Yeeun menggoyangkan kakinya agar rasa gugupnya berkurang. Sejak dirinya diajak keluar ruangan sebentar untuk berbicara berdua dengan gadis yang menjenguk Moonbin tadi, Yeeun merasakan tidak nyaman hanya berdua saja dengan gadis yang ia tidak kenal sedikitpun.
Gadis itu tersenyum pada Yeeun. "Sepertinya kita harus membiarkan para lelaki menghabiskan waktu bersama mereka." Ucapnya memberitahu alasan mengapa ia mengajak Yeeun keluar. Lalu ia membuka tangannya untuk berjabat dengan Yeeun. "Aku Jessica. Temannya Moonbin. Kami tingkat yang sama di kampus dan mengambil beberapa kelas bersama semester ini."
Yeeun tampak ragu, namun menerima ajakan berkenalan Jessica. Ia mencoba menampilkan senyumnya. "Yeeun. Aku.. semester empat."
"Ah, junior. Kau di kampus yang sama dengan kami?"
Yeeun mengangguk.
"Hmm, kenapa aku tidak pernah melihatmu. Bagaimana dengan jurusanmu? Mungkin kita di fakultas yang berbeda."
"Bisnis. Aku mengambil bisnis." Jawab Yeeun.
"Oh, aku mengambil seni. Pantas saja kita tidak pernah bertemu di kampus."
Yeeun hanya diam, tidak membalas lagi sebab ia tidak tahu reaksi apa yang harus ia berikan pada Jessica. Dia sangat susah berinteraksi dengan orang yang tidak dekat dengannya. Yeeun jarang bersosialisasi, apalagi berbicara tatap muka dengan seseorang. Namun bukan berarti Yeeun adalah pribadi yang penakut. Dia hanya terbiasa ragu, tidak tahu langkah yang tepat dalam membalas suatu hal.
Jessica yang menyadari sikap Yeeun yang jarang berbicara pun mengerti kalau gadis di depannya adalah tipikal introver. Memang sudah membuka obrolan dengan orang seperti Yeeun apalagi hanya berbicara empat mata. Dia yang terbiasa menjadi ekstrover sangat tidak biasa dengan suasana seperti ini. Jessica berusaha mencairkan suasana dengan terus tersenyum.
"Kau sudah makan? Mau ke kantin rumah sakit bersamaku?" Ajak Jessica setelah memikirkan tempat lain untuk bisa mengobrol dengan nyaman bersama pribadi seperti Yeeun.
Gadis itu menggelengkan kepala, menolak. "Aku mau kembali ke dalam ruangan Moonbin."
Sangat kuat. Pendirian gadis itu sangat kuat. Jessica salah mengira sosok Yeeun.
Senyum Jessica masih tampil di wajah cantiknya. "Bagaimana kalau kita memberi mereka sedikit waktu untuk terus bersama. Sebab akhir-akhir ini mereka berenam jarang berkumpul dan saling menghibur. Sangat baik untuk Moonbin yang sekarang sedang dalam keadaannya yang kurang sehat."
Yeeun menggelengkan kepalanya sekali lagi. "Aku ingin menemaninya. Kau bisa pergi sendiri ke kantin."
Cara berbicara Yeeun berubah. Gadis itu terdengar tengah menjadi sosok yang tegas, meskipun perilaku yang ia tunjukkan dan penampilannya tidak sesuai. Jessica sedikit takjub. Sebab gadis di depannya itu memperlihatkan kalau dia tidak suka dengan Jessica.
"Apa aku mengganggumu?" Tanya Jessica memastikan.
"Apa kau menyukai Moonbin?" Yeeun bertanya balik, membuat Jessica tersentak terkejut.
Sebelah sudut bibir Jessica terangkat. Dia tidak ingin mengakuinya sebab ia tidak suka menjadi sosok yang biasa menghancurkan hubungan seseorang. Dia tidak ingin terlibat dengan hubungan orang lain meskipun perasaan yang ia miliki adalah untuk salah seorang itu.
"Tenang saja. Aku tidak akan mendekati Moonbin." Jawab Jessica agar Yeeun bisa tenang.
"Aku cemburu." Ucap Yeeun jujur. Sejak tadi saat di dalam ruangan, Yeeun melihat Jessica yang menatap Moonbin dengan perhatian. Gadis itu bahkan mencoba menghibur Moonbin hingga lelaki itu bisa tertawa dan tersenyum. Sesuatu yang Yeeun tidak bisa lakukan untuk Moonbin membuatnya iri dan terbakar api cemburu. Dia tidak ingin melihat Moonbin bahagia dari gadis lain.
Ucapan Yeeun membuat Jessica tersenyum lebar. Ia masih tidak menyangka kalau Yeeun orang yang sangat ekspresif. Ia berpikir gadis itu akan menjadi orang yang pendiam, tidak suka mengobrol dan hanya menundukkan wajah tidak berani menatap orang lain. Namun kini, ia malah melihat sosok yang berbeda dari yang ia kira.
"Kau pantas cemburu." Balas Jessica. "Buatlah Moonbin bahagia, jangan membuatnya susah karena aku tidak akan bisa tenang. Jangan melukainya sebab sekarang dia begitu rapuh. Jangan menghilangkan senyumnya sebab itu satu-satunya menjadi ciri khasnya." Kata-kata itu terucap begitu saja di bibir Jessica. Ia menahan tangis saat pikirannya memikirkan Moonbin. Dirinya merasa tidak pantas untuk mengkhawatirkan lelaki itu namun ia tidak akan tinggal diam kalau Moonbin kesakitan lagi. Ia bisa merelakan Moonbin dengan gadis yang menjadi pilihan lelaki itu asalkan bisa membuatnya bahagia. Apabila yang terjadi sebaliknya, maka Jessica akan mengambil langkahnya.
Yeeun melirik ke arah pintu ruang rawat inap Moonbin. Emosi mulai merenggut gadis itu. Air mata mengalir begitu saja hingga jatuh dari pelupuk matanya.
"Akulah yang menyebabkannya menderita sekarang. Aku tidak tahu bagaimana cara agar dia bisa bahagia sebab aku adalah pribadi yang egois yang hanya memikirkan perasaanku sendiri. Karena aku menyukainya, dia harus menerima hukuman itu."
Jessica terlihat kebingungan. Ia menatap Yeeun penuh tanda tanya.
"Dia berjanji untuk menjagaku. Dan aku mempercayainya. Dia bahkan rela tubuhnya hancur saat dipukul, ditendang dan injak oleh ayahku." Ucap Yeeun seketika membuat kedua mata Jessica melebar.
Yeeun menatap Jessica yang masih dalam keadaan terkejut dengan tangis masih membasahi wajahnya.
"Sebab aku, tengah mengandung anaknya."
____
Yeeun memiliki tindakan sendiri agar ia merasa puas. Ia memang sering bersikap egois, mementingkan perasaannya sendiri. Ia terbiasa mendapatkan sesuatu dengan mudah. Hanya kebebasan perasaan lah yang selama ini yang tidak bisa ia dapatkan. Makanya, ia berani mengungkapkan aibnya hanya untuk gadis di depannya bisa meninggalkan Moonbin dan dirinya untuk bersama. Sebab jika Yeeun tidak memberitahu nya, Yeeun yakin Jessica dengan mudah berpaling dengan ucapan yang ia pegang barusan.
Tidak mudah untuk seorang perempuan mengatur perasaannya pada orang yang ia sayang. Yeeun yakin tidak semudah itu dan secepat itu bagi Jessica merelakan perasaan sayangnya pada Moonbin. Sebab Yeeun juga perempuan, dia sangat mengerti Jessica. Dan Yeeun ingin membalikkan keadaan. Di mana Jessica lah yang harus mengerti Yeeun.
"Moonbin menerima neraka yang diberikan ayahku dengan pasrah. Dan sekarang giliranku, yang harus menderita untuknya. Aku mengorbankan segala hal yang kumiliki hanya untuk bisa hidup dengannya." Ucap Yeeun lagi dan meninggalkan Jessica dengan masuk ke dalam ruang rawat Moonbin.
Yeeun bersembunyi menjauhi keberadaan para lelaki yang mengelilingi Moonbin. Ia segera menyeka air matanya agar mereka tidak melihat kalau Yeeun baru saja menangis. Ia juga menormalkan kembali emosinya sebelum menemui Moonbin.
Apa yang ia barusan lakukan? Ia sadar dengan tingkahnya barusan dan tidak bermaksud melukai perasaannya Jessica. Yeeun merasa bersalah, namun ia tidak menyesali perbuatannya. Ia hanya sadar jika berada di posisi Jessica akan terasa sangat menyakitkan, hanya saja tidak ada yang bisa Yeeun lakukan lagi. Jessica pantas jika berpikir Yeeun adalah sosok yang kejam sekarang. Sebab Yeeun sadar bahwa yang ia lakukan barusan benar-benar kejam.
Maafkan aku.
____
KAMU SEDANG MEMBACA
Paboo Young Daddy
Fanfiction"Aku hamil." Dua kata yang berhasil membuat lawan bicaranya terdiam membeku seperti batu. Mulut Moonbin masih terbuka lebar, begitupun dengan kedua matanya yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. __ Fanfiction Moonbin Astro Cred...