Sinar mentari menerobos masuk melalui celah-celah kamar gadis itu. Gadis itu terlihat sedang sibuk bercermin sembari memoleskan lip balm pada bibir mungilnya.
Tap
Elara menutup kembali lip balm setelah selesai memakai, kemudian memasukannya pada tas gendong miliknya yang tergeletak di atas meja riasnya.
Tangannya terulur mengambil bingkai foto, disana tampak jelas foto dirinya bersama Orion yang diambil sekitar dua tahun lalu, tepat saat acara kelulusan nya.
"Selamat pagi Abang ganteng!" seru Ara menatap foto tersebut. Gadis itu mengusung senyum lebar di hadapan foto Abang nya yang juga sedang tersenyum lebar.
"Ara mau berangkat sekolah dulu ya Bang. Doain Ara nanti bisa ketemu cogan, hehe." Elara mengusap bingkai itu.
Sudah satu tahun Elara tidak melihat senyum hangat Orion. Selama itu pula, yang ia tahu Abangnya meninggalkan dia karena kecelakaan. Pihak kepolisan mengatakan kalau itu murni kecelakaan.
Sebenarnya, pihak kepolisan bisa saja mengusut lagi kasus itu lebih dalam, tapi Elara menolak karena tidak ingin terbayang-bayang kenangannya dulu bersama Orion. Sudah cukup, mengingatnya benar-benar membuat Elara sakit.
Hari ini, hari pertama Elara berangkat sekolah, kembali. Setelah selama satu tahun ini ia home schooling. Awalnya Elara menolak untuk kembali bersekolah di sekolah biasa, tapi berkat bujukan dari Kaelan dan Jaja, akhirnya gadis itu mau kembali bersekolah. Dengan catatan, harus satu sekolah dan satu kelas bersama mereka berdua.
"Ara sayang Abang, mwah." ucapnya lalu mencium foto tersebut tepat di wajah Orion.
Setelah selesai bersiap-siap, Elara turun menuju ruang makan. Gadis itu tersenyum kecil melihat mbok Asih sedang memasak sambil bernyanyi.
"Masak-masak sendiri, nyuci baju sendiri, tidur juga sendiri, nasib janda begini."
"Dor!"
Elara mengejutkan mbok Asih dengan menepuk pundak mbok Asih.
"Eh janda tua janda tua!" kaget mbok Asih latah.
Elara tertawa pelan melihat reaksi mbok Asih. Gadis itu mencium pipi mbok Asih sekilas.
"Hehehe, kaget ya Mbok?" Elara terkekeh seraya mengambil apel di kulkas.
Mbok Asih memegang dadanya, kepalanya menggeleng melihat kelakuan jahil Elara.
"Non Ara ngagetin si Mbok deh. Untung ini minyaknya ndak tumpah," omel mbok Asih. Beliau memasak nasi goreng pagi ini. Semalam, Elara yang meminta beliau untuk memasakkan nasi goreng untuk pagi ini.
Elara terkekeh pelan, lalu menggigit apel yang sudah ia cuci tadi,"Dapet salam dari Mang Asep Mbok. Katanya, ikan hiu makan gurita, i love you mbok Asih tercinta," mbok Asih tersipu malu. Sudah seperti remaja yang sedang kasmaran saja.
"Acieeee, blushing." goda Elara menunjuk-nunjuk mbok Asih.
"Apasih Non. Udah ah, cepet ini dimakan nanti non Ara telat." ucap mbok Asih menyembunyikan rasa malu nya.
"KATA MANG ASEP LAGI, NANTI MAU DILAMAR," teriak Elara sembari berlari menjauh. Berbeda dengan mbok Asih yang menatap Elara sembari geleng-geleng.
Selesai makan, Elara menggendong tasnya. Mengambil ponsel untuk bercermin, meneliti apakah ada yang salah dengan penampilannya atau tidak. Setelah merasa cukup rapi, ia menyempatkan diri untuk berpamitan kepada mbok Asih. Tak lupa ia mencium tangan dan pipi mbok Asih.
"Ara berangkat Mbok. Jaga rumah ya, jaga diri juga. Takutnya nanti diculik mang Asep," ucapnya diakhiri kekehan.
Mbok Asih tersenyum malu. "Hati-hati di jalan Non!" Elara mengangguk, kemudian berlari menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CALLISTER
Genç KurguTerimakasih dari Elara Untuk Callister. Terima kasih sudah hadir Terima kasih sudah menemani Terima kasih sudah selalu ada Terima kasih sudah bersabar Terima kasih sudah mengerti Kau tau? Setiap waktu adalah cerita Dan kamu adalah bagian favoritnya ...