Bab 15

2.2K 359 35
                                    

Jongin dan Namjoon duduk di salah satu bangku di perpustakaan kota,Jongin dengan buku novelnya dan Namjoon dengan buku Matematika yang membuat Jongin bergidik ngeri.

"Apa yang bisa di baca dari buku matematika" keluh Jongin

Namjoon tersenyum tampan "aku menyukainya ,ilmu pasti"

Jongin menangguk kecil dengan senyum manisnya "Namjoon-ah"

"Iya"

"Ini tentang jawabanku atas pertanyaan mu waktu itu"

Namjoon tersenyum tipis
"Aku sudah tahu jawabannya,jadi jangan katakan apapun"

"Maaf" ucap Jongin pelan

Namjoon menggeleng kecil
"Jangan minta maaf,itu hak mu, jangan merasa bersalah" Namjoon berdiri dari duduknya "maaf aku tidak bisa mengantarkan mu pulang"  Namjoon bersiap melangkah namun suara Jongin menghentikan langkahnya

"Kau mengatakan jangan merasa bersalah,tapi kau bersikap membuat ku merasa bersalah"

Jongin menghela nafas kecil

"Aku harus bersabar menghadapi bocah 17 tahun" batin Jongin mengerutu

"Aku menolak mu dan kau harus dengar itu,ini memang menyakitkan tapi ini juga cara untukmu agar kau terus berjalan kedepan,tidak terus-menerus menunggu orang yang tidak mencintai mu dan belajar mencintai orang lain yang dapat membalas cintamu.
Kau tidak harus hidup dengan bayang-bayang ku,kau berharga, kau pantas di cintai,kau pantas mendapatkan seseorang yang mencintaimu,yang memahami mu dan kau pantas hidup bahagia" ucap Jongin yang membuat Namjoon berbalik menatap Jongin lekat

Jongin tersenyum manis ,lalu memeluk Namjoon

"Kau berhak bahagia Namjoon-ah, kau berhak memiliki istri dan anak di masa depan,kau berhak merasakan menjadi  seorang suami dan menjadi sosok seorang ayah"

"Jongin" Namjoon melepaskan pelukannya lalu menatap Jongin lekat
"Ini seperti bukan dirimu"

Jongin tersenyum "ini aku dan aku ingin kau membuka hatimu untuk orang lain,jangan berharap padaku,jangan menunggu ku itu hanya akan menyakitimu dan kau terlalu berharga untuk tersakiti"  ucap Jongin lalu meninggalkan Namjoon dengan penuh tanda tanya

Tidak lama Jongin pergi ,Namjoon mendapatkan pesan dari sang ayah

Appa : Namjoon-ah ,puji Tuhan ada seorang yang bernama Oh Jaejoong menawarkan roti kita untuk di jual di cafe nya. bahkan  beliau menawarkan untuk membuatkan toko roti untuk kita dengan pembagian hasil nantinya.

.

.
.
.

.
.
.

Namjoon menatap Sejong dari kejauhan, gadis cantik itu tengah menari di ruang musik,Namjoon tidak bisa memungkiri jika Namjoon sedikit terpesona dengan tarian indah Sejong, tersenyum tipis Namjoon memasuki ruang musik sepelan mungkin agar Sejong tidak menyadari keberadaan nya.

Namjoon tidak terlalu dekat dengan Sejong,namun Namjoon mengetahui jika Sejong terkadang di bully dengan cibiran karena bisa sekolah lewat jalur baesiswa dan memiliki ibu seorang pekerja seksual.

Alunan musik yang tidak di ketahui Namjoon berhenti dan saat itu Sejong berbalik dan mendapati Namjoon berdiri di dekat pintu masuk.

"Namjoon"

Namjoon tersenyum kaku
"Hai"

"Sejak kapan kau datang?"

"Baru saja"

TIME (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang