Chapter 4 : TWINS (1)

313 41 0
                                    

Aku tidak akan memperkenalkan diriku, karena kalian pasti sudah mengenal siapa aku. Di kesempatan ini aku akan menceritakan kisah seram ketika aku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Waktu itu, aku menyukai seorang wanita. Dia sangat cantik, imut dan mungil, dia berkulit putih, berpipi chubby dan berbibir tipis.

Pertama kali aku bertemu dengannya saat aku pergi kesekolahnya untuk mengikuti lomba volly antarsekolah di daerah, Gyeonggi. Aku sangat terpesona dengan indah rambutnya ketika tersibak oleh angin, dan senyum manisnya yang seperti madu.

Aku memberanikan diri untuk berkenalan dengannya. Tapi aku rasa dia masih terlalu malu dan malah meninggalkan aku. Karena waktu itu tim volly sekolahku sudah mau bertanding, aku tidak mengikutinya. Aku membalikan badan dan berlari kearah lapangan.

Aku memulai pemainan volly, tapi mataku memutar ke seluruh sekolah untuk mencari sosok wanita itu. "Ah! Ketemu! Dia PMR?" tanpa kusadari ternyata bola volly dengan kencang mengenai kepalaku, aku terjatuh dan tidak sadarkan diri.

Aku mencoba untuk membuka mata, tapi sinar matahari dan sakitnya kepalaku akibat benturan bola tidak mengijinkanku. Aku bisa melihat semua orang mengelilingiku, namun tidak aku hiraukan. Tapi aku sadar ada satu orang yang aku kenal.

Ya! Wanita itu sedang bersusah payah memindahkanku ketandu untuk dibawa keruang UKS.

Aku tersenyum dan bergumam di depannya, "Apa aku sudah disurga?"

Dia menatap malu kearahku. Dia mundur perlahan, membiarkan teman laki-lakinya yang menggotongku ke ruang UKS. Aku di pindahkan kekasur untuk lebih nyaman tidurannya. Tapi lagi dan lagi, bukannya aku memikirkan kondisiku, aku malah memikirkan wanita itu.

Aku melihat ke pintu masuk ruang UKS, ada beberapa anak wanita berdiri disana, karena aku sangat tampan, bukan hal yang aneh untukku jika aku di gilai oleh banyak wanita. Dari banyak nya wanita di sana ternyata salah satu dari mereka adalah wanita itu.

Aku tersenyum, dan bertanya kepada salah satu laki-laki yang menggotongku tadi. "Siapa wanita cantik itu?"

Anak laki-laki itu menengok sebentar dan menjawab, "Sherly. Dia anak kelas 11."

"Oh- Terimakasih." Aku masih terus menatap wanita itu, kemudian dia tersadar bahwa aku daritadi melihatnya. Dia tersipu, tersenyum kecil dan perlahan mundur dari kerumunan.

"Yah kan pergi."

***

Keesokan harinya, ketika pulang sekolah aku memberanikan diri untuk datang kembali ke SMA itu, berharap jika aku bisa bertemu dengannya. Benar saja, apa yang aku harapkan terwujud, seperti memang sudah ditakdirkan untuk bersama. Aku melihatnya sedang duduk di bangku depan sekolah sendirian, sambil menengok kekanan dan kekiri seakan dia menunggu seseorang.

Aku berjalan kearahnya. Dengan keberanian penuh. Aku mengajak bicara dia duluan.

"Sendirian aja, dimana temen kamu?"

Dia terpental sedikit kekiri, seakan memberikan ruang untuk aku duduk disampingnya. Dia menatapku dengan senyum manis di bibir mungilnya. "Boleh aku temenin kamu sampe temen kamu dateng?" aku menawarkan diri.

Dia tersenyum kecil dan menggeser sedikit duduknya, tidak berkata dan hanya mengangguk. 'Aku rasa dia tidak banyak bicara' gumamku dalam hati.

"Kemarin aku yang mengajakmu berbicara, apa kau ingat? Waktu perlombaan kemarin?" walaupun canggung, aku mencoba memulai obrolan lebih dulu.

Dia tidak menjawab, hanya mengangguk kecil dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya.

"Ah! Kau Sherly ya? Kemarin aku tanya ke temen kamu yang anak PMR."

KILLED by LOVE (√END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang