Chapter 7 : DIFFERENT

219 39 6
                                    

Happy Reading

Aku mempunyai seorang adik perempuan bernama Suri. Aku sangat dekat dengannya. Karena aku dan dia hanya dua bersaudara. Dia selalu menceritakan apapun yang dia rasakan, bahkan tentang laki-laki yang sedang dekat dengannya.

Kala itu, dia bercerita kalau dia sedang dekat dengan seorang laki-laki bernama Zoe. Katanya Zoe adalah adik kelas ku ketika bersekolah dulu. Zoe juga sangat mengidolakan ku. Tapi aku tidak mengenalnya.

Aku bilang pada Suri, jika memang Zoe benar-benar mencintai Suri. Zoe harus datang kerumah untuk menghadapku. Keesokan harinya Zoe datang membawa seikat bunga mawar dan sekotak coklat.

Ketika aku membuka pintu, aku bisa melihat bahwa Zoe membereskan rambutnya yang menurutku sudah terlihat rapi. Tersipu malu dengan rona merah di kedua pipinya.

Apakah dia nervous?

Aku menyinggung sedikit bibir ku.

"Masuklah, Suri sudah banyak cerita tentangmu."

Dia hanya menundukan sedikit kepala dan kemudian melangkah masuk kedalam rumah.

Suri yang sudah menunggu Zoe segera menghampiri Zoe yang baru datang. Kedua tangannya menggandeng lengan kanan Zoe. Zoe terlihat canggung dengan sikap Suri. Apa dia malu karna ada aku?

Diruang tamu, sambil menonton TV dan memakan cemilan, kami juga bercanda gurau saat itu, disana aku bisa melihat jika Zoe adalah laki-laki yang baik untuk Suri. Dia sangat sopan, baik, lembut, dan pemalu, ku rasa.

Setelah melihat bagaimana sifat dan prilaku Zoe, akupun merestui hubungan mereka berdua. Dan mereka resmi berpacaran. Aku senang sekali melihat wajah Suri yang bahagia. Namun, tatapan Zoe malah mengarah kearahku. Aku hanya membalas tatapan Zoe.

'Aku punya adik laki-laki.' Itulah yang aku fikirkan saat itu.

Tapi sebulan mereka pacaran, aku merasa risih dengan tingkah Zoe yang semakin lama semakin aneh terhadapku.

Setiap hari dia datang kerumah, bahkan jika Suri tidak ada. Dia membawakan bunga mawar dan coklat. Aku bingung, kenapa dia selalu kerumah padahal tidak ada Suri? Sampai Zoe berkata. "Kenapa coklat dariku tidak pernah di makan ka?"

"Bu- Bukankah itu untuk Suri?" Ucapku dengan wajah bingung.

Zoe tersenyum kearahku, menampakan gigi rata yang putih. Senyumannya terlihat ingin menggoda. Tapi aku fikir itu menyeramkan. Atau itu menjijikan?

Aku masih berusaha berfikir positif. Mungkin saja dia menyayangiku seperti kakanya sendiri.

Aku duduk bersebrangan dengannya tapi dia malah berpindah tempat kesebelahku. Dia tiba-tiba menyenderkan kepalanya ke pundakku. Aku merasa nafasku sudah sampai tenggorokan. Aku merasa risih, benar-benar risih.

Aku menggeser sedikit demi sedikit pundakku. Tapi, kini tangannya menyentuh lenganku perlahan. Dia mulai mengelus pundakku dengan lembut.

Tidak!! Ini tidak wajar!! Sentuhannya bukanlah sentuhan laki-laki pada umumnya. Ini sudah tidak beres.

Aku berdiri dengan kasar, sampai Zoe jatuh dari sofa. "Kamu ngapain?! Kamu udah gila?!" Aku berteriak cukup kencang. Aku sudah merasa jijik dengan sikapnya.

Zoe terkejut dengan teriakanku, dia menangis. Tapi, kenapa gaya menangis nya seperti perempuan? Apa jangan-jangan!

"Maaf. Tapi aku ga bisa membohongi perasaanku." Dia mengelap kedua pipinya yang basah dengan lekukan jari yang lentik.

"Aku sebenernya suka sama ka Namjoon. Aku tidak suka dengan Suri. Suri hanya sebagai perantara aja, biar aku bisa bertemu sama kaka." Lanjut ucapan Zoe yang membuat bulu kuduk ku berdiri.

KILLED by LOVE (√END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang