IV

47 10 2
                                    

Happy Reading~

Takdir itu rumit untuk diterka.♧

Sejak kepergian kedua sahabatku yang memutuskan mengakhiri pertemanan kami. Aku lebih suka mengurung diri. Aku tak memiliki sahabat lagi. Atau aku saja yang menganggap mereka sebagai sahabatku. Dan mereka hanya menganggapku sebagai teman belaka. Aku mendesah lelah.

Hari serasa hampa. Tak ada yang menghiburku. Bahkan tak ada yang bertanya kondisi jiwaku. Apa aku baik-baik saja? Tak ada yang melontarkan kalimat itu.

Bahkan ibunda Hesper dan Aurora,keduanya diam sibuk pada kesibukan. Mereka hanya menjalankan tugas mereka,memenuhi kebutuhan jasmaniku bukan rohaniku. Menyebalkan.

Sore ini aku pergi bermain di taman istana. Hanya untuk menghilangkan kesedihanku. Dan selalu bersama Aurora yang akan duduk di pinggir kolam ikan.

Kali ini,Aurora membawakanku semangkok kecil berisi kue kering dan memintaku untuk memakannya. Aku menurut saja. Aku pun melihat isi mangkok itu. Memilih kue mana yang akan aku makan.

"Yang ini,"ucapku lalu memakan kue berbentuk bintang itu. Rasa coklat kesukaanku.

Aurora duduk di tikar yang aku telah gelar. Ia meletakan mangkok kecil itu. Lalu meraih kertas berisikan lukisan jelekku. Hanya sebuah pemandangan dengan kehidupan warga sehari-hari.

"Kenapa adikku dikurung,Aurora?"tanyaku.

Mungkin wanita itu mengetahui sesuatu. Aku selalu penasaran. Dan ingin bertanya kepada ibunda. Namun selalu terhalang dengan kesibukan kerajaan.

Aurora tersenyum hangat. "Pangeran Oberon itu istimewa dan berharga,"jawabnya.

"Kenapa jawabanmu sama dengan yang dikatakan oleh ibunda Hesper? Apa ibunda Hesper yang menyuruhmu mengatakan itu?"tanyaku cepat.

Dapat aku lihat genangan air mata pada Aurora. "Tidak,"jawabnya menggelengkan kepala.

"Lalu?"

Setetes air mata pun jatuh sudah menimpa pipi kiri Aurora. Suaranya tercekat. Aku diam di tempat. Enggan untuk menenangkannya. Karena pertanyaanku belumlah terjawab.

Aurora menggelengkan kepalanya. "Aku tak bisa menjawabnya,putri. Maafkan aku,"balasnya. Tangisannya mulai buncah.

"Kenapa?"tanyaku pelan. Aku tak mengerti kenapa wanita itu malah menangis.

Aurora menghapus bekas air matanya dan menatapku dengan senyuman palsu. "Lebih baik kau bereskan barang-barangmu. Karena kau akan menginap di rumah nenek. Oberon juga akan ikut,"jawabnya yang mengalihkan topik pembicaraan.

Lalu Aurora mengambil kembali mangkok kecil itu. Ia bangkit dari duduknya. Ia pun berjalan meninggalkan taman.

Aku menatap wanita itu dengan tatapan sedih. "Kenapa Aurora tak menjawab pertanyaanku? Apa sesulit itu?"gumamku.

"Kenapa banyak sekali rahasia yang terjawabkan sekarang?"


**
Vote dan komen ya
Semoga suka dan jangan lupa share ke teman atau saudara kalian.

See u all.

PERFECTION [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang