09.

72 12 0
                                    

Silih berganti bintang berkedip menunjukkan keindahannya ditengah kegelapan malam, Minhyun melepaskan stethoscope yang sempat tersampir dilehernya ke dalam tas kerja sebelum hendak mengakhiri hari panjangnya. Baru kali ini ia benar-benar merasakan kelelahan setelah berkutat kerja tidak seperti biasa, otaknya tak habis dibuat berpikir oleh banyak hal.

Satu dari sekian kewajiban dalam melaksanakan tugasnya, Minhyun pertama kali melambaikan tangan untuk menyerah. Dan disini didepan pintu ruangan Minhyun melangkahkan kaki bermaksud untuk melepaskan kewajiban yang sebelumnya telah diperintahkan.

"Maaf menganggu waktu mu Dok, ada yang perlu saya bahas" ucap Minhyun baru saja memasuki ruangan kerja Kepala Rumah Sakit.

"Oh tidak masalah, ada apa?"

"Ini perihal tugas di bangsal utama, saya pikir saya tidak bisa melanjutkannya lagi. Saya rasa itu tugas yang cukup berat bagi saya, lebih baik jika anda memilih orang lain yang lebih kompeten dariku"

"Apa yang terjadi sebenarnya, tadi pagi wali dari pasien vvip meminta untuk mengganti Dokter, dan sekarang kamu mengundurkan diri? Tidak ada alasan pasti dari permintaan ini, coba bisa kamu jelaskan?"

Pria paruh baya itu menggunakan tatapannya yang menohok Minhyun karena merasa ada hal yang ditutupi dari permintaan yang tak berdasar itu. Tidak mungkin jika Minhyun tidak mampu menangani pasien dengan baik, Minhyun salah satu dokter berpengalaman dan memiliki sejarah prestasi yang luar biasa. Jadi bukan hal itu yang dia khawatirkan saat ini.

"Apakah Klan tau? Saya kira kamu merasa sulit untuk mengatakan alasannya."

"Tidak ada kaitannya dengan Klan, Dok. Saya hanya merasa tidak enak dengan dokter senior lainnya, sementara saya sendiri belum lama bekerja disini"

Minhyun tidak membiarkan Klan menceritakan apapun secara gamblang kepada Kepala Rumah Sakit tentangnya. Klan bukan orang yang seharusnya sebagai sumber informasi meski Kepala mengetahui bahwa mereka bertiga berteman karena berada dalam satu jenjang pendidikan di kampus dulu.

"Jika menurutmu seperti itu saya akan tanyakan pasti pada wali pasien, karena saya tidak pernah sembarangan menempatkan seseorang diposisi yang pantas"

Kebijakan Kepala Rumah Sakit memang tidak salah, Minhyun bermaksud hanya untuk membuat Jennie nyaman dalam masa pemulihannya sesuai keinginan tanpa harus memikirkan apa yang terjadi pada mereka berdua. Jennie sudah sepatutnya mendapatkan pelayanan yang baik untuk kesehatannya karena ia begitu banyak diharapkan oleh orang-orang lingkungannya seperti yang Minhyun ketahui.

Dan atas apa yang dikatakan Kepala Rumah Sakit pun tidak bisa Minhyun elak lagi, hingga wali pasien itu sendiri yang menjelaskan alasannya.

"Maaf Hyun, nanti saya akan mendiskusikan lagi dengan dewan lainnya terkait kebijakan di bangsal utama"

"Baik, maaf sudah mengganggu waktunya Dok" Minhyun pamit seraya berjalan keluar pintu ruangan.

Tidak banyak yang tau terkait urusan pribadi dirinya dan Jennie, sang manager pun tak tau pasti kenapa Jennie tiba-tiba bersi keras meminta ganti Dokter yang tentunya tidak semudah mengucap karena harus ada pembahasan lebih dari pihak rumah sakit. Dan Minhyun pun tau tentang itu.

"Kamu disini?" Hendak menutup kembali pintu ruangan sang Kepala, Minhyun terperangah melihat sosok yang bertanya padanya.

"Ada yang harus aku urus"

"Rupanya kamu memang lemah Hyun. Aku sudah bertemu dengan Jennie tadi"

"Syukur lah, kamu tidak perlu lagi meminta izin"

Caffeine | Jennie • Minhyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang