Sorry for typo(s)
///
Di sinilah Jaemin sekarang, berada di dalam mobil bersama Jeno yang sudah menjauh dari area rumahnya. Jeno maupun Jaemin tak ada yang membuka suara. Jaemin diam saja sedari tadi.
"Na, ayo bicara..."
"Silahkan," ucap Jaemin tanpa menoleh.
"Soal waktu itu, aku minta maaf..."
Sudah Jaemin duga, Jeno akan membicarakan tentang hal ini. "Buat apa? Toh aku sempat menikmatinya karena mabuk,"
"Sebenarnya apa salahku Jeno?" lirih Jaemin memberanikan diri menatap Jeno sendu. "Kamu ingin balas dendam karena perlakuanku padamu waktu itu?"
Jeno tidak menjawab. Netranya masih bersitatap dengan netra milik Jaemin yang terlihat berkaca-kaca.
"Lantas sampai berbuat hal hina seperti ini? Tidak tahukah kalau kamu sudah merenggut sesuatu yang berharga diriku?" Jaemin memutar bola matanya. "Ahh benar, kamu ingin memakaiku lagi? Silahkan, lakukan sampai kamu puas Jeno!" Jaemin menahan tangisnya agar tak keluar. Pada akhirnya liquid bening itu berhasil lolos. Jaemin menangis tanpa suara.
"Diam Na!" Jeno menggeram. "Aku minta maaf. Jangan bicara seperti itu lagi!" lirih Jeno begitu tidak menyukai Jaemin yang merendahkan dirinya.
"Lalu kenapa kamu melakukannya padaku?!" teriak Jaemin.
"Karena aku hanya menginginkanmu!" jawab Jeno tak kalah teriak. Jaemin membeku. "Aku menyukaimu," lanjutnya lirih.
"Aku menyukaimu, maka inilah satu-satunya cara agar kamu mau bertekuk lutut padaku, Na..."
"Tapi-"
"Diam! Jangan bicara! Aku tidak ingin mendengar ucapanmu selain 'YA'."
"Aku tidak suka padamu," tukasnya.
"Maka akan aku buat dirimu mencintaiku," tanpa aba-aba, Jeno meraup bibir Jaemin. Menciumnya dengan penuh kelembutan. "Aku mencintaimu, Na..." ucap Jeno di sela-sela ciuman mereka. Membuat jantung Jaemin terpacu cepat.
-
Usai pengakuan Jeno kala itu, Jaemin tidak pernah lagi berurusan dengan Jeno. Saat Jeno mengirimi pesan ataupun menelpon, tak pernah Jaemin balas atau mengangkat telponnya. Semua terasa tiba-tiba baginya. Dan Jaemin masih menerka-nerka, apakah Jeno serius dengannya? Ataukah dirinya hanya dijadikan mainan semata?
Pasalnya, tabiat Jeno sudah buruk di matanya. Dan Jaemin hanya lelah berharap pada manusia. Karena pada akhirnya ia akan dikecewakan lagi dan lagi.
-
Jeno mendesah kasar ketika tak satu pun pesan maupun panggilan darinya Jaemin balas. Kurang apa Jeno? Tampan? Iya. Kaya? Iya. Lalu apa yang kurang dari Jeno hingga Jaemin berpaling darinya?
Lantas Jeno membuka akun twitter milik Jaemin. Posting-an nya hanya satu, dan itu sudah 4 tahun yang lalu.
Melihat komentar lainnya, Jeno yakin jika saat itu Jaemin sedang patah hati."Siapa yang buat kamu sakit hati, Na?" monolog Jeno meremat ponselnya.
Hari ini Jeno ada jadwal. Ia akan mempersiapkan drama baru yang akan dibintangi bersama Park Siyeon. Otomatis Jeno akan sibuk dan waktu bersama Jaemin akan semakin berkurang.
Lagi, pesan Jeno pun tak kunjung dibalas. Jadi tidak ada cara lain lagi selain mendatangi Jaemin. Walaupun mungkin nantinya Jaemin tidak menyukai keberadaanya.
Maka, sebelum berangkat ke kantor, Jeno menyempatkan untuk pergi ke kantor Jaemin. Berniat bertemu karena Jeno sudah rindu.
Jeno sedikit bersiul memasuki lobby JJ Group. Ia menemui kakaknya terlebih dahulu.
Sebuah kebetulan atau memanglah takdir, Jaemin sudah berada di ruangan Mark. Ia sibuk menata beberapa dokumen, sedangkan Mark tengah menjawab telepon dengan serius.
Rupanya Jaemin belum menyadari kedatangan Jeno. Kedua tangan Jaemin masih sibuk menata dan merapikan dokumen yang menebal itu.
Jeno mendekati Jaemin di belakangnya. Mencondongkan wajahnya untuk sedikit menghirup aroma Jaemin. Aroma bayi yang sangat ia rindukan.
"Baby..."
Mendengar suara itu, tubuh Jaemin rasanya kaku. Perlahan ia menolehkan kepalanya. Mendapati Jeno yang tersenyum manis hingga matanya pun ikut tersenyum. Jaemin merasa gugup. Susah payah ia menghindari Jeno, namun orangnya malah berada di hadapannya.
"Oh Jeno? Tumben kemari, ada apa?" tanya Mark yang baru saja menyelesaikan acara telfonnya.
"Ah itu hyung, aku ingin menemui seseorang.." ucapnya melirik Jaemin yang masih dilanda kegugupan. Mark mengikuti arah pandang Jeno. Mark mengernyitkan dahinya, ada hubungan apa Jeno dan Jaemin? tanyanya dalam hati.
"Siapa?"
"Dia."
"Ada urusan apa dengan Na Jaemin?"
"Hyung harusnya sudah tahu ketika dua orang saling bertemu mereka akan m-"
"Sajangnim, saya izin sebentar saja. Permisi." potong Jaemin. Ia membungkukkan tubuhnya lalu menarik lengan Jeno keluar dari ruangan Mark.
"Mereka sepasang kekasih?"
-
Jaemin membawa Jeno ke basement karena di jam-jam seperti ini basement cukup sepi. Walaupun Jaemin merasa was-was jikalau ada yang memergokinya bersama aktor terkenal itu.
"Ada apa?" tanya Jaemin sinis sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ia menatap tak suka lelaki di depannya. Atau mungkin, belum.
"Aku merindukanmu,"
Ucapan Jeno membuat Jaemin menahan napasnya sejenak. Sungguh Jaemin merasa tidak mempercayai setiap kata yang Jeno lontarkan padanya. Alasannya karena lelaki itu pandai mengelabui mangsanya.
"Menurutmu aku akan percaya? Hahh... Sudahlah Jeno, jangan menganggu hidupku lagi. Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau 'kan? Apa semuanya belum cukup untukmu?" Merasa tidak ada jawaban dari Jeno, Jaemin pun melanjutkan ucapannya. "Memang benar, karena sikap manusia tidak pernah puas!"
"Sudah bicaranya?"
Jaemin hanya mendengus.
"Nana, sebegitu bencinya kamu padaku? Apa yang ada di dalam pandanganmu aku hanyalah pemuda brengsek dan pembohong? Tidakkah kamu melihat bahwasanya aku sangat mencintaimu?" ucap Jeno semakin lirih di akhir ucapannya. Jeno tahu Jaemin kecewa. Tapi melihat penolakan-penolakan yang Jaemin lakukan, Jeno juga merasa kecewa. Soal perasaan, Jeno tidak main-main. Ia benar-benar mencintai Jaemin. Sangat.
"Na, ayo mencoba membuka hatimu. Beri aku kesempatan, Na.."
-tbc
Hi, how are you today?
KAMU SEDANG MEMBACA
Paparazi || Nomin
Fanfiction[ON GOING] Lee Jeno seorang aktor yang terkenal yang sedang panas-panasnya dibicarakan publik. Melalui sebuah foto yang beredar di media, Jeno tengah berkencan dengan kekasihnya di sebuah hotel. Seorang paparazi ternyata mengikutinya. Kira-kira sia...