.
.
.
.
.
[Devan POV]
Ada perasaan berdebar sekaligus penasaran ketika kulihat tangan dokter wanita itu dengan perlahan mulai menggerakkan sebuah alat di permukaan perut istriku yang sudah terlebih dahulu di oleskan gel khusus yang mungkin terasa dingin di kulitnya. "Ketika usia kehamilan sudah memasuki 20 minggu, bagian kepala si kecil sudah terlihat besar dan mengimbangi ukuran tubuhnya, "
"Bahkan di usia ini bagian tempurung kepalanya sudah tersusun dengan rapih oleh beberapa bagian tulang rawan, dan tulang rawannya juga sudah mulai mengeras. Tali pusarnya pun sudah berkembang dengan kuat, dimana bermanfaat untuk menyalurkan sumber makanan."
Aku dan Rissa mendengarkan dengan baik yang dikatakan dokter itu, yang menjelaskan dengan rinci tiap perkembangan janin di dalam kandungan Rissa sambil menatap ke arah layar USG. "Seperti yang kalian lihat, semuanya tampak normal dan sehat." Kami berdua tersenyum lebar mendengar hal itu.
"Syukurlah," Aku menghela nafas lega.
"Apa kalian ingin dengar detak jantungnya?"
"Apa bisa?" Kali ini Rissa yang bertanya dengan raut antusias dan terdengar sangat penasaran. Dokter kandungan bernama Sarah ini mengangguk dan tersenyum kepada kami. "Tentu saja."
Duk!
Duk!
Duk!Kami berdua sama-sama terkesima mendengar suara yang muncul. Ini luar biasa, ada perasaan memuncah yang sulit untuk kugambarkan dengan kata-kata, hingga membuatku tersenyum bahagia. Apa ini sungguh nyata? Aku mendengarnya... Aku akan terus mengingatnya hari ini - hari di mana untuk pertama kalinya aku mendengar detak jantung anakku.
Hatiku sangat gembira sampai aku ingin menitihkan air mata. Apa Rissa juga merasakan apa yang kurasakan ini? Kulihat Rissa yang masih berbaring. Mata dia berkaca-kaca sebelum air mata jatuh dari sudut matanya yang terus menerus menatap ke layar yang masih menyala memperlihatkan si janin. Dia masih sangat kecil...
"Dia ada... Dia berdetak dalam diriku..." Rissa berkata padaku dengan matanya yang basah, tangannya menggengam erat tanganku. Aku mengangguk dan tersenyum lebar tak bisa menahan kebahagiaanku. Aku usap air matanya itu dengan lembut dan kukecup keningnya.
Selama perjalanan dari tempat Check Up, Rissa tak henti-hentinya memandangi lembaran hasil foto USG si kecil, dan terus tersenyum sepanjang perjalanan. Hanya melihat senyumnya saja, hatiku ikut bahagia. Rissa terlihat sangat senang menatap gambar hitam putih itu.
"Dev," Rissa memanggil namaku, aku menoleh sebentar ke samping untuk melihatnya, sebelum ke fokus menyetir. "Ada apa?" tanyaku lembut. "Bisahkan kita berhenti sebentar di toko bunga?" ujarnya.
Sebelah alisku terangkat ketika menatapnya, "Kau menginginkan bunga?" tanyaku, dan Rissa menggelengkan kepala, lalu menjawab. "Aku ingin mengunjungi kedua orangtuaku... "
Kami membeli bunga, kemudian pergi ke tempat pemakaman orangtua Rissa. Aku berjalan di belakang Rissa yang membawa bunga di tangannya. Ini pertama kalinya Rissa mengajakku mengunjungi orangtuanya. Langka Rissa sampai di makam Ayah dan Ibunya yang bersebelahan. Rissa menunduk dan berjongkok dengan lututnya, meletakkan bunga itu di atas pusaran masing-masing makam orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEISS (1-END)
Romance•TAMAT, 14 MEI 2020 - 5 OKTOBER 2020• [ROMAN DEWASA] Tentang sebuah pernikahan yang tidak di rencanakan. Malam itu Devan dalam pengaruh alkohol, hingga hilang kendali, dan berakhir meniduri Rissa. Seorang gadis yang sudah menganggap Devan seperti ka...