O15 : Yuta Ten?

2.3K 182 17
                                    


Yuta merapikan rambutnya dan berkaca di spion motornya.  " Cakep banget atuy ini." Yuta mengembangkan senyumnya.
" Dijamin Ten demen sama gue.. Hahahaha"

" Kak!" Ten menepuk bahu Yuta.
" ASTAGA DRAGON" Yuta mengusap dadanya.
" Hehehe.. Kak.. maaf ya agak lama soalnya tadi sebelum pulang gurunya ceramah bertele - tele." Ten mendengus.
" Ga masalah kok, lagian juga tadi kakak otw ke sini agak telat." Yuta tersenyum.  " Eh ini helmnya."  Yuta memakaikan helm untuk Ten.
Ten tersenyum. " Makasih kak! "
" Yaudah yuk langsung aja, naik gih." Yuta menyalakan motornya. Ten dengan sigap membonceng Yuta.

































" TENNNN!!!!! "





















" TENNNN! "




















" TENNN JANGAN PERGI!!!"
















" KERTAS TUGAS KAMUU KETINGGALAN!!!! "














Yuta dan Ten bersamaan menengok ke sumber suara. Ten menajamkan penglihatannya.

" ASTAGA IYA!" Ten turun dari motornya.

" TEN.. HAH.. HAHH.. TULI YA KAMU!!"

" Hehe.. maaf win, pake helm nih jadi kurang kedengeran." Ten menepuk bahu Winwin.
Winwin masih mengatur nafasnya.
" HAH.. HAH.. CAPEK TAU!"
" Iya - iya maaf winwin.. yaudah aku ambil ya kertas tugasnya." Ten mengambil kertas tersebut.

Winwin memandangi Yuta intens. Yutapun ikut memandangi Winwin.

" TEN BOHONG YA !? TADI KATANYA PAS PULANG MAU PAKE BUS! TERNYATA DIJEMPUT PACARNYA! " Winwin berteriak.

Ten melotot dan membungkam mulut Winwin.

" Mpphhh.." Winwin mendorong tubuh Ten.
" KENAPA SIH!"
" Jangan teriak - teriak. Lagi pula dia bukan pacarku! " Ten memukul lengan Winwin lalu menatap Yuta.
" Kak maaf ya, kalau temenku nih suaranya ga enakin di kuping."
Yuta menggeleng dan tersenyum.
" Gapapa kok. Maklum masa puber." Yuta lalu menatap Winwin. " Oh iya siapa kamu... Hmm.. Wingwing.. Iya wingwing--"

" WINWIN BUKAN WINGWING. WE I EN BUKAN WE I ENG!" Winwin berteriak didepan muka Yuta.

Ten mencubit lengan Winwin. " Jangan malu - maluin! "
" Dia salah manggil Winwin! " Winwin protes.
Yuta terkekeh. " Wingwing atau siapalah itu. Emang saya bukan pacarnya Ten... tapi.. saya calon pacarnya."

Ten yang mendengar itu seketika jantungnya berdetak kencang. Oh jangan lupa, pipinya juga memerah.

" Aww aww.. Tenn... Ditunggu pajak jadiannya!" Winwin tertawa sambil menatap Ten yang sedang tersipu malu.

" DAN BUAT KAMU!" Winwin medekati Yuta dan mengacungkan jarinya.
" Kalau sampai kamu nyakitin TEN! Winwin bakalan bikin kamu kaya perkedel! BULET! PERSEGI! GEPENG!" Winwin menggesekan jarinya ke lehernya sendiri.

Yuta tertawa terbahak - bahak.

" MALAH KETAWA! WINWIN GA BERCANDA YA!"

Winwin menatap Ten lalu tersenyum." Yaudah Ten, Win pergi dulu yaaa~ dadah~"

Winwin kembali menatap tajam Yuta lagi.
" WINWIN TANDAI MUKA KAMU! AWAS!" Winwin menepuk motor Yuta lalu berlari pergi.

Yuta menatap punggung Winwin yang menjauh dan menggelengkan kepala.

" Maaf ya kak.. Temenku--"
" Gapapa kok dek, santai aja. Ga ada yang ketinggalan lagi kan? berangkat yuk." Yuta menyalakan motornya. Ten pun menuruti perkataan Yuta.

Yuta menjalankan motornya dengan mengebut membuat Ten spontan memeluk pinggang Yuta.

Yuta? dia sedang tersenyum nakal.





















" Ini ya mas pesanannya. Saya ulang lagi ya, Mie rebus satu, Nasi goreng satu dan es jeruk dua. Benar?"

" Iya bener mbak, makasih ya." Yuta tersenyum.

" Baik, terima kasih kembali. Saya permisi dulu."

Yuta dan Ten mengangguk sopan.

" Kak Yuta, makasih ya traktirannya." Ten tersenyum.
" Iya dek, habisin gih." Yuta ikut tersenyum.

Ten mengangguk dan mulai memakan mie rebusnya. Yuta sangat senang melihat Ten lahap makan.

Ten melirik Yuta. " Kakak harus makan nasi gorengnya, biar kenyang! bukan malah liatin aku!"
Yuta terkekeh. " Hehehe.. maaf" Yuta bergegas  mremakan nasi gorengnya sebelum Ten lebih mengamuk.

Hening beberapa saat. Hanya terdengar suara gesekan antara garpu, sendok dan piring.

" Dek..." Yuta menatap Ten yang sedang melahap mie rebusnya.
Ten buru - buru menelan. " Eum? Kenapa kak?"
" Kita udah deket sekitar tiga mingguan kan ya? wah hampir sebulan." Yuta tersenyum.
" Iya kak, kayanya baru kemarin kita ketemu di halte." Ten mengulum bibirnya sendiri.
" Kalau boleh jujur.... aku punya perasaan sama kamu dek.." Yuta menatap Ten.
Ten membelalakan matanya. " M-maksudnya kak? "
Yuta menggegam jemari Ten.
" Aku punya perasaan lebih dari sekadar perasaan kakak adek. Aku suka sama kamu Ten. Aku nyaman sama kamu. Dan mungkin aku mulai cinta sama kamu dek."

Ten terdiam, jantungnya berdegup kencang.

" Tapi tenang aja. Aku ga akan maksa buat pacaran. Karena juga... aku belum tahu perasaan kamu..." Yuta mengusap jemari Ten.

Ten menghembuskan nafas dan tersenyum.
" Kak, kalau aku boleh jujur aku juga ngerasa nyaman sama kakak. Kakak baik, pengertian, pinter, mapan lagi. Siapa coba yang ga bakal nyaman? "

Yuta tersenyum.

" Aku juga mulai mencintai kakak. Memang kakak ga maksa buat pacaran...t-tapi... aku yakin kakak juga pasti berharap punya hubungan sama aku kan? " Ten menatap Yuta.

Yuta terdiam.

" Maaf, aku belum bisa kak untuk pacaran. Karena aku belum siap untuk hubungan itu. T-tapi aku juga mulai mencintai kakak... aku bingung.." Ten menunduk.
" Dek." Yuta menganggkat dagu Ten perlahan.
" Aku kan tadi udah bilang, aku ga akan maksa. Jujur, dengan kamu punya perasaan yang sama kaya aku aja, aku udah bahagia dek." Yuta tersenyum.

Ten sedikit tersenyum.

" Kita bisa menjalani hubungan ini tanpa status pacaran. Dengan komitmen, kita saling percaya dan saling memberi kebahagiaan." Yuta mengusap pipi Ten. " Sure? "

Ten mengangguk semangat.

Yuta mendekati wajah Ten dan menempelkan bibirnya ke bibir Ten.

Ten yang memulai, ia melumat bibir Yuta lembut. Yuta tersenyum singkat dan mulai membalas lumatan Ten. Bibir mereka saling berpagutan, terkadang jahil mereka menggigit bibir satu sama lain.

Tidak perduli ada beberapa orang yang melihat.

Yuta melepaskan lumatannya dan mengusap bibir Ten.
" Aku mencintaimu Ten."

Ten hanya tersenyum.





























, swipe for next

LOVE & DOYOUNG [ ✔️ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang