[3] Hot News

2K 292 15
                                    

Sorry for typo(s)

.
.
.

—Pernyataan Lee Jeno beberapa waktu lalu ternyata bohong! Ini buktinya.

—Aktor muda ternyata benar-benar memiliki kekasih. Ia kepergok berciuman di sebuah bar dengan seorang lelaki. Simak kelanjutannya.

—Dikabarkan Lee Jeno, aktor yang budi pekertinya baik,  menjadi pembohong publik!

Jeno mengusak surainya, frustasi. Lagi-lagi banyak media yang memberitakan tentangnya. Banyak foto dirinya beredar sedang bermesraan di bar. Tak salah lagi, memang itu Jeno. Wajahnya terlihat jelas.

Jeno tak habis pikir, orang itu selalu mengikutinya. Padahal Jeno sudah menutup rapat wajahnya menggunakan masker dan topi. Ia juga memilih private room agar tak ada yang mengenalinya.

"Sial!" desisnya.

Atasannya menelponnya sambil marah-marah. Jelas. Baru saja Jeno terbebas dari masalahnya. Kini ia kembali terjerat. Yang lebih parah lagi, Jeno sudah tidak bisa berkutik lagi. Ia tidak bisa menyangkalnya lagi.

Renjun juga. Ia memarahi Jeno habis-habisan selama satu jam penuh. Telinganya pengang mendengarnya.

Tapi Jeno juga tidak bisa menampik semua itu. Itu kesalahannya.

"Kenapa kamu tidak jujur padaku Jeno?" geram Renjun. "Dia kekasihmu 'kan?"

"Iya."

Renjun merotasikan bola matanya. "Dasar pembohong! Kalau sudah seperti ini kamu mau apa?!" ketusnya.

"Bos memintaku untuk mengakhiri hubungan dengannya."

"Lalu tunggu apalagi? Cepat putuskan!"

"Ini masalah hati, Renjun. Tak mudah melakukannya."

"Cih. Kau berbicara seolah-olah kau mencintainya." Renjun mendecih pelan.

Jeno mengangkat bahunya, "aku tidak tahu. Aku hanya memenuhi kebutuhanku."

"Kurang ajar!" Renjun menoyor kepala Jeno. Tidak habis pikir jika sahabatnya itu hanya memikirkan kebutuhan seksualnya tanpa landasan cinta.

Jeno mendial nomor di kontak ponselnya. "Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita lagi. Maaf." Dan sambungan diputus oleh Jeno.

"Kau benar-benar brengsek Jen."

"Mudah 'kan mengakhirinya?"

"Aku bersumpah kamu akan mengemis cinta pada orang lain. Aku ingin melihat kamu sakit hati, Jen!"

"Tidak akan pernah terjadi!"

Renjun mendengus sebal.

"Apa Lucas belum menemukannya?" tanya Jeno.

"Tunggu, eh Jeno, Lucas sudah menemukannya. Ia mengirimi email."

Jeno beranjak dari duduknya. Ia pindah duduk di depan laptop dan membuka e-mail dari Lucas. Mata Jeno membulat tidak percaya.

"Na Jaemin?" gumam Jeno ketika membaca rentetan huruf.

"Kenal?"

Tanpa menjawab pertanyaan Renjun, Jeno merogoh saku blazer nya dan menemukan kartu identitas kerja yang juga milik Na Jaemin.

"Kamu menemukan ini di mana?"

"Waktu itu aku menemukannya di lantai cafe ketika akan menemui Lucas."

Nama: Na Jaemin
Umur: 24 tahun
Hobi: fotografi
Favorit: BTS
Bekerja di MJ Group

"Bukankah itu tempat perusahaan kakakmu bekerja?"

Jeno menyeringai penuh arti.

"Dia yang menabrakku waktu itu."

"Apa? Ternyata memang benar Jen. Mungkin dia mengikutimu."

"Bisa jadi."

||Paparazi||

"Sudah Haechan, jangan menangis lagi. Kamu tidak malu apa? Lihat matamu! Mengerikan." Jaemin meletakkan cermin di hadapan Haechan yang tengah menangis tersedu-sedu. Haechan mendengar berita Jeno memang berkencan.

Di depannya tersedia satu box tissue yang hampir habis yang digunakan Haechan untuk menyeka ingusnya.

"Na, Jeno-ku pembohong ternyata. Aku akan berhenti menjadi penggemarnya kalau begitu, sroot..."

Jaemin hanya menggelengkan kepalanya.

"Na Jaemin, bisakah kau membantu sajangnim di ruang arsip." Pinta salah satu rekan kerjanya, Hendery.

"Baiklah. Eum Chan, aku tinggal dulu. Jangan menangis lagi."

Jaemin melangkah menuju ruang pengarsipan. Ia mencari atasannya.

"Nana, apa kau tahu di mana Mark sajangnim?" tanya rekan Jaemin bernama Seungmin.

"Mark sajangnim?" Jaemin berpikir sebentar, "mungkin tidak, aku tidak kenal siapa dia."

"Ada apa?" jawab atasan Jaemin.

"Saya ingin meminta tanda tangan anda, sajangnim."

Jaemin terbengong, mulutnya sampai terbuka. Jadi dia yang bernama Mark? Atasannya? batin Jaemin.

"Na Jaemin, kamu tidak tahu nama atasanmu sendiri?" sindirnya halus.

"Ma-af sajangnim. Saya tidak ingat." Jaemin menunduk merutuki kebodohannya. Lagi-lagi dia terlihat bodoh, di hadapan atasannya pula.

"Sebenarnya apa isi kepalamu itu?"

"Jungkook B—maaf sajangnim." Hampir saja ia keceplosan, sebelum ia menepuk dahinya. Bukannya memiliki kesan pertama yang baik, Jaemin malah lebih buruk. Jaemin dapat memastikan jika mungkin tidak mudah menghadapi atasan barunya. Mengingat atasannya itu terlihat dingin dan garang.

"Sudahlah. Cari data ini!" Mark menyerahkan catatan yang sudah ia tulis. "Letakkan di ruanganku." Nah 'kan, firasat Jaemin tidak enak.

"Baik sajangnim." Jaemin membungkuk hormat tak lupa menyunggingkan senyumannya. Padahal dalam hati menyumpah serapahi Mark karena banyak sekali dokumen yang harus ia cari.

Ia memulai mengelilingi rak-rak untuk mencari dokumen yang diperlukan Mark. Ia berjalan ke sana-sini untuk menemukan dokumen sesuai abjad dan nomornya.

Tiga puluh menit berlalu, total Jaemin sudah mengumpulkan 25 map.

Jaemin menghembuskan napas kasar. Ia mulai membawa 6 buah map ke ruangan Mark, begitu seterusnya.

—tbc

Terima kasih sudah mampir💚🍑

Paparazi || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang