VIII

31 6 0
                                    


♧Kebahagiaan kecil.♧

Callisto, adik mungilku itu telah tumbuh menjadi bocah yang manis. Dengan kulit langsat tak jauh berbeda dengan anggota keluargaku yang lain.

Namun, aku menyadari jika Callisto memiliki kepribadian agak wanita. Terutama kecintaannya terhadap dunia memasak. Terkadang ia bergerak lemah gemulai layaknya seorang wanita. Ibunda Hesper selalu mengingatkannya tentang karangan bertingkah seperti itu.

Kepribadian tersebut sedikit meredup sekarang. Dikarenakan segala ilmu kerajaan, Callisto dikekang untuk berubah menjadi kepribadian yang gagah seperti a
Ayahanda Hesperos. Dia telah diangkat menjadi seorang pewaris raja oleh ayahanda sejak ia bayi.

Aku menyukai hal itu. Tentu saja, adik bungsuku perlahan mulai berubah. Tapi kesukaannya terhadap dunia memasak masih melekat. Tak apa. Dengan hal itu, aku belajar ilmu memasak darinya.

Sekarang Oberon, adik gembulku itu sekolah di SLB (Sekolah Berkebuthan Khusus) di pusat kota Sombrero. Aku senang dengan hal itu.

Oberon tumbuh lebih besar dariku. Sehingga semua orang beranggapan bahwa Oberon itu kakakku. Karena tinggi Oberon melebihi tinggi badanku. Termasuk berat badannya.

Saat hari pertama masuk sekolah bagi Oberon. Aku turut menemani Ayahanda Hesperos yang mengantar Oberon.

"Aku libur sekolah, jadi tak masalah jika aku ikut,"pintaku kepada Ibunda Hesper.

"Baiklah. Nanti ibunda akan bilang kepada ayahanda,"balas Ibunda tersenyum hangat kepadaku.

"Sekarang tidurlah,"lanjutnya meminta untuk segera menutup mata terlelap dalam bunga tidur. Aku pun menurut.

Setelah merapikan selimut yang menyelimuti tubuhku, ibunda beranjak pergi dari kamarku. Lampu kamarku pun telah dipadamkan oleh ibunda. Aku mulai jatuh terlelap.

♧♧♧

Selesai sarapan, aku bersama ayahanda dan Oberon berangkat menuju sekolah yang akan disinggahi oleh adikku.

Oberon tak memakai seragam sekolah. Hanya mengenakan pakaian casual saja sama sepertiku dan ayahanda.

Kami bertiga masuk ke dalam aula. Oberon langsung dibawa ke dalam ruangan bersama satu guru.


Sedangkan aku dan ayahanda hanya duduk menunggu di meja dekat ointu masuk yang dijaga oleh satu guru. Kami diminta oleh sang guru untuk memantau pergerakan Oberon dari layar cctv.

Terlihat Oberon yang diminta untuk menyusun bundaran seperti donat hingga tersusun seperti piramida. Lalu di bagian atas piramida tersusun, Oberon diminta untuk meletakan bebek mainan kecil.

"Apa Oberon sedang dites di sana, ayahanda?"tanyaku masih menatap layar tv yang berada beberapa meter di hadapanku.

"Iya. Oberon juga harus dibiasakan seperti itu di rumah,"jawab ayahanda. Aku menganggukan kepala paham.

Aku tersenyum tipis. Tiba-tiba Oberon tertawa kepada sang guru yang sedang mengajarnya. Tawa yang sangat keras. Aku awalnya mengira tawa tersebut sebagai godaan yang dilakukan Oberon untuk membuat sang guru marah. Sehingga tak jadi mengajarnya.

"Mungkin Oberon senang karena telah menyelesaikan piramida donat itu,"ucap Ayahanda Hesperos mengubah dugaan sementaraku.

"Iya, ayahanda benar,"balasku menatap sebentar ayahanda. Lalu beralih fokus kepada kegiatan yang dilakukan oleh Oberon.

Langkah awal telah diambil oleh ayahanda dan ibunda untuk perubahan yang lebih baik bagi Oberon. Adikku juga seperti anak lali-laki yang lain. Ia juga pantas mendapat pendidikan. Tak ada kata sia-sia. Hal itu telah menjadi kebahagiaan kecil bagiku dan juga kedua orang tuaku.



**
Maaf up lama :)
Happy Reading
See u all 💜

PERFECTION [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang