Tiga bulan. Waktu berlalu begitu cepat. Kini semua kembali seperti semula. Tidak banyak hal yang berubah selain keberadaan seseorang yang ia sayang selalu ada di dekatnya.
Moonbin keluar dari ruang wali dosennya, ia baru saja menyerahkan berkas untuk persiapan lulus kuliahnya. Tidak lama lagi Moonbin bisa segera lulus dan menjalani hidup sebagai orang dewasa sepenuhnya.
Ia tiba di rumah setelah sepuluh menit berjalan. Jarak kampus dengan rumah petak yang ia huni tidaklah jauh. Moonbin bersuara, sedikit berteriak bahwa dirinya sudah pulang.
Yeeun yang tadinya ada di kamar pun berjalan keluar menemui Moonbin yang ada di depan. Wajah lelaki itu tersenyum saat menjumpai Yeeun. Meskipun tadi pagi mereka masih bertemu, Moonbin selalu senang saat tahu bahwa Yeeun masih di sini, bersamanya.
Yeeun sekarang tinggal di rumah sewaan Moonbin dan mengambil cuti kuliah. Dia tidak tahu apakah akan melanjutkan pendidikannya setelah melahirkan nanti atau dia akan bertahan di rumah dan menyerah dengan pendidikannya. Ia memikirkan itu nanti. Untuk sekarang, gadis itu menjalani hidupnya sebagai pasangannya Moonbin.
Moonbin meraih Yeeun ke dalam dekapannya. Ia memeluk Yeeun erat sambil melayangkan kecupan hangat berkali-kali di puncak kepala gadis itu. Hal biasa yang sering Moonbin lakukan akhir-akhir setiap menemui Yeeun. Dan Yeeun akan bereaksi kesal di awal dan memukuli Moonbin pelan meskipun di dalam hatinya ia merasa senang mendapat perlakuan sayang itu.
"Mandi sana!" Tolak Yeeun mendorong Moonbin menjauh. Lelaki itu langsung mencium wangi tubuhnya.
"Kenapa? Aku tidak bau."
"Kau harus bekerja sekarang." Ucap Yeeun membuat bibir Moonbin cemberut.
"Malas." Balasnya dan berlenggang ke dalam kamar menjatuhkan tubuh di atas ranjang. Moonbin memainkan ponselnya, mengabaikan Yeeun yang kini menatapnya dengan mengecak pinggang.
"Kalau seperti ini, bagaimana bisa menghasilkan uang?"
"Tunggu ayah meneleponku, baru aku akan bergerak ke sana." Alasan Moonbin untuk menikmati waktu santai singkatnya.
"Ini sama saja kita dihidupi dengan uang jajanmu, bukan nafkah yang kau dapatkan dari bekerja keras." Ucap Yeeun tepat mengenai hati Moonbin. Lelaki itu pun menarik napasnya panjang, lalu bangkit dari malas-malasannya.
Ia melirik Yeeun gemas. Memicingkan mata dan mencubit kedua pipi Yeeun. "Rewel! Coba cara bicaramu diganti biar bisa didengar nyaman di kuping orang yang mendengarnya. Kadang kalau kau bicara menusuknya sampai ke jantung." Moonbin menggoyangkan kepala Yeeun sambil memainkan pipi gadis itu. Ia merasa gemas dengan cara bicara Yeeun yang terlalu jujur sudah biasa bagi Moonbin.
Yeeun menarik tangan Moonbin untuk meminta lelaki itu melepaskan pipinya. Ia memukuli Moonbin berkali-kali dan malah membuat lelaki itu tertawa cekikikan bukan merasa kesakitan.
___
"Mau makan apa?"
"Ayam goreng."
"Hm? Tidak bosan kah?"
"Mm." Balas Yeeun dengan menggelengkan kepala. Tangannya sibuk menata tumbuhan yang ada di depannya.
Mereka berdua, Moonbin dan Yeeun bertugas menjaga toko bunga yang dijalani orangtuanya hingga pukul delapan malam. Sebenarnya hanya Moonbin yang bekerja mengganti sif orangtuanya namun Yeeun selalu meminta ikut sebab ia merasa bosan di rumah sendirian.
