2: "Well, Thanks, Lili"

18 0 0
                                    

Mia menyilangkan kedua tangannya di dada sambil memutar kedua bola matanya ke arah Lili, "No, I didn't. He actually called me by your name."

"Why didn't you?" Tanya Lili sambil tertawa renyah.

"Yeah, why didn't we?" Suara Caleb yang terdengar canggung membuat dua pasang mata lawan bicaranya menoleh.

Mia mengangkat kedua alisnya saat Caleb mengulurkan tangan kanannya dengan senyum yang ramah. Ia tidak mengharapkan percakapan ini berlangsung lebih lama lagi, sehingga bersikap jutek mungkin bisa menjadi cara singkat untuk menyudahi semuanya.

"Sepertinya kau sudah tahu kalau namaku Caleb, jadi sekarang giliranmu," ucap Caleb dengan santai.

Mia membalas uluran tangan itu, "I'm-"

Belum selesai dengan kalimatnya, suara Lili tiba-tiba mendominasi atmosfer di antara mereka, "Mia Alexander Joesoef, her half-blood is Indonesian and although she's a miniature of Einstein, life after high school seems confusing to her, at least for now."

Penjelasan yang lugas dari bibir Lili sontak membuat tatapan Mia membelalak dengan bibirnya yang terlihat membentuk 'o" kecil.

"Woah, haha! Okay, um, pardon me, is it Mia Joseph?" Balas Caleb yang entah kenapa masih tertarik melanjutkan perbincangan yang aneh ini.

Mia mengalihkan pandangannya ke Caleb sambil menggeleng. Pertanyaan itu sudah sangat lazim ia terima seumur hidupnya. Mungkin ini untuk ke-1000 kalinya. "No, it's Joesoef (re: Yusuf)," Mia menekan huruf 'u' saat menyebut namanya.

"Oh, baiklah. Maafkan aku. Aku kurang familiar mendengarnya. Joesoef. Got it," he repeated and shook his hand a little which was still lingered to Mia.

"Tidak apa, aku terbiasa dengan pertanyaanmu anyways," Mia menarik tangannya dan kembali menyilangkannya sambil sedikit melirik ke arah Lili sebagai wujud 'let's get outta here.'

"It's so Indonesian, you know," timpal Lili yang justru melanjutkan topik tanpa merasa terbeban.

"Yeah, and that's a cool name. Aku punya begitu banyak teman-teman Asian di sini dan nama belakang mereka juga beragam, like, it sounds odd to me at first," Caleb mengangguk mengingat setiap perkenalan yang ia lakukan di Monta Vista High School.

"Exactly! Oh, tapi, jangan lupa, salah satu kesamaan mereka yang begitu mudah kita ingat adalah: they're brilliant as hell," Lili mengayunkan tangannya dengan dramatis.

Caleb tertawa lepas dan membenarkan statement Lili yang hanya membuat Mia semakin jengkel meskipun tidak ada ucapan yang menyinggung perasaannya. Sesuatu yang mengganjal dan tidak bisa ia singkirkan dari pikirannya sejak tadi hanya kasur dan bantalnya.

"Dan satu lagi, saking banyaknya teman-teman Asia-ku di sini, aku sampai hafal restoran Chinese terenak di California," ucap Caleb dengan bangga sambil melebarkan kedua tangannya.

"That's awesome!" Lili cheered in her tone.

"Yes, that's awesome but unfortunately I'm not a Chinese, and it's kinda late so we better get going, don't you think?" Mia tersenyum manis dan menggilirkan pandangannya dari Caleb ke Lili. Ia yakin ini sudah cukup menjadi permohonan yang memaksa dan akan dituruti oleh Lili.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maybe, Just MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang