BAB 14 : Wanita dari Masalalu

3.6K 135 3
                                    

.

.

.

.

Kehadiran Bima sang buah hati, membawa dampak yang begitu besar di kehidupan Devan. Di setiap waktunya terasa sangat berharga, rasa letih sehabis berkerja langsung hilang ketika melihat putra kecilnya itu. Energi Devan seoalah terisi full kembali. Seperti sekarang ini, langkah kaki pria itu erdengar sangat bersemangat menapaki setiap anak tangga menuju kamar utama. Menghampiri si kecil Bima yang sedang berada di pangkuan Rissa.

"Hai, jagoan. Lihat, ayah bawakan banyak mainan untukmu." Ayah satu anak itu menunjukkan barang yang dia bawa. Tadi ketika di perjalanan pulang, dia sengaja mampir ke toko mainan untuk membeli semua itu.

"Apa menurutmu ini tidak berlebihan? Mainan Bima sudah banyak. Untuk apa kau membeli semua itu?" Rissa mulai mengomel, dan tampaknya Devan sudah tak terkejut lagi dengan hal itu dan sama sekali tidak mempermasalahkannya, menanggapi itu dengan santai.

“Mainan ini belum ada apa-apanya. Aku bisa memberikan apapun untuk jagoanku ini.“ Devan menjawab dengan senyum lebar Mendengarnya Rissa mendengus keras, lalu bertanya. "Apa kau sudah makan?"

Devan menggelengkan kepala, dan fokus pria itu masih tertuju pada Bima. “Aku akan menyiapkan makanan untukmu.“ ujar Rissa bangkit berdiri, setelah meletakkan Bima di tempat tidur. Ntah sejak kapan Devan mulai terbiasa di layani Rissa. Wanita itu sudah tidak mengabaikannya seperti dulu, dia merawat Devan seperti seorang istri yang sebenarnya. Devan sangat bahagia tentang hal itu.

Bima menggeliat pelan dengan kedua tangan yang mengepal lucu. Devan gemas, tak tahan untuk menoel-noel pipi gembeli Bima dengan telunjuknya. “Rissa, seperti Bima mengantuk. Apa tidak sebaiknya kau susui lagi?"

“Sejak tadi Bima sudah menyusu. Jika terlalu banyak, aku takutnya dia akan muntah." Setelah mengatakan itu, Rissa keluar kamar. Sedangkan Devan kembali asyik bermain dengan Bima yang mulut kecilnya beberapa kali menguap, serta mata bulat yang mengerjab imut.

Tak sampai setengah jam, karna setelahnya Bima tertidur di tangan Devan. Ketika dilihatnya Bima sudah terlelap nyenyak, Devan menyelimutinya lalu perlahan beranjak bangun menyusul Rissa yang sedang menunggu dia di meja makan menyiapkan makan malan untuknya.

Devan melangkah mendekati Rissa, dan memeluknya dari belakang, dan berbisik rendah. "Kau memanjakan Bima terus. Lalu kapan kau memanjakan suamimu ini, huh?" Sebenarnya Devan hanya asal bicara, melakukan itu untuk menggoda Rissa.

Namun sepertinya apa yang Devan ucapkan berhasil mengundang tawa geli dari bibir Rissa. “Ck, kau itu bayi besar sudah tidak patas di manja.“ cibirnya menatap Devan tajam. "Apa Bima sudah tidur?“ Dia kemudian bertanya. "Tentu saja. Menidurkan Bima adalah keahlianku." Devan menjawab dengan bangga.

Dilihatnya Rissa kembali tersenyum, membalikkan badan agar sepenuhnya berhadapan dengan Devan. Selalu seperti ini, tiap kali berbicara berhadap-hadapan dengan Devan, kepala Rissa harus mendongak sedikit lantaran wajahnya tepat berada di bawah dagu Devan. "Kerja bagus, ayah." Rissa memberinya pujian. Mendengar itu tentu saja Devan sangat senang.

“Kalau begitu beri aku hadiah.“

“Hadiah?“

“Sebuah ciuman.“ Devan menggoda lagi dan matanya bergeling jail, dan dia dihadiahi cubitan gemas di hidung oleh Rissa. "Tidak akan!"

EDELWEISS (1-END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang