[4] Aku membencimu!

2K 305 10
                                    

Sorry for typo(s)

.
.
.

Karena hari ini hari libur, Jaemin tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Pagi sampai siang ia lakukan untuk marathon drama kesukaannya dan menonton video BTS. Lanjut sampai tertidur hingga jam 4 sore. Setelahnya ia mandi dan bersiap.

Jaemin mengenakan hoodie berwarna merah, topi hitam, dan masker hitam. Sudah menjadi kebiasaanya ketika berpergian. Selalu tertutup. Padahal Jaemin bukan aktor..

Setelah rapi dan wangi, Jaemin meraih kamera kesayangannya dan tas lalu keluar dari kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah rapi dan wangi, Jaemin meraih kamera kesayangannya dan tas lalu keluar dari kamarnya. Di dapur, ia dapat melihat ibunya yang sedang mencuci sayuran. Jaemin menghampirinya; mencium pipinya singkat.

"Bunda, aku izin ya."

"Mau ke mana hmm?" tanya bunda sembari memasukkan sayuran yang sudah dicuci ke dalam kulkas.

"Jalan-jalan sebentar. Mungkin ke Sungai Han."

"Oke, tapi jangan pulang terlalu larut. Hati-hati di luar sana banyak orang jahat." Peringat ibunya.

"Siap laksanakan." Jaemin mengecup kedua pipi sang ibu lalu pergi dari rumah.

Ia berjalan untuk menunggu bus di halte. Agar tidak suntuk, Jaemin mengambil earphone di tasnya dan memasang earphone tersebut di kedua telinganya. Tak lama kemudian, bus datang. Jaemin segera masuk. Jaemin menolehkan pandangannya ke arah jalanan sambil memejamkan mata. Menikmati alunan lagu.

Jaemin keluar dari bus. Ia melangkahkan kakinya menuju Sungai Han. Sambil merentangkan kedua tangannya, dihirupnya udara segar tersebut. Benar-benar nyaman. Tak sia-sia Jaemin ke sini untuk melepas penat.

Jaemin mengangkat kameranya yang menggantung pada leher. Ia memotret pemandangan apik di sana. Ketika melihat sepasang kekasih yang romantis walaupun sudah lanjut usia, Jaemin iri. Namun kemudian Jaemin tersenyum. Ia salut dengan hubungan mereka yang masih tetap utuh walaupun sudah menua.

Jaemin membawa kakinya ke mereka. "Permisi kakek-nenek, bolehkah saya memotret anda?"

Nenek tampak berunding dengan si kakek.

"Tentu nak. Silahkan." Ujar nenek.

Jaemin memfokuskan lensa kameranya. Objeknya sangat alami. Bagaimana sepasang teman hidup itu tertawa bahagia dengan tulus. Jaemin merasa ikut bahagia hanya dengan melihatnya saja.

Blitz!

Blitz!

Blitz!

Jaemin berjalan mendekati mereka. Ia menunjukkan hasil jepretannya, "bagaimana kek, nek?" tanyanya.

"Bagus nak. Apa kamu ini seorang fotografer?" tanya kakek. Jaemin tersenyum dan menggeleng. "Bukan kek. Ini hanya hobi saja.."

Paparazi || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang