naruto tidak mengerti?

Kenangan ini hanya akan menyisakan luka. Apa yang bisa di harapkan?

Seandainya waktu bisa berhenti.

.

.

.

Di taman hijau yang luas di sore hari, suasana sejuk di bawah rimbunan pohon itu kini di sulap menjadi tempat untuk mengucapkan janji suci.

Suara lonceng berdering memenuhi taman yang kini ramai oleh sanak saudara dari sepasang manusia yang hendak melangsungkan pernikahan.

Dengan hati yang berdegup kencang, Naruto mengatur nafas pelan, ia begitu gugup menunggu kedatangan mempelai perempuan yang di cintai sudah sejak lama.

Sudah lama dirinya menyakinkan Hinata agar mau menikah dengannya, dan akhirnya perempuan itu menyetujuinya.

Di hadapan Tuhan, Naruto berdo'a agar mereka di berikan waktu yang panjang.

Naruto menoleh ke arah Hinata ketika  suara piano pengiring menandakan bahwa mempelai perempuan telah datang, ia berikan senyum tulus yang tersemat harapan yang tinggi. Wajah tampan yang begitu rupawan di tambah senyum sehangat mentari pagi tidak dapat menutupi kilat sedih di ujung matanya.

Tuhan... Ku mohon... Berikan kami kesehatan untuk bersama lebih lama lagi....

Hiashi mendorong pelan kursi roda tempat Puterinya bertumpu. Mengantarkan buah hatinya ke tangan lelaki yang sudah ia percayai. Wajah datar Hiashi menyimpan luka, namun tidak boleh ada air mata di hari bahagia ini, ia sudah berjanji pada Hinata.

Pakaian pengantin yang membalut tubuh Hinata terlihat sangat longgar. Kepala yang tidak lagi di hiasi helaian indigo itu tertutup tapi sulam yang di lapisi kerudung patutih.

Suara piano terus mengiringi langkah Hiashi, ia harus kuat.

"Aku titipkan puteriku pada mu Naruto...."

Hiashi mengulurkan tangan Hinata kepada calon menantunya, tersemat luka yang kini harus terbagi pada hati yang selalu mencintai. Pada Naruto, calon menantunya.

Hiashi hanya berharap, waktu berhenti pada bahagia yang ada di hadapannya.

.

.

.

Tiga bulan kemudian....

Langkah kaki panjang mendekat ke arah ranjang tempat seorang perempuan tertidur dengan alat medis yang menunjang kehidupannya.

Kumpulan One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang