Prologue ☕️

546 31 2
                                    


"Glad to see you back my ex?"


Seperti apa yang dikatakan sebuah pepatah, 'Yang indah hanya sementara, yang abadi adalah kenangan, yang ikhlas hanya dari hati, dan yang tulus hanya dari sanubari'.
Seberapa berat atau sulitnya perjalanan, di masa yang akan datang kenangan akan selalu terbesit menyapa untuk mengingat. Kenangan dalam hati bisa dilupakan, namun sangat sulit untuk dihapus.

Lengkungan senyum yang telah lama tidak terlihat kini kembali tanpa diduga, selalu sama dan terkesan manis. Dua tahun yang lalu berjumpa saling menebar rasa hingga sebuah perjalanan terukir indah dalam ingatan, dan saat ini adalah kali pertama berpandang mata setelah kasih yang dimiliki tak lagi berkehendak untuk terus berkabar.

Jangan tanya mengenai hati, dipertemukan kembali saja adalah hal yang terdengar mustahil. Salahkan diri yang memilih menyakiti orang yang dicintai karena kala itu ego sangat menguasai.


"Apa kabar?"


Maaf, apakah pertanyaan itu hanya sebagai hiasan sapaan atau benar-benar masih memiliki rasa peduli? Minhyun memaku mulutnya yang tidak tau diri bertanya dengan lancang tanpa mengingat kebodohannya di masa lalu.

Genius dalam hal akademis tidak menjadikannya pintar dalam hal menghargai perasaan wanita. Sejatinya seorang lelaki meskipun keadaan tak memungkinkan untuk berlanjut menjalin kasih, mereka akan memberikan alasan pasti sesulit apapun itu. Tetapi Minhyun malah pergi dan menghindar.


"Aku masih bisa bertahan dengan baik setelah dibuang begitu saja"


Seorang wanita mereka akan berbohong dengan perkataan untuk menutupi luka dihatinya. Sementara itu, wanita sebaik dan setulus Jennie ada untuk disakiti.

Satu hal yang Minhyun baru sadari bahwa selama tujuh tahun lamanya menjalani pendidikan sebagai mahasiswa berprestasi dengan segudang pujian yang dilontarkan padanya. Tapi baru saat ini ia merasa bahwa pujian itu semua hanyalah omong kosong.

Jennie menangis, usaha Minhyun untuk mengejar ilmu hingga menjajal nilai tertinggi selama ini sangatlah tidak berarti. Memenangkan hatinya bukanlah hal mudah, mungkin banyak yang jauh lebih baik daripada dirinya dan entah ada hal apa yang membuat Jennie memilihnya yang mampu menyakiti dengan sempurna.

Minhyun memang pengecut handal, tetapi ia bertekad baik sebelum membuat keputusan walaupun dengan sedikit keliru.


"Maaf"


Mungkin serangkaian kata maaf mustahil akan diterima, tapi setidaknya kata itu dibuat dengan sepenuh hati atas rasa bersalah yang ia buat karena kebodohan. Minhyun mengakui ia memang bukan pria yang patut dibanggakan dalam menghargai wanita.

Tanpa ada genggaman dan kata darinya, Minhyun melepas Jennie begitu saja. Attitude yang ia pelajari selama menjadi anak yang berbakti sedikit pun tak ada yang membekas, menjadi seorang dokter dengan gelar spesialis sepertinya sia-sia setelah melihat Jennie menitikan air mata dihadapannya saat ini.


"Kamu tau apa salah kamu disini? Jangan membuang-buang tenaga hanya untuk mengucap kata maaf"


Sebesar itukah kesalahan yang dilakukan hingga dia tak sudi mendengar satu kata berarti darinya? Memang disinilah salahnya Minhyun yang terkesan tak peduli dengan perlakuannya sendiri. Tidak ada alasan untuk pergi dan kini kembali dengan maaf? Jennie tertawa.

Mudah sekali pria menghancurkan hati wanita setelah dibuat dengan penuh kasih dan keberanian.

Lalu dulu tidak adakah niat untuk mengucap kata itu daripada sekarang? Minhyun sangat terlambat, ia hanya buta karena ego sendiri yang mengejar wawasan dan mengacuhkan orang yang sudah mendampinginya selama dua tahun perjalanan di masa sulit.



"Aku salah"







•••

Kembali dengan cerita baru! Bagaimana? Support terus cerita ini.

Caffeine | Jennie • Minhyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang