PART 3

276 19 33
                                    


Hari telah berganti bulan,bulan telah berganti tahun. Sudah 6 tahun Yura dan Donghae tinggal bersama eomma Park. Donghae,bayi mungil yang berumur 1 tahun kini telah berumur 7 tahun. Bayi mungil tersebut kini sudah bersekolah. Kini ia duduk di bangku satu sekolah dasar. Hari-hari yang ia lewati hanya berpusat pada rumah dan sekolah. Donghae tidak pernah bermain bersama teman-teman nya karna Donghae sendiri tak punya teman. Baik itu di rumah atau sekolahnya. Semua orang yang ia temuin selalu sama. Menolak,menghina dan memberikan kekerasan fisik padanya. Tak ada yang sudi menjadi temannya. Donghae sudah terbiasa ditolak sejak ia pertama kali membuka mata dibumi ini. Tapi,Donghae tetap anak kecil pada umumnya,dia tidak mengerti apa itu penolakan,hingga diusianya yang ke 6 tahun dia mengerti apa itu penolakan,cacian,makian dan perlakukan kasar. Tidak ada yang bisa ia lakukan. Hanya diam dan menangis. Dia tak pernah mengeluh kepada sang ibu atau sang nenek. Dia tak ingin apa yang ia alami itu semakin membebani sang ibu.

Donghae,bocah yang kini berusia 7 tahun itu sudah mengerti apa artinya kerja keras. Dan ia tau itu dari sang ibu. Ya. Yura semenjak tinggal di rumah eomma Park sudah bekerja keras tanpa memikirkan siang dan malam juga tidak mememikirkan cuaca apapun. Alasannya ingin memberikan kehidupan yang layak juga masa depan yang terjamin bayi sang anak. Yura tak ingin masa depan sang anak menjadi terlunta-lunta dan kesusahan. Mengharap belas kasihan sang mantan suami pun rasanya mustahil. Kangin tak pernah sudi melihat sang putra bungsu. Bahkan selama ini baik suami maupun sang anak sulung tak pernah mencari mereka. Mereka seolah menghilang ditelan bumi.

Bukankah apapun yang terjadi hidup harus terus berjalan kan?begitu juga hidup Donghae. Seperti pagi ini,Donghae telah bersiap menuju ke sekolahnya. Donghae telah terbiasa mandiri sejak kecil. Jika anak seumurannya masih harus diantar kesekolah oleh orang tuanya,tapi lain halnya dengan Donghae. Donghae sudah biasa berangkat dan pulang seorang diri. Yura sang ibu sudah berangkat kerja sejak jam 5 pagi. Sementara eomma Park sang nenek harus segera membuka kedai miliknya jadi tak bisa mengantarnya sekolah.

Tapi hal tersebut tidak membuat Donghae sedih atau apa,hal tersebut justru membuatnya mandiri. Donghae selalu berangkat naik bus begitu juga dengan pulang. Seperti pagi ini,Donghae telah siap dengan seragam sekolahnya. Donghae melangkahkan kakinya menuju dapur dan bersiap untuk sarapan.

"Pagi halmonie"sapa Donghae sambil tersenyum.

"Pagi juga nak. Duduklah Hae. Hari ini halmonie memasak nasi goreng kimchi kesukaan mu. Makan yang banyak ya nak"ujar sang nenek.

"Gomawo halmonie"sahut Donghae.

"Nee."ujar sang nenek.

Setelah itu hanya terdengar bunyi sendok yang beradu dengan piring. Sekitar 10 menit kemudian Donghae telah selesai dengan acara sarapannya. Setelah itu ia berpamitan kepada sang nenek.

"Halmonie ,Hae pamit ke sekolah dulu ya?"ujar Donghae sambil turun dari kursi lalu mendekati sang nenek.

"Nee. Hae hati-hati ya,ini,tongkatnya Hae dan ini bekal makan siangmj"sahut sang nenek sambil memberikan sebuah tongkat kepadanya dan sebuah kotak bekal.

"Nee,halmonie. Annyeong"ujar Donghae sambil melambaikan tangan kepada sang nenek.

Sang nenek pun membalas lambaian pada sang cucu. Setelahnya eomma Park membereskan piring bekas sarapan Donghae. Ada rasa yang tak bisa tersampaikan saat memandang wajah polos Donghae.

"Tuhan,kuatkan hati Donghae. Dia anak yang baik. Dia tidak pernah mengeluh atas apa yang ia alami. Berikan kebahagiaan padanya tuhan. Sehatnya ia tuhan. Sadarkan appa dan hyungnya juga. Kasihanilah Donghae."doa eomma Park.

Kita tinggalnya eomma Park. Kita beralih ke orang yang menjadi topik pembicaraan. Siapa lagi jika bukan anak mungil berusia 7 tahun bernama Donghae. Donghae tengah menunggu bus yang akan membawanya ke sekolah. Dengan bersenandung ria Donghae menunggu bus datang. Banyak orang yang memandangnya remeh.

Hae hanya ingin bahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang