-Empat part untuk masa lalu.
Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang teladan dengan segudang prestasi akademis yang tak usah diragukan lagi, Minhyun selalu memanjakan hari-harinya didalam perpustakaan bersama tumpukkan buku-buku tebal kedokteran dari berbagai penulis ilmiah yang ada diseluruh penjuru dunia.
Mereka yang senantiasa memiliki otak sepadat Minhyun memang lebih menginginkan asupan materi pelajaran daripada makanan kantin yang jelas jelas mampu memenuhi nafsu lapar dengan berbagai kenikmatan masakan rumahan yang tersedia begitu lezat. Dan sepertinya staff perpustakaan pun sudah tidak asing dengan kehadiran sosok Minhyun karena tak jarang menampakkan wajahnya setiap hari disela jam kelas kosong atau kelas selesai hingga staff perpustakaan memberi tanda 'closed'.
Biarpun sedang dalam suasana tugas akhir dan penentuan, kebiasaan Minhyun tidaklah wajar dari mahasiswa seangkatan lainnya diberbagai jurusan. Staff perpustakaan yang setiap hari selalu berpapasan dengannya selalu terheran-heran dengan sosok Minhyun yang menghabiskan waktu untuk belajar dan terus belajar. 'Apa dia tidak merasa pusing? atau apakah dia tidak punya kehidupan lain? bagaimana dengan kekasihnya, apakah dia tidak cemburu karena lebih sering berkencan dengan buku?' Begitulah kira-kira yang tersirat dilogika kebanyakan orang tentang Minhyun.
Tak peduli atas perkataan orang yang iri dengan ketekunannya sebagai mahasiswa, Minhyun sendiri memang kutu buku karena dilihat dari penampilannya pun sudah mencerminkan bahwa seorang Minhyun tak ada yang mampu mengalahkannya dalam hal akademis, dia orang nomor satu yang banyak dibanggakan rektor maupun dosen. Entah dari fakultas sendiri atau dari fakultas lain pun dikenal baik siapa Minhyun.
Terlepas dari itu Minhyun bersosialisasi normal, dia akan pergi bermain melakukan hobby olahraganya bersama rekan satu team selama waktu senggang, ataupun nongkrong ditempat biasa mereka menghabiskan waktu setelah olahraga. Cibiran kali ini masih tentang keuletannya yang tetap melakukan kebiasaannya dalam belajar, setiap pembicaraan selalu berkaitan tentang dirinya yang dibilang terlalu pintar. Dan Minhyun memilih mengabaikan karena sudah muak dengan cibiran mereka, toh dia sendiri yang menjalani kenapa harus diperdebatkan? Tapi Minhyun memang rekan yang baik, tak sepatutnya pertemanan terpecah hanya karena persoalan tak berguna, biarkan orang berkata apapun karena mereka punya mulut yang diciptakan untuk berbicara dengan batasan.
Dengarkan hati dan pikiran mu untuk kebaikan sendiri pikirkan sebelum mengkritik orang lain.
"Sorry, bisakah membantuku sebentar? Maaf sebelumnya aku sudah mengganggu mu" ucap seseorang ketika kehadirannya tiba-tiba datang dan membuat Minhyun mengalihkan atensinya.
Menutup buku sebentar hendak mengabulkan pertolongan seorang mahasiswa yang juga datang mengunjungi perpustakaan, Minhyun beranjak menuju rak buku dipojok ruangan.
"Aku membutuhkan buku itu, tapi aku tidak bisa menggapainya. Tolong ambilkan bukunya untukku?" dengan tangan panjang yang dimiliki Minhyun, ia bersedia mengambil buku yang terletak dirak paling atas itu lalu memberikannya pada pemiliknya.
"Terimakasih" dan pertama kalinya Minhyun melihat wajah dengan ulasan senyum indah selama empat tahun menjadi mahasiswa di kampusnya saat itu. Sungguh keindahan mana lagi yang patut disyukuri begitu wanita dihadapannya menunjukan sisi sempurna tepat ketika Minhyun tersadar.
Berterimakasih dan berlalu, disitulah Minhyun merasakan debaran hebat entah perasaan apa yang tengah dialaminya. Baru pertama bertatap pandang sudah mampu membuat Minhyun diam seribu kata, ia lupa sesaat akan aktivitas yang saat itu sedang dilakukannya sampai seorang staff perpustakaan menghampiri dan membuyarkan lamunannya.
