Hai. Kevin disini.
Siapa disana?
Semoga kamu baik-baik saja. Sehat terus dan bahagia selalu.
Kali ini gua tidak akan bercerita tentang masa lalu, tapi gua mau mengoceh sedikit tentang keadaan saat ini.
Hari ini entah apa yang gua lakukan, gua merasa kalau gua sedang patah hati.
Iya, patah hati lagi.
Gua merasa ada sesuatu yang hilang. Apa gua sedang galau? Kalau pun galau siapa yang gua galau kan? Saat ini dan detik ini gua sedang tidak berhubungan dengan siapapun ataupun dekat dengan siapapun. Aneh sekali.
Hm, atau mungkin karena lagu melow yang gua dengar pagi ini? Bisa jadi! Lagu itu membangkitkan kenangan patah hati gua.
Ya patah hati pertama gua, cukup pahit untuk gua terima kalau orang yang gua sayang ternyata tidak seperti perkiraan gua selama ini, ternyata rasa sayang gua memang melebihi rasa sayang dia. Buktinya sampai hari ini, gua masih mengidealkan dirinya.
Jujur saja, gua takut mengakui kekecewaan gua kepada dia, dulu itu..
Gua terlalu menaruh harapan yang sama tentang dirinya seperti gua yang selalu percaya penuh ke dia.
Nyatanya dia tidak seperti gua. Begonya gua masih jatuh cinta padanya.
Kalau bisa mengulang waktu, gua pasti akan memilih jalur yang sama. Untuk tetap jatuh cinta kepada dia walau gua tau endingnya.
Gua bukan cahayanya. Dia terlalu jauh untuk sinar gua gapai.
---
One more time, one more chance.
Lagu sialan yang bikin mood gua berantakan seharian. Gua lagi dan lagi jatuh hati sendirian kepada dia, yang bahkan gua engga tahu apa yang dia lakukan saat ini. Orang yang bahkan tidak akan mengingat gua. Orang yang cuma bisa gua lihat dari sosmed. Walau kampretnya dia jarang sekali update. Seolah tahu gua selalu menanti updatenya, dan memilih tidak mengupdate nya.
Sampai detik ini, gua selalu mengingatnya. Ingat bagaimana senyumnya. Ingat bagaimana kebiasaannya. Ingat bagaimana rajinnya. Ingat candaannya. Ingat tentang dia sepenuhnya.
15 September 2011. Tanggal gua menyatakan suka kepada dia.
---
( Note : Disini scene romantis jadi gua akan berubah menjadi aku )
3 tahun lalu, pertemuan pertama dan terakhir kami.
Hari itu, September 2017.
Aku nekat datang untuk menemuinya. Semalaman aku tidak bisa tertidur, memikirkan hal apa yang harus ku bicarakan padanya nanti. Tak terasa hari sudah pagi.Aku datang dua jam sebelum jam yang di janjikan. Seperti orang bodoh. Orang rajin mana yang datang dua jam lebih awal dari jam yang dijanjikan. Tapi ternyata aku tidak bodoh sendirian. Jelang beberapa saat ia pun muncul dari arah yang sudah ku perkirakan.
Aku tertawa. Ia pun tertawa.
Hari itu aku tidak mampu melihat wajahnya. Aku tidak tahu bagaimana dirinya, aku hanya dapat memandangi sepatu putihnya, celana hitamnya, baju putih dan cardigan pinknya.
Saat aku mengintip sedikit lebih tinggi, senyum dan gigi putihnya yang khas terlihat.Sialan! Aku, aku.. jatuh cinta lagi.. yang pasti jantung sialan ini berdebar kencang sekali. Hatiku sungguh menggebu-gebu. Ingin rasanya berkata kepadanya bahwa "aku sebenarnya lelah menunggu senyummu itu."
Kami kikuk. Tidak tahu harus memulai pembicaraan apa. Ingin kutanya kabarnya, tapi tentu saja aku tahu jawabannya. Bahwa dia pasti menjawab baik-baik saja.
Ingin aku berkata cinta padanya, tapi aneh rasanya. Kami sudah lama tidak saling menyapa bagaimana aku masih tetap bisa suka?
Kami pun memilih berjalan-jalan sebentar. Tidak banyak yang kami bicarakan. Aku berjalan duluan, ia hanya mengikuti ku di belakang. Dan kadang ia akan berhenti melihat pedagang di pinggir jalan dan aku menjaga jarak satu meter di belakangnya, menatapnya yang suka sekali membelai rambutnya kebelakang kuping. Kebiasaan yang sering ia ceritakan.
Kami terus berjalan menyusuri jalanan yang cukup besar. Ingin sekali aku menggenggam tangannya. Namun nyali ini terendam kepengecutan ku.
Berhenti di sebuah cafe. Aku ingat sekali ia memesan Caramel Macchiato, kopi yang sekarang menjadi kopi favorit ku. Saat itu aku memesan Americano, kopi hitam yang sebenarnya ingin aku tambahkan gula, Jujur saja aku sebenarnya tidak terlalu suka pahit. Tapi di depannya aku ingin terlihat maco saja. Walau Americano tidak ada hubungannya dengan maco. Terserah lah aku hanya ingin maco!
Kami duduk agak menjauh dari keramaian.
Di sofa yang saling berhadapan, aku bisa jelas melihat senyumannya.Senyuman yang selama enam tahun ini aku idamkan. Kami ngobrol berbagai hal. Sungguh menyenangkan sekali hari itu. Sampai akhirnya waktu yang tidak pernah aku tunggu datang.
Ia harus pulang.
Dan aku tetap diam tidak mengatakan perasaanku dan membawanya kembali pulang.
Di sana di pertigaan tempat kami berpisah. Dia berdiri sendirian tetapi aku enggan untuk sekedar membalikan badan dan berjalan menjauh meninggalkannya. Aku hanya tidak mampu memperlihatkan wajah kesedihan.
Di pertemuan akhir kami. Aku tahu dia sudah tidak memiliki perasaan itu lagi. Entah apa yang aku lakukan, aku hanya merasa bahwa aku sudah tidak ada di sana lagi. Di hatinya.
Mungkin pahitnya Americano menyadarkan ku rasa pahitnya perasaan ini. Alih-alih menyatakan perasaannya ku, aku memilih memendam perasaan itu dan menyimpannya sendirian. Aku hanya tidak ingin membebaninya dengan perasaan ini. Aku tidak mau dia menjadi canggung dengan ku. Biar aku yang menanggung pulang, perasaan kekalahan ini.
Dan aku ingat kata terakhir setelah ucapakan selama tinggal yang kuucapkan untuknya
Sehat selalu. Jaga dirimu.
- Dari aku, yang selalu jadi pengagum mu.
---
Dan satu pertanyaan ku saat ini.
"Apakah aku masih memiliki kesempatan untuk berada di samping mu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bocah Tengik
Historia Corta"Kevin brengsek!!!" Setiap orang yang kenal Kevin pasti akan ngomong hal yang sama! karena orang yang namanya Kevin itu emang kelakuannya brengsek!