1: Greetings

29 0 0
                                        

Lapangan sekolah dipenuhi siswa/i yang tengah sibuk dengan ekstrakulikulerya masing-masing. Mia duduk di bangku penonton barisan depan sambil menunggu telepon dari Mr. Duff dengan cemas sambil menyibukkan diri.

LiliPop🍭: "Do you see him? He's like doing some kind of dirty dancing right there. Dia lentur sekali."

Mia menggelengkan kepala sebagai respon otomatisnya setelah membaca pesan dari Lillian — Lili for short, yang duduk jauh di sisi seberang lapangan. Sore ini, Lili berjanji untuk menunggu Mia sampai selesai agar bisa mengantarnya pulang — dan untungnya, ia juga bisa sambil mendampingi pacarnya yang tengah berlatih Field Hockey.  Mia memilih untuk tidak menggabungkan diri dengan Lili di sana, karena sudah pasti ia akan semakin malas dan menghindari perjanjiannya sore itu. Tak jarang, Mia kagum dengan sahabatnya yang selalu menunjukan aura bahagia, serumit apapun masalah yang ia hadapi — atau seringnya, tidak ia ceritakan. She seems way too fine, according to Mia.

Ponselnya kembali bergetar dan pesan yang kali ini masuk bukan berasal dari Lillian, melainkan nomor yang tidak ia kenal. 

(+1)479343xxxx:"Where are you, seriously? Kami menunggumu di ruangan Mr. Duff."

Sontak pupil matanya melebar dan segera beranjak dari kursinya. Sembari melangkah terburu-buru ke dalam gedung sekolah, Mia pun tersadar sesuatu, "Aku memang tidak pernah menyimpan kontak Eddy, tapi kan, aku juga tidak pernah menghapus kontak Edgar di ponselku. Kenapa bukan dia yang menghubungiku?" Mia merasa perlu bertanya langsung ke orang yang bersangkutan, meskipun ia tahu bukan sekarang waktunya. 

Pertemuan sore ini sudah cukup membuatnya cemas, bahkan sebelum ia berada di satu ruangan yang sama dengan mereka. Bagaimana tidak? Edgar bisa disebut sebagai ex-best friend Mia setelah pertengkaran mereka yang hebat tahun lalu, tepatnya di hari olimpiade matematika berlangsung. Itu sebabnya Mia membenarkan dirinya mengalami trauma dengan diikutsertakan di ajang yang sama dengan orang yang sama.

Setelah hampir setahun tidak pernah bercengkrama, Mia akhirnya harus kembali berurusan dengan Edgar and what's worse is Mia juga harus berurusan dengan kembarannya yang lebih tua sekian menit tapi begitu mendominasi kehidupan Edgar, dan Mia membenci hal itu dan membenci orang itu, Eddison.

Setibanya Mia di depan ruangan Mr. Duff, ia mengintip ke dalam untuk memastikan mereka bertiga sudah lebih dulu berkumpul. "Okay, it's time, Mia," pikirnya sebelum mengetuk dan dipersilahkan masuk.

"Datang terlambat terlihatnya seperti bukan awal yang baik" cibir Eddison melihat kehadiran Mia.

"Umm.. Thank you for the nice greetings, Eddy," balasnya sambil menahan kekesalan yang terasa mulai tumbuh dalam dadanya.

Mr. Duff yang masih ingat akan kejadian tahun lalu di antara ketiganya akhirnya mengambil sikap untuk segera menengahi pertengkaran aura yang mulai memenuhi ruangan itu.

"Okay," Mr. Duff berdeham sebelum melanjutkan, "Mia, Eddy, and Edgar, aku percaya kalian akan menjadi tim yang kompak dan membanggakan-"

"Yeah, tahun lalu pun akan berakhir demikian seandainya saja dia tidak berulah," sela Eddison — yang disebut Eddy.

Mia secara spontan menganga sebagai bentuk tidak percaya dan tidak terima dengan pernyataan itu. "Eddy, look, aku tahu kau masih dendam akan kekalahan itu-"

Mr. Duff tidak percaya kalau ia sudah merasakan tekanan bahkan sebelum semua ini dimulai. "God! Please! Apa yang salah dengan kalian berdua?" Ia menatap Mia dan Eddy bergantian dengan frustrasi. Jika ia tidak kembali menengahi, mungkin adu argumen mereka sudah berlanjut ke level selanjutnya.

Maybe, Just MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang