Selasa, 28 September.
Dita menghampiri Diana yang tengah menyiapkan sarapan untuknya dan Steven. Gadis itu memutuskan untuk membantu bundanya menyiapkan sarapan.
Waktu masih menunjukkan pukul 07.00 dan sepertinya jadwal Dita luang hari ini.
“Bun, maafin Dita, ya. Pasti bunda sedih banget, ya?” Diana menghentikan aktivitasnya, wanita itu menatap Dita dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
“Maafin bunda juga, ya. Kamu harus menanggung semua ini, pasti berat kan bagi kamu?” Dita memeluk bundanya dengan sangat erat.
“Jujur sebenarnya bunda juga belum bisa melepas kamu ke jenjang pernikahan, nak. Maafin bunda, ya.” Dita mengusap punggung Diana dengan halus.
“Bunda paham perasaan kamu.” Dita tersenyum getir.
“Ya udah, kita sarapan dulu yuk, bun.” Diana mengangguk.
Tak lama datanglah Steven dengan kemeja kerjanya. Sepertinya lelaki itu akan berangkat bekerja.
Steven duduk di kursi samping Diana, sementara Dita berseberangan dengan mereka. Dita sebenarnya ingin menyampaikan sesuatu, namun gadis itu berusaha mencari waktu yang tepat.
Dita sudah mengambil keputusan. Dita sudah membulatkan tekadnya.
Sarapan berakhir, Dita menarik napasnya dan membuangnya agar gadis itu tenang. Sepertinya ini waktu yang tepat untuk Dita menyampaikan keputusannya.“Bun, yah, Dita mau bicara sesuatu.” Dita menautkan kedua tangannya.
“Bicara apa, sayang?” tanya Diana, wanita itu masih sibuk membersihkan meja makan seentara Steven masih meneguk secangkir teh hangatnya.
“Tentang pernikahan aku dan Dion,” jawab Dita. Diana dan Steven saling bertatapan.
“Aku akan mencoba menjalaninya, bun, yah.”
***
Dita dan Diana kini berkunjung ke rumah Diva. Kedatangan keduanya disambut baik oleh Diva dan Dion. Diva langsung mempersilahkan keduanya untuk duduk dan berkumpul di ruang tamu.
Dion duduk di seberang Diana dan Dita sementara Diva sedang mengambil minum untuk keduanya.
“Papi kamu ke mana, Dion?” tanya Diana membuka pembicaraan awal mereka.
“Papi sedang check up, tante. Dion baru aja balik, tadi nemenin papi sebentar.” Diana mengangguk paham.
“Tante dan Dita, ada apa? Tumben ke sini,” lanjut Dion.
Diva datang membawa dua cangkir teh manis, menyuguhkannya kepada Diana dan Dita. Diva kemudian duduk di samping Dion.
“Diminum dulu, jeng.” Diva tersenyum kepada Diana. Diana meneguk secangkir teh manisnya. Diva kemudian menatap Dita.
“Ayo, Dita, diminum dulu tehnya nanti malah dingin, lho.” Dita tertawa kecil.
“Iya, tante. Terima kasih.”
Setelah keduanya menghabiskan secangkir teh manisnya, Diana memutuskan untuk menyampaikan kedatangan mereka ke rumah Diva. Diana bergantian menatap Diva dan Dion.
“Sebenarnya kedatangan saya dan Dita ke sini ingin menyampaikan sesuatu,” tutur wanita itu. Diva dan Dion terdiam menunggu kelanjutan Diana.
“Saya ingin menyampaikan bahwa...Dita mau menikah dengan Dion.” Diva menarik kedua sudut bibirnya membuat lengkungan sempurna begitu pun dengan Dion yang sedikit kaget, namun lelaki itu menyembunyikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
impLOVEssible ✔ [ Sudah Terbit ]
RomanceAku tak pernah menunggumu. Kamu tak pernah sengaja datang. Tapi tuhan sengaja mempertemukan kamu dan aku. Hadirnya kamu mampu mengubah segalanya. Hadirnya kamu juga membuat hidupku lebih berwarna. Entah sejak kapan, aku kadi lebih sering tersenyum...