Setelah satu jam lebih lamanya Fawnia tidak sadarkan diri, ia akhirnya terbangun. Ia memperhatikan sekitarnya. Ia mengenali tempat ini, karena ia pernah ada di sini beberapa waktu lalu, ruang UKS. Ia menormalkan ingatannya. Ia ingat tadi sedang berolahraga lalu kepalanya tiba-tiba pusing dan langsung saja semuanya terlihat gelap.
Fawnia mengedarkan pandangannya. Ia melihat Kiran duduk di kursi pinggir ranjang tempatnya berbaring sambil bermain ponsel. Ia belum menyadari Fawnia sudah tersadar sampai Fawnia memanggil namanya.
"Ehh kamu sudah sadar. Aku khawatir banget tau nggak. Kamu pingsannya lama banget. Tadi aku udah kabarin kak Inez pake hp kamu, soalnya aku gak punya nomornya. Maaf yah aku lancang," kata Kiran sambil menunjukkan ponsel Fawnia yang dari tadi ia pegang. Fawnia baru sadar kalau ponsel yang sempat ia lihat tadi adalah mililnya.
Fawnia tersenyum, "Nggak apa-apa kok. Makasih ya. Maaf udah buat lo khawatir."
Kiran mengangguk menatap Fawnia yang masih terbaring lemah."Kak Inez tadi ada ulangan, jadi gak bisa langsung ke sini. Katanya kalau kamu masih belum sadar aku di suruh hubungin ibu kamu. Ini aku baru aja kabarin ibu kamu soalnya tadi kamu belum sadar. Dia sudah siap-siap menuju ke sini," kata Kiran lagi masih ada raut khawatir di wajahnya.
"Oh ya, kamu belum sarapan kan? Tadi Dokter di sini bilang kamu pingsan karena belum ada asupan nutrisi yang masuk ke tubuh kamu. Jadi sekarang kamu makan dulu ya!" tambah Kiran lalu menyodorkan semangkuk bubur ayam yang entah kapan dibelinya.
"Makasih Kiran. Lo baik banget sama gue. Pake beliin bubur ayam segala. Kan jadi ngerepotin," Fawnia tersenyum tulus. Ia bangkit dari tidurnya mengambil alih bubur tersebut memakannya.
"Gak ngerepotin kok. Dari tadi aku cuma di sini. Yang beliin kamu itu kak Nata. Dia juga yang bawa kamu ke sini tadi," kata Kiran menghentikan kegiatan Fawnia yang sedang mengunyah.
Fawnia menatap Kiran terkejut, "Kok bisa?"
"Iya. Tadi kak Nata gak sengaja liat kamu pingsan. Akhirnya dia berinisiatif bawa kamu ke sini," jelas Kiran.
Fawnia mengangguk mengerti.
"Bilang makasih ya sama kak Nata! Gue udah ngerepotin dia soalnya," pinta Fawnia pada Kiran.
"Sama-sama dan lo emang ngerepotin banget," tiba-tiba suara Nata terdengar dari arah pintu. Fawnia terkejut melihat kehadiran Nata yang tiba-tiba.
"Maaf, Kak. Gue gak maksud buat ngerepotin," Fawnia merasa tidak enak pada Nata.
"Maaf diterima. Tapi dengan satu syarat!"
"Syarat? Apa syaratnya?"
"Lo harus mau gue antar jemput ke sekolah," jawaban Nata membuat Fawnia melongo. Bukannya itu semakin membuatnya repot ya?
Fawnia menggeleng, "Gak usah, Kak. Kan malah nambah ngerepotin."
"Sayangnya gue nggak suka penolakan," Nata bersikap keras kepala.
"Oke. Sekarang kita deal!" ucap Nata tanpa persetujuan lalu menarik tangan Fawnia yang masih mematung untuk menjabat tangannya.
Setelah itu ibunya Fawnia datang ditemani guru piket yang menunjukkan letak UKS. Ia sudah meminta izin pada guru piket tersebut untuk membawa Fawnia pulang. Awalnya Fawnia bersikeras tidak mau pulang, tapi ibunya memaksa karena sangat khawatir. Akhirnya Fawnia mengalah. Sebelum pulang ia menghabiskan dulu bubur yang dibelikan Nata tadi.
Keesokan harinya, Fawnia sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Keadaannya sudah membaik hari ini. Saat ini ia sedang sarapan bersama kedua orang tua dan kakak-kakaknya.
"Gimana sekolah baru kamu Fawnia? Gak ada masalah kan?" tanya ayah disela-sela sarapannya. Fawnia mengangguk sambil mengunyah nasi gorengnya. Ketika suapan terakhir, tiba-tiba seorang satpam yang bekerja di rumah Fawnia menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INJURY
Teen Fiction_Freya Fawnia Zhafira_ Gadis biasa tapi memiliki wajah yang memikat hati siapapun yang melihatnya. Namun di balik itu, ia memiliki masa lalu cukup kelam yang berusaha ia sembunyikan dan lupakan. Baginya, orang-orang yang hadir dalam hidupnya adalah...