Siapa dia? Darimana wanita itu berasal? Apakah dia mahasiswa baru? Fakultas mana yang mempunyai wanita secantik dia? Oh, Minhyun kira wanita itu bukan mahasiswa yang baru saja melepas status murid menengah atas. Dari buku apa yang tadi diambilnya Minhyun pikir itu adalah materi semester 4, ia tau buku itu pernah ia pelajari sebelumnya.
Mereka berada di fakultas yang sama saat ini, tapi bukankah ia terlalu gaptek? karena sekali pun Minhyun tidak pernah melihat adik tingkat seperti dia.Belajar bukanlah kebiasaan yang tercela, hanya saja sikap Minhyun yang kurang minat terhadap sekeliling membuatnya tidak tau apa pun yang terjadi termasuk terhadap mahasiswa baru. Bukan sombong, tapi Minhyun lebih berminat dengan materi pembelajaran, oleh karenanya meskipun banyak wanita dikampus yang tertarik padanya pun kini perlahan-lahan mundur karena pikir mereka, mereka akan diabaikan karena Minhyun lebih mencintai buku-buku.
Tapi sekarang, minat Minhyun teralihkan dan sedikit ingin lebih mencari tau apa saja yang terjadi disekeliling kampusnya, biarkan ia mengatur waktu belajar agar bisa bergaul lebih luas.
"Baek, kamu tau siapa wanita yang tadi datang meminta tolong padaku?"
"Adik tingkat? Aku rasa dia Jennie, dia pernah berada dibawah bimbingan ku"
Hanya dari namanya saja terdengar indah, Minhyun kira dia bisa memanfaatkan temannya itu sebagai sumber informasi tentang seorang wanita yang sudah mampu membuatnya tersadar bahwa wanita lebih menarik untuk dipahami daripada materi kedokteran yang penuh dengan teori.
"Bukan hal biasa kamu menanyakan mahasiswa lain" lihat, teman satu angkatannya pun begitu mengenal tabiat Minhyun. "Ada apa?"
"Tidak, aku rasa ini pertama kali melihatnya"
"Dia dua tahun dibawah angkatan kita, semua anak fakultas mengetahui siapa Jennie. Aku pikir kamu memang bermasalah Hyun"
Minhyun tidak peduli, lagi lagi orang menanggapnya aneh dan bermasalah hanya karena tidak tau keberadaan adik tingkat baru setelah 2 tahun menjalani pendidikan di fakultas yang sama. Toh ia bukan pengawas atau petugas absensi yang setiap saat mengetahui siapa saja yang datang dan pergi dalam sepengetahuannya, ia hanya bertanya bukan berarti ada yang salah atas sikapnya selama ini.
Minhyun akui, mungkin apa yang dikatakan temannya tadi memang benar adanya. Wanita yang sempat ditanyakannya adalah salah satu mahasiswi yang banyak dikenal dikalangan tingkat walaupun tidak dengannya. Minhyun lihat dari wajahnya pun seperti banyak dikagumi seluruh mahasiswa kampus, begitu juga dari cara berpakaiannya sangat stylish, mungkin itu yang dilihat banyak mahasiswi dan terinspirasi darinya.
Tapi tunggu, bukankah Minhyun mulai tertarik karena sudah mengamati seperti apa sosok wanita itu?
"Mulai lah belajar mengetahui sekeliling Hyun, kamu sangat dibutakan oleh buku materi"
"Aku akan memulainya darimu"
"Aku?"
"Ya Baek, aku ingin tau wanita yang ku tanyakan tadi"
"Kenapa harus aku?"
"Karena kamu teman ku dan kamu tau siapa dia"
Mencoba keluar dari zona nyaman, Minhyun rasa tidak ada salahnya ia memulai ketertarikan yang baru sehingga wawasannya akan lebih banyak tentang hal lain. Sesuatu yang memiliki maksud baik pasti akan lebih mudah untuk jalani, walaupun ini menyangkut perasaan Minhyun akan mengejar apa yang sudah ia putuskan dan mencoba menjalani hubungan asmara dengan seorang wanita yang di inginkannya.
Meski kehendaknya adalah hal sensitif karena berkaitan dengan hati tidak membuatnya mundur untuk pertama kali. Mungkin terdengar sedikit sulit dibanding mengerjakan kuis dadakan tanpa diberitahu dosen sebelumnya, tapi ia akan berusaha membuktikan kepada semua teman-temannya ia tidak seperti apa yang mereka cibirkan.
•••
Masa lalu dulu..
KAMU SEDANG MEMBACA
Caffeine | Jennie • Minhyun ✔️
FanficEx = mantan Mantan = expired Expired = basi Basi = racun Racun = candu(?), thankyou. By, rrb.