Warning!
A little bit longer than last chapter.
Hati-hati pusing!Beberapa hari setelah kejadian sore hari di ruang olahraga indoor itu, Yasmin memilih untuk nggak ketemu Ian dulu. Karena bagaimanapun, kalau dia lihat Ian dia akan lihat Kinar disana. Rasa sebal dan jengkelnya masih tersisa. Kecuali kalau Yasmin lihatnya dari jendela kamar. Lihat Ian main game, atau lihat Ian serius belajar.
Setiap malam, Ia masih sering lempar-lempar peluru kecil ke jendela kamar Yasmin, tapi Yasmin selalu abaikan. Hati Yasmin nggak semudah itu membaik lagi setelah kejadian sore itu.
Bahkan sore itu, dia sama sekali nggak ajak Sadam ngobrol, padahal Sadam termasuk orang yang sering datang ke rumahnya buat main sama Hanan. Yasmin bener-bener kacau waktu itu.
Dan satu lagi.., setelah kejadian sore itu, semua orang tiba-tiba jadi mengenal Yasmin.
Kalau biasanya Yasmin dikenal sebagai..
"Oh, Kak Yasmin yang kembarannya Kak Hanan itu ya?"
Sekarang jadi..
"Oh, Kak Yasmin yang ribut di lapangan indoor sama Kak Kinar itu kan?"
Itu sungguh bukan prestasi yang bisa Yasmin banggain. Karena Yasmin juga muak sama kasak-kusuk adek kelas sepanjang jalan menuju kantin, Yasmin memilih buat nggak keluar kelas dua hari terakhir. Takut kalau emosinya meledak dan jadi marah ke adik kelas yang nggak tahu apa-apa.
Yasmin lagi sibuk belajar soal fisika. Mengulang sih lebih tepatnya. Biar kalo ada ulangan atau kuis mendadak, Yasmin bisa ngerjain. Tiba-tiba, bangku Nia yang kosong, ada yang dudukin.
"Kenapa menghindar?"
Gerakan pena Yasmin langsung berhenti begitu dengar suara dari orang yang duduk di bangku Nia. Yasmin melirik ke kanan, buat memastikan siapa orangnya.
"Maksud lo, menghindar dari siapa?" Yasmin balik bertanya pada oknum yang duduk di sampingnya. Bisa ditebak kan, siapa?
Cowok bernama Adrian yang menduduki bangku Nia, menghela napas, lalu meletakkan kepalanya ke atas meja.
"Kalo masih soal kejadian sore itu.., gue beneran minta maaf. Gue nggak tahu kalo Kinar bakal kayak gitu ke lo. Tapi please..., Gue jangan dikacangin ya Yas.." Ian berkata lagi, kali ini bener-bener memohon. Seorang Adrian memang paling nggak suka dikacangin, apalagi sama nona Yasmin yang terhormat. Lebih baik Yasmin ngomel terus daripada dia dikacangin.
"Bukan salah lo. Emang pacar lo aja yang sensian." kata Yasmin. "Gue cuma nggak mau liat Kinar dulu. Tapi lo selalu muncul bareng dia, jadi gue milih buat nggak liat lo." Lanjut Yasmin mengaku.
"Kalo gitu, ntar malem kalo gue lempar peluru, lo harus ke balkon ya?" Ucap Ian sambil menjawil pipi Yasmin jahil.
Yasmin masih diam, enggan menjawab."Gue anggap sebagai ya dari lo. See you Yayas kesayangan gue..." Ian berdiri lalu pergi dari bangku Nia, meninggalkan Yasmin yang diam seperti hilang separuh nyawanya.
Kalau Yasmin tega, sebenernya dia ingin sekali memukul mulut Ian yang suka seenaknya. Kenapa suka seenaknya mengacak-acak hati Yasmin yang tadi sudah tersusun rapi?
Yasmin mengacak rambutnya, "Bisa gila lama-lama kalo dia manis kaya gitu terus!" gumam Yasmin.
👫
Makan malam di rumah baru saja usai. Papa sedang bermain dengan anak bungsunya, si Nora sementara Mama dan Yasmin duduk di sofa, dengan Yasmin bersandar di pundak mama. Hanan rebah di karpet bawah.
"Pa, main sama aku kek. Masa main sama Nora terus!" protes Yasmin, sambil melempar kacang almond kearah kucing kesayangan papanya. Nora yang terkena lempar, lari dari pangkuan papanya ke sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong with Me [✔️] REVISI
FanfictionA story inspired by 'You Belong With Me- Taylor Swift' AU x lokal Semi baku Short series "Can't you see that I'm the one who understand you, been here all along, so why can't you see? You belong with me" -Melisha Yasmin- BlueGiggle2020 All pictures...