BAB 2 : Dua Garis!

4K 144 1
                                    

.

.

.

.

.

Libur panjang Rissa sudah habis, dan saatnya Rissa harus kembali ke rutinitas perkuliahannya mengawali semester baru. Pagi ketika Rissa berjalan di koridor kampus dengan tas selempangan di bahunya, seorang gadis dari arah berlawanan berlari menuju Rissa. Tak perlu menebak, hanya mendengar jeritan gembira manggil Rissa, den suara derap langkahnya. Rissa sudah tahu siapa itu.

"Rindunya~" Tasya langsung memeluk Rissa begitu erat, ketika sampai di depan Rissa. Melepaskan rindu pada sang sahabat karena selama liburan mereka tidak bertemu sama sekali. "Apa kau menikmati liburanmu?" tanya Rissa, sebelum kemudian Tasya melepas pelukkannya dan ganti menggandeng lengan Rissa.

"Pantai di sana sangat indah, kau pasti menyesal tidak mau ikut." terang Tasya dengan suaranya yang bersemangat dan menggebu-gebu menceritakan bagaimana liburannya. "Aku mengambil banyak foto, di sana banyak spot menarik untuk berfoto. Aku akan mengupload di IG, kau bisa melihatnya nanti."

"Aku senang mendengar kau menikmati liburanmu." Rissa tersenyum. "Sayangnya aku belum menemukan tambatan hatiku di tempat itu," Tasya menghela nafas penuh drama, membuat Rissa berdecih geli. "Hey, kau itu berlibur atau ingin cari pacar?"

"Keduanya." jawab Tasya nyengir. Mereka berdua berjalan menuju kelas, dan Tasya masih terus mengoceh seperti burung beo. "Rissa!" Tepukan di bahu dan panggilan itu, membuat Rissa tersadar dari bengongnya. "Ya?" Rissa menoleh menatap Tasya. "Melamun apa?" tanyanya.

"Tidak. Tidak ada." Rissa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Tasya merasa ada sesuatu yang salah dari Rissa. Meskipun dari tadi Rissa tersenyum tiap kali menanggapi Tasya yang berbicara tanpa henti. Namun, Tasya menyadari Rissa tidak seperti biasanya.

Walaupun Rissa tersenyum, tapi yang Tasya tangkap itu tidak seperti senyum yang sebenarnya. Mata Rissa seakan menunjukkan kalau dia sedang tidak baik-baik saja. Terkadang tatapannya kosong, seperti memikirkan sesuatu yang berkecamuk di kepalanya.

oOo

[Rissa POV]

Dan di minggu-minggu berikutnya, aku tidak pernah mengira bahwa sesuatu yang kukhawatirkan akan terjadi. Hari ini ketika aku berusaha bangun dari tempat tidur untuk mandi, aku merasakan tiba-tiba kepalaku pusing. Aku ingin berbaring lagi. Tetapi aku ingat kalau pagi ini aku ada kelas pagi. Di tengah rasa pening ini, aku memaksakan diri untuk bersiap ke kampus.

Semula semua masih berjalan normal ketika aku mengikuti kelas. Namun begitu di jam istirahat dan Tasya mengajakku untuk makan siang di kantin fakultas, aku merasakan perutku bergejolak mual. "Ugh-" Kututup mulutku dengan tangan ketika keinginan untuk muntah terasa di ujung tenggorokan.

Melihat gelagatku yang tak wajar, Tasya bertanya dengan bingung. "Ada apa denganmu?" Bukannya menjawab, aku justru segera berlari ke toilet. "Hoek!" Aku berjongkok di depan kloset memuntahkan isi perutku yang terasa mual sekali seperti di aduk-aduk dari dalam.

"Apa kau salah makan?" Suara Tasya terdengar belakang punggungku bersama dengan langkahnya yang buru-buru menghampiriku. Aku rasakan tangannya memijat tekukku ketika kepalaku masih menunduk. "Aku belum makan apapun dari pagi. Kurasa ini hanya masuk angin biasa." Aku bangkit berdiri setelah selesai muntah, melangkah menuju wastafel untuk membersihkan mulut.

EDELWEISS (1-END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang