"Aku hamil." Dua kata yang berhasil membuat lawan bicaranya terdiam membeku seperti batu.
Mulut Moonbin masih terbuka lebar, begitupun dengan kedua matanya yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
Moonbin menggerakkan tangannya ragu, lalu mencoba menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak terasa gatal.
"Wah... Selamat, ya! Ha.. ha.. ha." Tawa Moonbin terdengar kaku dan ia mencoba menjauhi tatapan gadis di depannya.
Gadis itu langsung menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi dan membuang napas kasar. Ia memejamkan mata setelah melihat reaksi lelaki di depannya. Moonbin tengah mencoba kabur dari situasi ini.
"Aku mengandung anakmu. Begini reaksi yang kau berikan?" Tanya gadis itu memastikan reaksi Moobin sebenarnya. Dia mengira lelaki di depannya akan menolak atau setidaknya terdengar marah. Bukan epsresi seperti orang bodoh yang tidak menyadari perbuatannya sendiri.
Moonbin diam sebentar. Ia perlahan menatap kembali mata gadis di depannya. Perempuan cantik dengan rambut hitam sebahu yang tanpa status resmi adalah gadis yang dekat dengannya saat ini.
"Apa.. karena malam itu?" Tanya Moonbin hati-hati mengingat kejadian beberapa waktu lalu yang membuat keduanya sempat menjadi canggung saat bertemu.
Gadis itu mengangguk yakin. "Kau yang pertama." Ucapnya yang langsung dimengerti oleh Moonbin.
Moonbin hanya mengangguk-anggukan kepala tanpa sadar, sedang mencerna pikirannya sendiri.
Gadis itu menunggu, menatap Moonbin tanpa celah. Ia sama sekali tidak melepas pandangan pada lelaki di depannya meskipun suara berisik dari arah lain di dalam kafe sangat mengganggu mereka. Yang menjadi poin utama gadis itu sekarang adalah menunggu keputusan Moonbin. Kalian tahu, keputusan apa yang dimaksud.
"Bagaimana? Apa aku harus 'melanjutkannya' atau 'melepasnya'?" Tanya gadis itu setelah melihat lawan bicaranya tidak membuka suara lagi sejak tadi.
Seketika tatapan Moonbin fokus pada gadis itu. Dahinya mengernyit mendengar pertanyaan barusan. "Kau tega melakukan itu?"
"Lalu aku harus bagaimana?" Gadis itu diam.
"Yeeun.. " panggil Moonbin. Ia menggelengkan kepala kuat dengan napasnya yang terdengar berat. "Jangan lakukan itu."
Gadis yang dipanggil Yeeun oleh Moonbin tadi memiringkan kepalanya. "Lalu bagaimana? Kau siap jadi ayahnya?"
"Bukan begitu," Ucap Moonbin cepat, namun ia segera menggosok wajahnya gusar. "Hanya saja,"
"Hanya saja?"
"Waktu. Aku butuh waktu."
"Waktu?"
"Ya. Aku harus siap mendengar kau hamil anakku dulu. Baru aku akan memikirkannya. Sebab ini terlalu mendadak." Jawab Moonbin dengan pikiran yang sudah sangat kacau. Ia sama sekali tidak bisa berpikir jernih dengan jawaban pasti yang ingin ia lontarkan pada Yeeun.
Sedangkan Yeeun kini malah mendengus setelah mendengar Moonbin berkata begitu.
"Tidak ada yang terjadi secara tiba-tiba kalau kau sudah mengerti dengan apa yang kau lakukan pada malam itu. Kau sepenuhnya sadar. Dan kau harus tahu apa tanggungjawabmu setelah melakukannya!"
Moonbin gusar, ia menyembunyikan wajahnya sembari melihat sekeliling. Orang-orang tengah memperhatikan mereka berdua dan Yeeun yang menyadari dirinya tengah menjadi pusat perhatian keramaian pun mulai menurunkan suaranya.
Dua puluh tiga tahun. Usia yang sangat muda untuk menjadi orangtua menurut Moonbin. Ia bahkan belum berpikiran untuk menjadi seorang ayah diusia sedini ini. Ia masih memikirkan kuliah dan karirnya, dan target berkeluarga pun ia tentukan saat sudah berkepala tiga. Dan setelah kejadian hari ini, rencana awalnya tentang masa depan hancur sudah. Ia harus menyusunnya kembali dari awal, tentang apa yang akan ia lakukan untuk waktu sekarang terlebih dahulu. Masa depan? Itu urusan nanti saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Paboo Young Daddy
Fanfiction"Aku hamil." Dua kata yang berhasil membuat lawan bicaranya terdiam membeku seperti batu. Mulut Moonbin masih terbuka lebar, begitupun dengan kedua matanya yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. __ Fanfiction Moonbin Astro Cred...