Moonbin yang menghitung uang di kasir pun memisahkan uang yang akan disimpan dan uang yang ingin ia gunakan untuk membayar makan malam mereka.
"Cuma ada sisa lima ribu won." Ucap Moonbin menghitung uang di tangannya.
"Bukankah segitu cukup untuk membeli ayam goreng?"
"Tapi aku mau bibimbap dan Jajangmyeon." Balas Moonbin, seleranya malam ini agak berbeda dari biasanya.
"Jangan boros. Kita bisa makan ayam goreng saja dengan nasi." Ucap Yeeun mendapat tatapan cemberut dari Moonbin.
"Sejak kapan kau jadi terbiasa merakyat begini?"
"Sejak hidup denganmu." Balas Yeeun membuat Moonbin diam.
"Kita pesan Jajangmyeon saja, ya?"
Yeeun memutar tubuhnya, menatap Moonbin datar.
"Oke. Ayam goreng. Sausnya yang bagaimana?" Segera Moonbin tersenyum dan mengambil ponselnya untuk mengetik nomor tempat pesan antar makanan setelah melihat ekspresi diam Yeeun.
Yeeun berjalan mendekati Moonbin. Ia duduk di kursi di sebelah Moonbin dan menyandarkan kepalanya pada bahu lelaki itu. Sebenarnya yang dilakukan Yeeun adalah menguping. Apakah panggilan yang dilakukan Moonbin benar pada outlet ayam goreng, bukan Jajangmyeon.
"Iya. Tolong pesan ayam goreng yang biasa di alamat Toko Bunga Mekar Jaya." Ucap Moonbin pada sambungan teleponnya sambil melirik Yeeun hati-hati.
"Maaf, tapi ini outlet bibimbap. Kami tidak menjual ayam goreng."
Yeeun menarik wajahnya menjauhi bahu Moonbin, mulai menatapnya tajam.
"A-ah. Eum-ak-aku pikir ini outlet ayam goreng yang biasa kupesan. Maaf."
Moonbin pun terbata-bata,berkilah kalau dia salah menekan nomor outlet.Yeeun meraih ponsel Moonbin dengan cepat dan menekan nomor telepon outlet ayam goreng yang benar dan mulai memesan saat sambungan telepon berlangsung. Moonbin menyerah, dia tidak bisa membalas Yeeun kali ini.
___
"Enak?"
"Mm." Yeeun menganggukkan kepalanya, ia menikmati ayam goreng dengan lahap.
Melihat Yeeun yang puas dengan makan malam yang mereka beli, Moonbin pun tersenyum. Meski ia tidak bisa memesan Jajangmyeon atau bibimbap kesukaannya untuk makan malam kali ini.
"Pelan-pelan makannya." Ucap Moonbin penuh perhatian. Ia mengambil tisu dan mengelap bibir gadis di depannya yang agak berlepotan.
Sebentar lagi mereka akan menutup toko dan bersiap pulang ke rumah. Butuh perjalanan tiga puluh menit dengan bus untuk sampai ke tujuan. Dan mereka juga akan berjalan kaki untuk masuk ke dalam gang selama kurang dari lima menit.
Meskipun sekarang tidak ada kendaraan pribadi seperti yang Yeeun kendarai dulu, Yeeun malah merasa lebih menikmati perjalanan seperti ini. Walaupun memakan cukup banyak waktu, ia bisa merasakan kebebasan dan juga nyaman yang berbeda. Sebab ada Moonbin di sampingnya yang membuat rasa lelah atau rasa bosan itu dalam sekejap menghilang.
Yeeun bersandar di pundak Moonbin dan memejamkan mata setelah mereka mendapatkan tempat duduk di bus yang mengantar mereka ke arah pulang ke rumah. Tangannya digenggam erat lelaki itu. Bahkan saat ia memejamkan mata menghilang rasa penat, ia mendapatkan kecupan singkat nan hangat dari Moonbin.
"Tidurlah. Kalau sudah dekat, aku akan membangunkanmu."
____
KAMU SEDANG MEMBACA
Paboo Young Daddy
Fanfiction"Aku hamil." Dua kata yang berhasil membuat lawan bicaranya terdiam membeku seperti batu. Mulut Moonbin masih terbuka lebar, begitupun dengan kedua matanya yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. __ Fanfiction Moonbin Astro Cred...