Part 0.7

10 1 0
                                        

YOU ARE A STRANGER 

PART. VII 

Author's POV- 

"njirr memang tuh anak. Tadi katanya mau ngajarin. Eeh, malah enak tawa-ketiwi gaje, yaa guenya, dikacang maksimal! hehh.." keluh Cloudy ketika sudah sampai di depan kelasnya. 

Dia segera menghampiri kursinya, ada sedikit rasa mengganjal di hatinya melihat kursi kosong disebelahnya. Kursi Timmy. 

"Ahh, kenapa sehari gadak Timmy rasanya kek setahun yaa? Ah, gue kok jadi lebay gini ya? Ehe. Pokoknya nanti pulang harus jenguk dia, gue gak bisa gini gini terus gatau apa-apa. Heh." 

Tiba-tiba, Pak Kumis a.k.a. Pak Sasongko memasuki kelas, dan tepat ketika pantatnya menyentuh kursi, dia langsung meminta murid mengumpulkan PR. 

Cloudy segera maju kedepan mengumpulkan PR nya serta PR Timmy sekalian. Yaa, dia memang sudah menyalinnya dari buku Timmy, tapi caranya ngerti? JANGAN HARAP.  

"Ehmm, Cloudy. Saya mau kamu mengerjakannya di depan." ucap Pak Sasongko tiba-tiba. 

"OMG, as usual..." gumam Cloudy. 

"Kamu bilang apa, Cloudy?" 

"Hah? Kagak ada, Pak." 

"Yasudah, segera kerjakan. Saya tidak suka murid yang suka mengulur-ngulur waktu. Dan kamu telah banyak mengulur waktu saya." 

"Ba..baba..baik, Pak." Cloudy segera mengambil spidol dan menuju papan tulis yang kosong melompong.

Cloudy's POV- 

Guess what? Sekarang aku ada didepan kelas. Tepatnya di koridor luar depan kelas. 

Kenapa bisa? Kurasa aku gak harus nerangin lagi gimana kek gini jadinya. Pikir aja sendiri. Hehe. 

Karena bosan aku segera duduk di lantai, mengambil posisi favoritku, yaitu sudut antar tembok, memasang headset di telingaku dan mulailah mengalun sang melodi. Aku menikmati musik itu sambil menutup mata.  

'Kalo gini tiap ada fisika mah enaak, bisa nyantee, gak harus dikerjai terooss sama si kumis satu itu.' 

Waa, damainyaaa...

Peter's POV-  

Busett dah, sumpe aja lagi ngerjain soal gini, malah sesak boker. Aduh, urgent nih! 

"Eeh, Pak, permisi saya mau ke toilet, Pak." ucapku agak takut-takut pada guru satu ini didepanku. Pak Bram. Guru ter-killer, ter-matikan se- SMA Saint Nezarethia. 

"Mau ngapain kaumu di toilet?" 

"Ihh, bapak kok kepo sihh??" celetuk David di sudut. Seketika satu kelas tertawa. 

"Heh! Diam kalian. David, kamu lancang yaa, kerjakan soal ini! Yasudah keluar kamu, Peter!"

"Ba-baba-baik, Pak." ucapku sambil melirik David 'Matilo vid' ucapku tak bersuara ke arah David yang kini berjalan lesu ke depan kelas. 

Setelah lega mengeluarkan sang krikkrik, akhirnya aku berjalan ke arah kelas.

Author's POV-  

Tanpa sadar, sesaat menikmati musik yang mengalun di telinganya, Cloudy terlelap dalam tidur.  

Yaa, dia entah mengapa sangat suka tertidur dilantai yang dingin, padahal ketika orang lebih suka tidur diatas ranjang. 

Dan tanpa ia sadari pula, kini ada seseorang yang sedang menuju ke arahnya.

Peter's POV- 

Aku sedang mengarah ke arah kelas, iseng-iseng aku melewati kelas X IPA 1, kelas Cloudy. Yaa, aku merindukannya, entah mengapa. Padahal aku bukan siapa-siapa juga ya, hehh. 

Tiba-tiba ketika sudah mendekati kelasnya, aku melihat sesosok duduk diatas lantai dangan menyandar ke tembok. Busett, siapaan nih berani amat duduk-duduk disini. 

"Lho? Cloudy? Ngapain nih anak disini?" 

Saat itu juga aku menyadari suatu dengkuran halus yang ternyata berasal darinya. 

"Buset dah nih anak, tidur??!!" 

Kemudian aku beranjak untuk berjongkok di depannya, memperhatikan wajahnya lebih dekat.  

'Ternyata dia lebih enak diliat kalo lagi tidur, gak ada wajah kesel liat gue, gak ada wajah ngantuk sama suntuk khasnya dia. Hehehe. Dan dia... manis?' 

'Gilelo dah Pete, makin lama otak lo makin miring aja deket-deket nih cewek.' 

Kulihat kearah telinganya, headset? Denegrin apa nih anak sampe ketiduran gitu? 

'Iss, kok gue jadi selalu kepo sih tiap deket nih cewek? Adohh..' 

Aku bergerak nimbrung duduk di sebelahnya, penasaran dengan apa yang didengarnya, kuambil salah satu earbud ditelinganya dan kupasangkan di telinga kiriku.  

Terdengar mengalun lagu jazzy ballad yang lembut dan up-beat dari ear bud tersebut.  

'Bagus juga seleranya. Ckck.' 

Tiba-tiba aku merasa sentuhan lembut di pundak kiriku, kulihat kesamping. Dia menyandarkan kepalanya ke atas pundakku.  

'Astagaa, anak ini kok bisa sih? Jadi kalo tadi aku ga ada di sebelahnya, dia nyender kemana? Lantai? Mau nyium lantai nih anak keknya, hehh..' 

Aku yang tadi berkehendak segera kembali kekelas, mengurungkan niatku, dan membiarkannya menyandarkan kepalanya di atas pundakku. 

Sambil terus menikmati alunan musik, tanpa sadar, alam mimpi telah menenggelamkanku. 

1 jam kemudian... 

Terdengar suara berisik-berisik di telinga kananku yang terbebas dari sumbatan earbud. Mataku masih agak berat untuk dibuka karena baru bangun. 

'Lho? Kok rame ya, orang kok pada ngumpul sini?' intipku lewat sudut mataku. 

"Ihhh, Kak Peterr, tidaakk.." 

"Hiks, hiks, sedih deh liat kak peter sekarang kek gini." 

"Iss, busuk banget sih seleranya, si princess ice, ew!" 

Beberapa kali kudengar orang-orang berbisik satu sama lain, tanpa memperdulikan bahwa orang yang dibicarakannya sedang ada didepannya, dan SUDAH SADAR. Hehh... 

Sesaat setelahnya, aku mendengar dengkuran disebelahku berhenti dan menjadi tarikan napas tertahan. 

'Oh, God, I'm dying now.'

YOU ARE A STRANGER.Where stories live. Discover now