PART 5 : ADARA FREDELLA ULANI

4 6 0
                                    

Tok tok tok.

Suara ketukan dari luar pintu kamar membuyarkan lamunan Fawnia.

"Fawnia. Gue mau ke tempat Dara. Mau ikut gak?" tanya Devan yang masih berada di depan pintu kamar Fawnia yang masih tertutup. Fawnia hanya terdiam berpikir tentang ajakan kakaknya itu. Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Fawnia, Devan pun membuka pintu kamar adiknya itu dan menemukan adiknya duduk terdiam di meja belajarnya.

"Mau ikut gak?" tanya Devan sekali lagi.

"Lain kali aja deh, Kak. Sampein salam aja ke kak Dara," jawaban Fawnia itu hanya dibalas anggukan oleh sang kakak lalu berlalu meninggalkan kamar adiknya itu.
Setelah Devan pergi, Fawnia menghembuskan nafasnya pelan.

Flashback on :

"SELAMAT ULANG TAHUN ADARA!" sorak banyak orang kepada seorang gadis putih pucat berambut sebahu yang tengah berulang tahun. Dara menatap orang-orang tersebut dengan penuh rasa bahagia. Orang-orang yang sangat berarti dalam hidupnya turut hadir di tempat itu. Ada adik dan juga sahabat-sahabatnya serta orang tua dari sahabatnya.

"Makasih semuanya," kata Dara tersenyum haru.

"Selamat ulang tahun kak Dara. Bahagia selalu yah kak!" ucap Fawnia memberi selamat sambil merentangkan kedua tangannya ingin memeluk Dara. Tetapi sebelum berhasil memeluk gadis itu ia malah menabrak punggung kekar seorang cowok yang telah memeluk Dara terlebih dahulu.

"Issh kak Devan ganggu aja sih," sewot Fawnia kepada cowok tersebut yang tak lain adalah Devan, kakak sulungnya.

"Ehhh bocah, perjanjiannya yang meluk duluan itu yang lebih tua. Gue lebih tua dari lo. Paham!" balas Devan masih memeluk Dara yang tersenyum. Perkataan kakaknya itu membuat Fawnia cemberut kesal, pasalnya di antara mereka semua yang berada di ruangan itu, Fawnia-lah yang paling muda. Itu artinya ia dapat giliran terakhir memeluk Dara.

"Ehh kalau gitu ayah dong yang pertama, kan ayah yang paling tua," ucap seorang pria paru baya yang bernama Arwan, ayah dari kedua orang yang memperebutkan pelukan Dara.

"Sini Dara, peluk Ayah!" Dara langsung melepaskan pelukannya dari Devan dan berlari kecil menuju Arwan. Hal itu membuat Devan memberenggut kesal menatap Ayahnya.

"Selamat ulang tahun nak, semoga kamu selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan," Arwan memberi selamat pada Dara, sahabat dari anak sulungnya.

"Makasih om Arwan," kata Dara masih dalam pelukan ayah beranak empat itu.
Arwan sudah menganggap Dara seperti anaknya sendiri sejak gadis malang itu ditinggalkan kedua orang tuanya akibat kecelakaan pesawat. Kedua orangtuanya pergi ketika Dara masih berusia 8 tahun. Sejak saat itu Dara tinggal bersama nenek dan adik laki-lakinya yang berusia 5 tahun. Namun, setahun setelah kepergian orangtuanya nenek dari kedua anak itu meninggal. Arwan dan Zanna, istrinya yang merawat dan membiayai kebutuhan Dara dan adiknya karena merasa kasihan pada anak-anak dari sahabatnya itu. Mereka membawa pulang kedua anak itu untuk tinggal bersamanya. Beruntung anak-anaknya menyambut hangat kedatangan Dara dan adiknya. Mereka tumbuh bersama dan menjalin persahabatan hingga saat ini.

"Jangan lama-lama Om! Tante Zanna cemburu tuh," ucap Inez yang sontak mendapat jitakan pelan dari bundanya yang juga hadir di situ. Hal itu membuat orang-orang yang ada di sana terkekeh.

"Tenang aja, Nez, nyokap gue cantik kok. Jadi banyak yang lirik. Kalau ayah macem-macem, ibu tinggal tunjuk salah satunya," tutur Elvan merangkul bahu ibunya lalu mengerling jahil pada ayahnya.

"Maksud kamu apa Elvan? Yang boleh ngelirik ibu itu cuma ayah! Ingat cuma ayah! Ibu cuma setia sama ayah!" Arwan menegaskan hal itu membuat semua orang geleng-geleng akan sifat cemburuannya. Istrinya tersenyum malu-malu karena perkataannya.

INJURYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang