°07 "Drakor (1)"

22 4 0
                                        

🌈🌈🌈

Matahari sudah menampakkan wujud sepenuhnya untuk memberi kehidupan di bumi. Semua Makhluk sudah beraktivitas semestinya begitupun Elara Seika. Gadis itu melangkah pelan diiringi hembusan angin yang menyejukkan, tangan kirinya terangkat untuk menyelipkan beberapa helai rambut ke telinga. Sebelah tangannya memegang sebuah topi berwarna pink polos.

"Nih, buat nyai glowing." ujar Elara melempar topi itu pelan. Gadis itu tersenyum tipis melihat tingkah Kaelan yang tidak mau terkena panas.

Kaelan menangkap topi itu sigap, lalu tersenyum lebar. "Maaciw Ara imut, Lo emang sahabat terrrrrrr baik gue." ucap Kaelan dramatis lalu memeluk Elara erat.

"Se-sak K-kael" ucap Elara kesulitan karena Kaelan memeluknya begitu erat.

"Drama starts," ujar Jaja sembari memutar bola mata malas. Ia merogoh saku roknya, mengambil permen karet. Jaja mengunyah permen itu dengan muka datar.

Kaelan melepas pelukannya pada Elara, lalu menatap Jaja kesal. "Triplek masjid shut up ya!" ucap Kaelan menunjuk Jaja. Kemudian menggandeng tangan Elara.

"Berani lo sama gue?" tantang Jaja dengan muka datar seperti biasa.

"Ya! Enggaklah" jawab Kaelan dengan cengiran bodohnya. Jaja mendengus kasar.

"Thanks Ra topinya, untung Lo bawa. Kalo nggak, kulit glowing shimering and splendid gue bisa rusak kena pancaran hyper." cerocos Kaelan ngawur. Kan, mulai deh gilanya.

"Sinar UV kali Kael. Mana ada pancaran hyper. Itu kan punya nya kembara kembar nakal," ralat Elara sambil tertawa. Gadis itu bahkan sampai memukul pelan bahu Jaja.

Ya, Elara itu tipe gadis yang kalau tertawa pasti memukul orang-orang sekitar. Untung saja Elara memukul Jaja pelan, kalau keras bisa dipukul balik menggunakan clurit.

Kaelan meringis kecil merutuki kebodohannya. Ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Tapi sebenarnya tuh gue suka nya ke Mail tauk, bukan kembara kembar tuyul botak," ucap Kaelan lagi. Ia memasang topi berwarna pink itu, kemudian merapikan sedikit anak rambutnya yang berantakan.

Mereka bertiga kini kembali melangkah menuju lapangan. Berjalan beriringan dengan Elara berada di antara Jaja dan Kaelan. Karena kalau Jaja dan Kaelan bersebelahan itu pasti bertengkar. Ada saja yang diperdebatkan.

Hari ini kelas Elara akan mengadakan penilaian senam irama. Oleh karena itu sekarang, tepatnya pukul 08:00 WIB semua siswa kelasnya telah berkumpul di lapangan Ganymede High School.

"Tapi 'kan aku nggak nanya Kael," tutur Elara polos.

Sontak saja hal itu membuat Jaja terbahak. Gadis itu sudah memberi tatapan mengejek pada Kaelan.

"Lo kok gitu sih Ra," kesal Kaelan. Ia melepas gandengannya pada Elara dan memasang muka sebal. Darah tingginya makin radang kala melihat Jaja sedang mengejeknya.

"Mampus," kata Jaja tanpa suara, ia hanya menggerakkan bibirnya saja. Tapi Kaelan bisa melihat jelas muka Jaja yang minta sekali di tabok ke glowingan miliknya.

"Eh, bukan gitu Kael. Kok kamu marah sih." panik Elara. Tadi itu Elara bukan bermaksud mengolok Kaelan kok, tapi Kaelan malah marah.

"Bodo ah, marah gue sama Lo. Lo bukan temen princess lagi. Bye!" Kaelan melangkah lebih dulu dengan kaki yang dihentak-hentakkan. Ia meninggalkan Jaja dan Elara.

"Emang aku salah ya?" tanya Elara pada Jaja. Jaja menggeleng, ia tersenyum lebar sembari merangkul bahu Elara.

"Gue suka gaya Lo." ujar Jaja terkekeh pelan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CALLISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang