II

56 13 4
                                    

Happy Reading~

Pertanyaan yang tak terjawab pasti.♧

Berita kapan kelahiran adik keduaku telah menyebar luas hingga kerajaan sekitar. Tapi,aku sama sekali tak menantikan hal itu. Usia kandungan ibuku telah memasuki trisemester terakhir. Delapan bulan satu minggu.

Aku telah memasuki bangku sekolah dasar kelas dua. Aku selalu murung di kelas. Banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan kepada ibunda.
Oberon,adik gempalku itu telah dikurung di kamar ujung kiri lantai dua. Dan ada dua penjaga di luar pintu. Hal itu dilakukan dua tahun yang lalu. Aku bertanya kepada Aurora. Namun,wanita itu memilih diam.

"Aish,menyebalkan,"gerutuku yang keluar kamar. Aku menuruni anak tangga. Hendak menuju taman dan harus melewati dapur belakang yang besar. Banyak pembantu kerajaan yang berjalan sibuk di dalam maupun luar ruangan yang sangat jarang aku kunjungi.

"Aku merasa kasihan kepada pangeran Oberon,"ucap Sina,wanita gempal yang mencuci piring di bawah pohon bersama Taya.

Aku menghentikan langkahku hendak mendengarkan lebih lanjut. Untung ada tumbuhan seperti rumput tinggi sebagai tembok penghalang. Terlebih dahulu aku memeriksa kondisi sekitar. Aku bernafas lega karena kondisi sepi.

Aku mendekatkan diri secara perlahan. Aku mulai mendengar gosipan dua pembantu kerajaan itu.

"Aku dengar jika bocah malang itu dikurung dengan dua penjaga,"balas Taya membantu membilas piring yang telah dibersihkan.

"Iya. Dan itu perintah dari raja Hesperos sendiri." Sina meraih satu mangkok besar lalu mencucinya.

Taya menatap sebentar temannya itu. "Sungguh? Aku kira itu sebuah hukuman dari ratu Hesper."

Sina menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku sempat mendengar percakapan tabib Mulcan dengan raja Hesperos di kolam beberapa hari yang lalu." Ia menghentikan kegiatan mencucinya,menatap Taya yang menunggu ceritanya.

"Pangeran Oberon sakit keras. Aku lupa istilahnya. Itu alasan kenapa bocah malang itu dikurung,"lanjutnya.

Aku berkedip dua kali. Merasa terkejut alasan kenapa adikku dikurung. Sebuah penyakit yang menyandra raga Oberon. Tapi tak semudah itu aku percaya pada bualan dua pembantu itu.

"Heh kalian berdua! Hentikan gosip murahan kalian dan cepat bawa piring bersih itu ke dalam!"seru Mulia,ketua pembantu kerajaan di pinggir sana.

Sina dan Taya pun menghentikan percakapan mereka dan mengangguk paham. "Baik,Bu." Keduanya melanjutkan pekerjaan mereka.

Aku menghela nafas lega. Karena yang diucapkan dua pembantu itu hanyalah gosip belaka. Perlahan aku melangkahkan kaki meninggalkan tempat persembunyianku. Lalu kembali melanjutkan langkahku menuju taman.

♧♧♧

"Putri Andromeda,sekarang waktunya belajar. PR mu menumpuk di meja belajar untuk hari ini."

Tuturan Aurora membuat kedua telingaku panas. Apa dia tak tahu jika pikiranku sungguh kacau saat ini. Aku bangun dari posisi berbaring di kasurku. Aku menatap Aurora yang membawakan totebag sedang yang pastinya berisikan banyak buku.

Aku mendesah lelah. Malam ini mungkin aku akan begadang agar tugasnya selesai cepat.

Aurora meletakan tas tersebut seraya duduk di hadapanku. Aku menatap sedih pada tas tersebut.

"Bisakah aku mengerjakan besuk malam?"tanyaku menatap memohon kepada pengasuhku.

Aurora mengerutkan keningnya karena tak biasanya diriku menolak mengerjakan. "Ada apa denganmu,putri?"tanyanya yang sepertinya khawatir denganku.

Aku menggelengkan kepala. "Berikan aku satu buku yang tenggat pengumpulannya dekat."

Aurora menurut saja dan memberikan buku tugas matematika kepadaku. Aku tersenyum tipis seraya menerima buku tersebut.

"Aku akan mengerjakannya bersama ibunda Hesper." Tanpa menunggu jawaban dari Aurora. Aku telah berlari cepat keluar kamar.

♧♧♧

Aku merenggangkan kedua tanganku. Tugas matematika pada buku bersampul coklat susu itu telah selesai aku kerjakan. Ibunda sedari tadi duduk di sampingku. Memperhatikan lekat pekerjaanku.

Ibunda Hesper telah selesai mengecek PR ku. Lalu ia mengusap rambut agak keritingku.

"Kau anak yang pandai,Andromeda." Ibunda tersenyum hangat kepadaku. Aku menganggukan kepalaku setuju.

"Ibunda Hesper,apa aku boleh bertanya?"tanyaku meminta izin.

Ibunda menganggukan kepalanya. "Tentu saja boleh."

Aku mengatupkan mulutku sebentar. Memikirkan deretan kata yang pantas untuk aku tanyakan. "Apa ibunda Hesper tahu alasan kenapa Oberon dikurung di kamar dengan dua penjaga?"tanyaku akhirnya dengan hati-hati.

Namun,ibunda malah tersenyum. Aku tak paham maksud senyuman itu. Tak ada yang mencerminkan senyuman itu. Kedua mata ibunda juga terlihat sama. Aku menatap ibunda lekat begitu pun dengan ibunda.

Keterdiaman pun mengambil alih atmosfer ruangan itu. Lama menunggu jawaban dari ibunda. Aku menatap ibunda memohon untuk segera menjawab.

"Oberon,dia lelaki yang istimewa dan berharga. Dia berbeda dengan yang lain,"jawab ibunda.

Bukan jawaban seperti itu yang ingin aku dengar dari mulut ibunda. Aku berdesih pelan seraya menundukan kepala sebentar. Lalu kembali menatap balik kedua mata ibunda.

"Tapi tak harus dikurung juga,ibunda?"tanyaku lagi. Namun,pertanyaanku tak terjawab sudah.

"Hari telah larut,Andromeda. Kembali ke kamarmu,"perintah ayahanda Hesperos. Setelah itu,ayahanda masuk ke dalam toilet.

Aku dan ibunda sama-sama menatap kedatangan ayahanda. Lalu aku menatap ibunda yang menganggukan kepala. Aku pun menurut saja.

"Baiklah,"jawabku seraya meraih buku tugasku. Lalu bangkit dari dudukku.

Sebelum pergi meninggalkan ibunda. Aku menatap kedua manik yang sama denganku.

'Kenapa?' Itulah yang aku tanyakan. Aku berharap jika ibunda paham. Lalu aku pun pergi ke kamarku sendirian.



Vote dan komen ya >▪︎<
Semoga suka ya,share ke teman kalian.
See u all,thanks.

PERFECTION [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang