Cloudy's POV-
Karena kepikiran terus sama tuh alien, yang tadinya rencanaku mau tidur, malah jadi teronggok tak berdaya di kantin dengan wajah cemberut, membuat pipiku yangbdaru sononya emang chubby *bukan sombong loo* makin gembung aja.
Tiba-tiba...
"Eh neng, kok ngelamun, tumben gak tidur?" ucap seseorang sambil mencubit pipiku.
Oh ternyata Timmy, aku hanya bisa tersenyum dan kembali diam.
"Tumben tuh muka lo kusut banget wan, walaupun biasa juga gitu, tapi gak separah ini juga, sampe tuh pipi dah kek bakpao baru masak, wkwkwk"
Sejurus jitakanku langsung mendarat tepat dikepalanya. Bukan karena dia memanggikaju dengan sebutan 'wanwan' tapi lebih karena dia bilangin pipi aku kek bakpao. Kenapa sih nih pipi gak kempes-kempes??
"Duh sakit toh wannn.."
"Recok loo"
"Ih, lagi pms yaa? Kok marah-marah sih wanwanku?"
"Sembarangan, gue baru pms yaa seminggu yang lalu. Emang kek lo pms tiap hari. Cewek aja enggak, woo."
"Woo siapa bilang gue pms tiap hari, emang gue transgender? Udah malu loh lo ngomongin tentang kek gitu, hush, gak boleh cewek ngomong kek gitu, heh.."
"Iyaa pak poskamling." jawabku usil.
"Sialan lo," ucapnya sambil mengacak-acak rambutku.
"Eh bentar dulu, yang tadi cerita dong wan, kenapa lo kek gini? Gue gak mau liat lo cemberut gini terus, lo diam sama semua orang, kecuali sama gue. Dan sekarang lo juga mau diam sama gue?" ucap Timmy sedikit memelas.
Oh, wajah itu, satu-satunya yang bisa buat gue senyum, perhatian yang gak pernah berhenti. Atau yang gue enggak mau pernah berhenti dapatkan. Oke, memang aku suka sama Timmy, udah lama banget. Cuma dia yang bikin aku senyum, ketawa lepas, yang bisa ngacak rambut ku sesukanya, dan cuma dia yang bisa cairin hati bekuku, like a melting chocolate.
Yang buat gue gak pernah tega buat nolak apa yang dia minta.
"Ya udah deh," ucapku memulai cerita panjangku.
"Sebenarnya ini masalah tentang abang alien lo itu. Eh, Peter, sori. Lo tau sifat gue, gue bener-bener tertutup, gue gak mau harus punya temen lagi yang bakal ninggalin gue lagi. Gue gak mau dimanfaatin lagi. Gue gak suka orang yang tiba-tiba datang dan toh nanti akan tiba-tiba pergi juga. Gur mencegah yang terburuk, Tim. Gue benci diri gue yang anti-social, tapi gue juga terlalu takut, gue udah nutup diri terlalu lama, dan gue udah terbiasa dengan keadaan kek gini. Dan tadi, gue seakan ngusir dia gitu, gue bilang dia buat jauh-jauh dari gue, gue capek digangguin, gue benci sama dia. Maaf yaa Tim, maaf kalii..." ucapku sambil lalu menundukkan kepala.
Aku malu dengan keadaanku sekarang. Yang terlalu rapuh hanya karna takut untuk dekat dengan seseorang. Yang nangus hanya karena masalah sepele kek gini.
Timmy hanya bisa menatapku pasrah.
"Enggak sementang Peter itu abang gue, gue akan maksa lo buat nerima yang dia lakuin. Gue ngerti perasaan lo, Wan, gue tau apa yang lo rasain. Dan gue gak akan lakuin itu sama lo, gue gak akan maksa lo."
"Lo hanya perlu hilangan trauma itu. Gak harus sekarang, bisa kapan aja kok. Gak papa, gue gak marah sama lo, hanya karena itu abang gue."
"Tapi gue merasa bersalah Tim, kenapa sih gue gak bisa berubah? Tiap kali gue berusaha untuk buka diri, luka itu balik lagi, bayangan itu balik lagi Tim, gue takut itu bakal terjadi lagi." ucapku sambil menangis dan seketika aku merasa ditarik menghambur ke pelukan Timmy.
"Udah gak papa, itu bukan salah lo kok Cloud, lo cuma belum siap. Lo harus sabar Cloudy, semua butuh proses, oke?" ucapnya sambil membelai rambutku lembut. Sejenak aku terlena.
"Oke Tim." ucapku tenang.
Lalu terlintas sesuatu di pikiranku, "Oh iya Tim, tumben lo manggil gue Cloudy, biasa juga wan awan."
Seketika itu dia melepaskan pelukannya dan menatapku,
dan entah kenapa otomatis tawa kami pecah, melebur ketegangan tadi.
Author's POV-
Sepulang sekolah, Timmy menawarkan diri untuk mengantar Cloudy pulang. Dia masih khawatir kalau dia masih kepikiran hal tadi, dan malah tidak konsentrasi. Dan mungkin Cloudy masih butuh teman.
"Ehm, wan, mau pulang bareng?"
"Naik apa lo nawarin diri pulang bareng gue? Kalo naik metro mini, sori la yaa." ucap Cloudy bercanda.
"Enggak dong, enggak bakal selevel sama lo tuan putri wkwk. Enggak, gue bawa motor, mobil dibawa Peter."
Sejenak Cloudy terdiam mendengar kata 'Peter' , yang langsung diketahui oleh Timmy.
" Udah lo pulang sama gue aja deh, daripada li kepikiran itu terus nanti."
"Emang pengaruhnya kalo gue pulang sama lo apa?"
"Lo gak bakal mikirin dia, lo bakal mikirin gue wan, wkwk." ucap Timmy jahil yang langsung akan disambut oleh tumbukan keras oleh Cloudy yang ternyata sempat dicegah oleh Timmy.
"O-oh, gue udah terbiasa Cloudy. Hahaha.."
"Udah ah, gue pulang bareng Pak Kito aja. Laguan gue udah janji mau jemput nyokap di kantor. Mobilnya dia soalnya lagi diservice, kek ge er lo yang perlu banget buat diservice biar berkurang gejala ge-er. Wkwkwk."
"Yaudah, berarti lo masih nunggu kan. Gak papa kan gue tinggal duluan? Gue sibuk nih, artis ehehehe."
"Woo yang ada lo yang sok ngartis."
"Oh ya, besok weekend, lo mau jalan gak sama gue? Suntuk nih di rumah."
"Timmy, udah berapa kali gue bilang, tanpa lo harus permisi pun, gue juga udah dibawa lari samalo tiap weekend. Gak bosen?"
"Enggak, soalnya lo ngangenin. Hehehe..." jawab Timmy yang langsung membuat pipi Cloudy blushing gaje dan hatinya berdesir.
"Recok lo, udah sana pulang, bye Timtim!"
"Bye wanwan!" ucap Timmy berlalu pergi menaiki motor kawasaki besarnya.
yeayy part 3 terselesaikan jugaaa
maaf yaa kalo garing dan gak ngeh bacanyaa hehe.sebenarnya sih author udah siap nulis sampe part 5, cuma gak sempat nge update hiks
maaf yaa kalo lama (itupun kalo ada yg nunggu wkwk)
yaudah temporary bye dulu yaa readers
love your vomments! yayy♥♥
![](https://img.wattpad.com/cover/20320744-288-k279474.jpg)
YOU ARE READING
YOU ARE A STRANGER.
Teen FictionKetika seseorang yang selalu menutup diri, takut untuk memulai memunculkan rasa cinta dihatinya lagi, kembali jatuh cinta, oleh sosok yang paling ditakutinya dalam cinta. Stranger. Yang selalu bisa datang dan pergi, setiap saat, saat dia siap, ataup...