CHAPTER 4

9.9K 193 14
                                    

Hallo aku balik lagi, kenapa baru bisa balik aku uninstall apk ini buat zoom meeting karna aku masih pelajar, aku bakalan lanjutin part ini buat kakian yang nungguin cerita ini^^

Happy Reading>>>>

Setelah pergi dari ruangan bossnya dan kantor itu wajah nindiya tampak sangat marah kesal dan terhina, well gadis mana yang tidak terhina dengan perbuatan bossnya itu.

Nindiya menyususri jalan raya yang tampak agak lenggang hari ini karna hari kerja mungkin pikirnya tapi satu hal yang tidak bisa nindiya lupakan perkataan bossnya tentang kontrak itu membuat nindiya benar benar gila mugkin.

Sekitar 1/2jam kurang akhirnya nindiya sampai ke rumah sakit tempat ayahnya berada kenapa dia berjalan kaki, karna uangnya sisa hanya untuk membayar kontrakanya Bahkan nindiya belum makan sepulang dari kantor tadi miris sekalu hidupnya ini, Nindiya tersenyum miris meratapi semua nasibnya ini.

Saat sedang asik melamun tiba tiba dokter putri berlarinke arah nindiya dengan wajah yang panik

"Diya! Diya! A..yahmu, ayahmu kritis dan dia butuh perawatan sesegera mungkin nin! Dan parahnya alatbyang ada di ayahmu akan di lepas!"

Ucapan dokter putri membuat nindiya segara berlari sekuat tenaganya ke arah ruangan ayahnya dan tanpa sengaja dia menambar brankar yang ada di tengah rumas sakit itu.

Nindiya masuk ke dalam ruangan ayahnya dan melihat alat bantu hidup ayahnya akan di lepas oleh beberapa orang perawat yang ada di dalam ruangan itu , nindiya lalu menghampiri salah satu perawat yang ada di situ

"suster ku mohob jangan di lepas ayahku butuh alat ini dan perawatan lebih lanjut, ku mohon aku tidak memiliki siapapun selain ayah ku mohon hiks" nindinya menangis dan memohon pada suster itu agar jangan melepas alat bantu hidup ayahnya itu.

Tapi suster itu malah memarahi nindiya dan bekata dengan tanpa belas kasian pada nindiya.

"jika ingin ayahmu tetap menggunakan alat ini cepatlah bayar waktumu hanya sampai nanti pagi jika tidak maka maaf kamu harus lakukan tugas kami"

Suster itu lalu kembali memasang alat yang tadi ia lepas dari ayah nindiya dan keluar dari ruangan itu ,setelah suter itu pergi nindiya langsung menghampiri ayahnya dan menangis di samping ayahnya.

"ayah aku harus apa ayah aku tidak punya uang sama sekali bahkan uang gajipun tidak akan cukup membayar semuanya ayah hiks ayah hiks"

Tiba tiba pintu ruangn terbuka dan menampilkan sosok dokter putri yang menatap nindiya dengan iba, dia terpaksa tidak membantu gadis malang ini karna permintaan aldyansyah itu si brengsek itu.

Dokter putri berjalan menghampiru nindiya dan langsung memeluknya dengan erat agar menenangkan nindiya yang sedang sangat terpukul saat ini.

"nin tenanglah aku bersamamu nin, nin kenapa kau tidka coba saja meminjam dengan boss atau perusahaan bukanya bisa poting gajih perbulanmu kan"

Ucapan dokter putri menyadari nindiya akan sesuatu , dia mengingat kembali tawaran bossnya yang tadi siang apa dia harus terima tawaran itu tapi ini tentang harga dirinya dan egosnya , tapi nindiya kembali menatap ke arah ayahnya dan dia menatap jam sudah menunjukan pukul 8 malam.

Dengan tekad yang sudah bulat akhirnya nindiya akan menemui bossnya itu, dia menatap dokter putri
"dok aku titip ayah aku harus menemui seseorang yang bisa membantuku meski harus dengan hidupku"

Nindiya lalu pergi dengan membawa tasnya keluar dari rumah sakit nindita tetap berjalan kaki karna sudah tidak ada angkutan umum di malam begini (anggap aja) langit mendung dan menandakan sebentar lagi akan hujan.

Nindiya berlari ke arah rumah bossnya itu dan saat itu hujan turun dengan derasnya dia berlari secepat mungkin demi ayah dia kuat demi ayahnya.

Saat sampai di depan rumah aldy nindiya langsung masuk dan dengan ijin pengawal aldy yang begitu banyak, nindiya di suruh duduk di ruang bossnya itu dengan baju basahnya dan sedikut mencetak bentuk tubuhnya itu.

Saat sedang asik melamun nindiya tersentak karna suara pintu yang terbukan dan menampilkan Aldy debgan setelah casual yang membuatnya sangat tampan er...

Aldy berjalan ke arah meja kerjanya dan menatap nindiya dengan iba dan tersenyum dengan piciknya, kemdian dia menginstruksikan untuk para pelayannya pergi dari ruanganya dan menyisakan ia dan gadis ini di situ.

"ada apa nona nindiya kau datang kesini?" aldy bertanya dengan menatap ke arah nindiya yang nampak menunduk dan menahan dinginya hari ini.

"s..aya ingin menanyakan soal tawaran anda tadi pagi tuan sa..yaa butuh sekali uang tuan saya mohon saya ingin menyelamatkan hidup ayah saya"

Nindiya langsung berlutut di depan aldy dengan air mata yang sudah mengalir dengan derasnya di matanya , aldy kemudia berjalan ke arah jendelan yang ada di dalam ruangan itu.

"kau taukan aturannya setelah melahirkan kau harus menyerahkannya padaku dan kau harus pergi dari sini"

Nindiya sangat tertekan untuk semua ini tapi dia hanya bisa mengangguk dan pasrah karna ayahnya lebih membutuhkan pengobatan dari pada dirinya.

"saya tau dan saya akan terima semua kontraknya tapi saya ada satu syarat untuk anda pak, saya akan mengandung dan melahirkan hanya jika bapa menikahi saya"

Aldy terkejut deengan penuturan nindiya dan dia segara berbalik menatap wanita itu dengan rahang yang  tampak mengeras.

"gadis gila kau ingin memerasku dengan pernikahan hah!"

"hanya secara siri pak saya hanya tidak ingin anak saya di cap anak haram hikd"

Aldy langsung menetralkan kembali raut wajahnya tapi masih ada sedikit tampak kekerasan rahangnya dan dia mengambil map yang tadi pagi dia berikan kepada nindiya

"baca dan tanda tangani setelah kau tanda tangani ayahmu akan tetap dalam perawatan selama kau patuh padaku"

Nindiya hanya bisa menunduk dan mulai menggoreskan tanda tanganya dengan tangan yang gemetar tapi pasti.

BERSAMBUNG....

3 HARI LAGI AKU LANJUT JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA MAN TEMAN LOVE YOU🙆💜💛💚💙🌻

MAAF KEBANYAKAN TYPONYA

Pregnant Contrac'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang