Seragam baru di sekolah baru pada tahun ajaran baru. Seorang gadis cantik telah siap memulai cerita baru di sekolah barunya.
Jam dinding di kamarnya baru menunjukkan pukul 06.05 menit. Namun gadis itu sudah berseragam lengkap. Ia tidak sabar ingin memulai harinya di sekolah. Sudah setahun ia tidak merasakan hingar bingar suasana di lingkungan sekolah. Selama setahun kemarin ia menjalani home schooling, dan inilah hari di mana ia akan kembali merasakan serunya suasana di lingkungan sekolah lagi.
Sekali lagi gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin kamarnya. Rambut legam panjangnya dibiarkan terurai menutupi leher jenjangnya. Seragam putih yang dibalut rompi berwarna biru langit, dipasangkan dengan rok selutut berwarna abu-abu, serta kaos kaki putih yang tingginya di bawah lutut ia padukan dengan sepatu kets abu-abu kian melengkapi penampilannya yang sederhana namun menawan.
Dengan perlahan, gadis itu menghirup udara segar di sekitarnya. "Semangat Fawnia!" serunya antusias pada diri sendiri. Fawnia tersenyum manis menampilkan kedua lesung pipinya di depan cermin rias. Setelah itu ia mengambil tas selempangnya yang tergeletak di atas kasurnya dan segera beranjak keluar dari kamarnya. Ia bersiap turun untuk sarapan.
Ketika membuka pintu kamar, Fawnia disambut dengan wajah bangun tidur kakaknya, Elvan. Elvan juga baru keluar dari kamar yang terletak tepat di depan kamar Fawnia.
"Semangat banget yang murid baru. Jam segini udah siap ke sekolah," kata Elvan dengan suara khas orang bangun tidur.
Setelah berkata demikian ia berlalu menuruni tangga. Sedangkan Fawnia hanya menyengir menanggapi ucapan sang kakak. Fawnia berjalan ke arah pintu kamar yang terletak di sebelah kamarnya. Ia mengerling jahil di depan pintu kamar tersebut, "BANGUN! BANGUN!" teriaknya seraya menggedor-gedor pintu dengan sangat keras.
"BERISIKK WOYY!" protes seorang cowok dari dalam kamar dengan nada kesal. Fawnia hanya terkekeh mendengar suara kakaknya lalu berlari kecil menuruni tangga menuju ke ruang makan untuk sarapan.
Setibanya di ruang makan Fawnia melihat ibunya tengah berjalan dari arah dapur menuju ke meja makan membawa menu nasi goreng, menu sarapan pagi ini.
"Ayah mana?" Fawnia mencari ayahnya setibanya di meja makan lalu mencomot roti milik Elvan. Membuat si empunya roti memberenggut kesal dan menjauhkan rotinya dari sang adik. Ibu hanya menghela nafas jengah sudah terbiasa dengan kelakuan kedua anaknya.
"Masih di kamar," Ibu menjawab pertanyaan Fawnia. "Udah mau ke sekolah? Masih pagi banget loh ini," sambung Ibu sambil menyendokkan nasi goreng ke piring milik Fawnia.
Fawnia tersenyum manis, "Makasih, Bu," katanya pada Ibu. "Kan bagus, Bu. Biar aku nggak telat di hari pertama," tambahnya lagi menjawab pertanyaan ibunya.
"Biar bisa telat di hari berikutnya kan?" sambung seseorang yang suaranya terdengar dari arah tangga.
"Ayah, jangan ngajarin yang aneh-aneh ke anak-anak," protes Ibu tidak terima dengan perkataan suaminya.
"Kan cuma ngomong, Bu!" balas Ayah membuat Ibu kesal namun masih juga menyiapkan sarapan untuk suaminya tercinta itu.
"Ayah hari ini aku mau pake mobil ayah yang satunya ke kampus ya? Soalnya motorku lagi di rawat," ucap Elvan kepada Ayah yang sudah bergabung di meja makan.
"Rumah Sakit mana dirawatnya, Kak?" canda Ayah.
"Rumah sakit hewan mungkin, Yah?" sambung Fawnia, membuat semuanya tertawa kecuali Ibu yang hanya menghela nafas jengah karena kerecehan anak-anak dan suaminya.
"Lusa Devan sudah balik dari Jepang, Ayah luangin waktu, kita semua jemput Devan di bandara," perkataan ibu yang tiba-tiba langsung membuat semuanya terdiam terutama Fawnia yang seketika membisu mendengar kabar itu. Ayah yang melihat perubahan raut wajah putrinya itu segera menyuruhnya untuk membangunkan kakaknya di lantai atas. Hal itu semata-mata agar putri kesayangannya tidak perlu berada dalam keadaan yang selalu membuatnya merasa tidak nyaman jika hal itu dibahas.
KAMU SEDANG MEMBACA
INJURY
Teen Fiction_Freya Fawnia Zhafira_ Gadis biasa tapi memiliki wajah yang memikat hati siapapun yang melihatnya. Namun di balik itu, ia memiliki masa lalu cukup kelam yang berusaha ia sembunyikan dan lupakan. Baginya, orang-orang yang hadir dalam hidupnya adalah...