6. Pembicara Ganti?

45 2 0
                                    

{Happy Reading}

Setelah proposal di ACC dan anggaran untuk kegiatan dicairkan, kami selaku pengurus OSIS dan panitia kegiatan semakin sibuk mengurus keperluan acara yang akan diadakan seminggu lagi.

Tak lupa kami juga survey daerah lokasi yang akan menjadi titik utama pada hari H.

Seperti saat ini, kami sedang disibukkan dengan job nya masing-masing. Surat-surat seperti permohonan menjadi pembicara, tembusan untuk kepala desa beserta Pak RT dan masih banyak lagi menjadi hidanganku sore ini.

Aku sedang bersama Haris. Di Andestall Fotocopy. Dia memang setia menemani kemanapun aku pergi saat tak bersama Zidan.

"Total berapa, Mas?" Tanya Haris.

"20.000 Mas," balas petugas fotocopy yang tak lain adalah Mas Surya. Dia paham kami, karena selalu menjadi langganannya.

"Jangan lupa di nota ya mas," ucapku mengingatkan.

"Siap, Zara"

Kuambil lembar print-printan yang terbungkus plastik bening. Kembali kutatap Haris yang mengenakkan baju identitas biru muda atasan kotak-kotak dan bawahan polos biru tengah menyodorkan uang.

"Balik ke ruang OSIS yuk. Kayaknya Zidan udah nungguin buat rapat kelanjutan," ucapnya sembari memandangku. Aku hanya mengangguk kecil lalu memutar arah.

"Makan dulu ya, Ris," celotehku.

"Udah hampir telat nih, nanti kena marah Zidan," Haris tak mau kalah dan ia memang konsisten pada waktu.

"Urusan Zidan itu urusanku, jangan terlalu dipikir," sahutku enteng.

"Gak gitu juga, Ra. Kita harus bisa jadi contoh yang baik," tatapannya mengarah pada manik mataku.

"Kamu mau aku sakit lagi gara-gara gak makan dan terbaring lemas? Sementara tugas seabrek aku serahin ke kamu semua, gitu?" Sahutku penuh penekanan.

"Eeh iyaa, aku turutin kemauan kamu," akhirnya Haris mengalah.

Demi apapun, aku lapar.

Tak mengindahkan apapun itu omongannya meski benar.

Haris yang tadinya hendak pergi begitu saja, akhirnya mau menemani.

"Untuk kali ini aja ya," sahutnya pasrah.

Aku terkekeh.

Baru saja mengambrukkan diri di salah satu bangku kantin, Zidan meneleponku. Tidak!! Dia pasti mau cepat-cepat aku ke ruang OSIS. Sementara perutku meronta-ronta minta jatah.

"Ra, buruan ke ruang OSIS, ada sesuatu yang perlu dirapatkan lagi. Buru!"

"Apalagi sih, Dan? Aku laper, bentar yak,"

"Yaudah Haris suruh ke sini. Cepetan! Gak mau tau!" Kekehnya.

Ya mau gimana lagi, aku memberitahu Haris supaya cepat-cepat pergi menemui Zidan. Pasti dia sedang diambang kebingungan.

Oh Zidanku, tetap santai dan tenang..

🌻🌻🌻

Di ruang OSIS, Zidan tengah ngobrol bersama Haris. Aku yang baru saja selesai makan pun langsung menghampiri mereka, menyapa alakadarnya.

"Ra, " Zidan lebih dulu menyapaku.

"Ya, kenapa?"

"Udah kenyang?"

"Udahlah"

"Kerjaan banyak Ra"

"Iya tauuuu!!"

Sebelas OktoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang